Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / BAB-3 SATRIA dan TUSUK KONDE EMAS

Share

BAB-3 SATRIA dan TUSUK KONDE EMAS

Author: UMMA LAILA
last update Last Updated: 2023-12-01 21:59:05

"Kangmas!"

"Kangmas!"

"Tolong aku!"

Satria kini berada di sungai yang tadi pagi dirinya kunjungi. Pria itu berdiri sambil berputar-putar di tempat, mencari sosok yang sedari tadi memanggilnya.

Suara halus perempuan yang terus berulang itu bagaikan sihir yang membuat Satria tergoda untuk mencarinya.

"Kangmas, kemarilah!"

Lagi suara perempuan terdengar.

"Kau di mana, Mbak!"

Satria berteriak kencang.Tapi kali ini tak ada sahutan. Lelaki itu mulai kelelahan karena mencari sesuatu yang tak kunjung dapat ditemukan olehnya.

Tanpa sadar lelaki itu sampai di tepi sungai yang cukup besar tapi tak curam. Satria memandangi air sungai yang jernihnya memantulkan sinar matahari. Tanpa sadar Satria semakin mendekati pinggiran sungai, lalu berjongkok agar bisa melihat pantulan wajahnya sendiri di air sungai tersebut.

"Aku merindukanmu, Kangmas Anggara!"

Suara perempuan kembali terdengar, bersamaan dengan munculnya bayangan secara tiba-tiba dari pantulan air sungai yang mana terlihat jelas sosok peremp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-4 FOTO

    "Aku merindukanmu, Kangmas."Satria terus terngiang-ngiang dengan perkataan dari wanita cantik di mimpinya. Bahkan Satria juga tidak bisa melepaskan bayang rupa dari wanita yang begitu jelita itu."Siapa wanita itu sebenarnya?"Tanpa sadar Satria bergumam.Satria duduk di bale bale bambu di teras rumahnya, di sampingnya ada secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan asap.Pandangan Satria lurus ke depan, menatap jalanan desa yang telah diaspal. Sesekali Satria menganggukkan kepala saat ada orang yang menyapa dirinya.Tiba-tiba ekspresi wajah Satria berubah seolah mengingat sesuatu yang begitu penting. Satria bergegas berdiri dan mengambil kamera yang ada di dalam kamar, lalu kembali duduk di teras rumah.Satria mulai melihat hasil jepretannya kemarin sewaktu dirinya mengabadikan pemandangan di sekitar sungai dengan kameranya tersebut.Hingga akhirnya jemarinya berhenti bergerak saat ada foto yang begitu menarik perhatiannya. Foto yang diambil dengan tidak sengaja itu terasa sangat a

    Last Updated : 2023-12-02
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-5 WANITA CANTIK

    Semenjak pulang kampung Satria hanya berada di rumah atau berkeliling di sekitar rumahnya. Lelaki itu terlalu lama pergi merantau sehingga tidak begitu akrab dengan warga sekitar. Warga yang seumuran dengannya pun kebanyakan juga pergi meranta di kota-kota besar sehingga Satria tidak ada teman kumpul untuk melepas jenuh. Jika adapun yang menyapa maka kebanyakan yang menyapa adalah orang tua yang ingin memperkenalkannya dengan anak gadis mereka.Satria yang bosan di rumah diam-diam pergi ke sungai. Lelaki itu sengaja tidak berpamitan dengan sang ibu karena takut ibunya kan khawatir dengannya.Terkadang Satria juga merasa jengkel terhadap ibunya yang terus menganggapnya seperti anak kecil dan akan hilang jika pergi terlalu jauh dari rumah, padahal dirinya juga sudah hampir tiga puluh tahun, dimana usia tersebut sudah bukan lagi anak kecil. namun, Satria juga bisa memahami kenapa ibunya bersikap demikian. Satria berpikir mungkin saja ibunya itu hanya ingin menunjukkan perhatian karena se

    Last Updated : 2023-12-04
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-6 SANG KYAI

    "Nak! Nak! Bangun, Nak!" Satria membuka matanya saat pipinya terasa ditepuk berkali-kali oleh seseorang. Satria juga mendengar suara kakak tua yang menyuruhnya untuk bangun. "Ah, kepalaku sakit!" Satria berusaha bangun. Ternyata dirinya terbangun dengan posisi tengkurap di atas tanah. Terlihat sesekali Satria menggelengkan kepalanya. "Aku di mana? Kepalaku pusing sekali!" Satria bergumam pelan. Setelah sadar, Satria yang matanya telah terbuka sempurna memindai sekitar. Penglihatannya sedikit menyipit saat melihat jika ada kakek-kakek tengah duduk di sampingnya. "Kakek yang menolong saya?" Satria bertanya dengan ragu. Sang kakek tidak menjawab pertanyaan Satria. Namun, beliau justru tersenyum dan membantu Satria untuk berdiri. "Ayo, Nak. Kakek antar kamu pulang. Kenapa kamu bisa pingsan di sini?" Sang kakek memapah tubuh Satria yang masih sempoyongan karena kepalanya yang pusing. Di ingatan Satria terakhir kali dirinya pagi-pagi datang ke sini hanya untuk membuang rasa stress d

    Last Updated : 2023-12-07
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-7 NUR

    Sepulang dari kediaman Kyai Ibrahim, Satria tidak langsung masuk ke dalam rumah. Lelaki itu memutuskan untuk duduk di bale bambu yang ada di teras rumahnya.Jujur saja, percakapannya dengan sang guru benar-benar telah menguras emosinya. Dalam satu hari dirinya harus menerima kenyataan yang pahit bertubi-tubi. Satria harus mengetahui kebenaran yang selama ini tidak dirinya ketahui dan kebenaran itu adalah hal yang telah merubah jalan hidupnya selama ini.Sejujurnya Satria ingin marah. Namun, dirinya bingung harus marah dengan siapa? Haruskah dirinya menyalahkan takdir yang tidak adil?Bu Hafsah yang melihat anaknya sedang melamun pun mendekati anaknya, berharap anak semata wayangnya itu mau membagi isi hati dengannya."Kok melamun, Nak? Apa yang sedang kamu pikirkan?"Satria menatap ibunya yang baru saja mengusap lembut pucuk kepalanya. Satria tersenyum lalu mengambil tangan sang ibu dan menempelkannya di pipi.“Satria tidak apa-apa, Bu.” Satria memasang senyum di wajahnya berharap ibu

    Last Updated : 2023-12-08
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-8 SERUNI

    "Seruni, Kyai? Bagaimana mungkin adik sepupuku itu dalang yang menimpa Nur saat ini?"Satria tidak menyangka jika perempuan yang berada di mimpi Nur adalah adik sepupunya, anak dari pamannya, Seruni."Kamu ingin tahu apa yang dikatakan Seruni kepada Nur di mimpinya, Satria?"Satria mengangguk mengiyakan. Bagaimana mungkin Satria tidak penasaran karena mereka yang disebut namanya oleh Kyai Ibrahim adalah perempuan yang dekat dengannya."Seruni berkata jika kamu adalah pengantinnya. Kamu dan Seruni sudah ditakdirkan bersama. Kamu dan Seruni akan menjadi pengantin di Rawa Ireng. Nur tidak di ijinkan untuk mendekatimu. Atau Nur akan berakhir dengan kematian." Kyai Ibrahim menjelaskan dengan singkat dan jelas."Saya dan Seruni menjadi pengantin di Rawa Ireng, Kyai? Lalu, Nur akan meninggal jika bersama saya?" Satria bertanya dengan nada tidak percaya.Kyai Ibrahim mengangguk pelan. Satria mengusap wajahnya kasar.Dirinya tahu cerita tentang Rawa Ireng yang tanahnya menjadi tempat berdirin

    Last Updated : 2023-12-10
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-9 TUGAS PUTU LANANG (TUGAS CUCU LELAKI)

    Satria diam tidak bergerak saat wajahnya digerayangi oleh tangan halus perempuan cantik di hadapannya. Ujung jarinya yang lentik terus menyentuh setiap lekuk wajah Satria. Mulai dari mata, hidung, pipi dan berakhir di bibir.Satria yang diperlakukan itu entah mengapa menjadi membatu. Tubuhnya tak bisa bergerak sedikitpun, bahkan untuk mengedipkan mata pun Satria tak mampu.Perempuan yang wajahnya begitu cantik itu begitu menikmati tindakannya yang tengah menjamah wajah Satria. Tak lama, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Satria hingga akhirnya dahi mereka saling beradu.Dada Satria langsung berdegup kencang, lelaki itu tak bisa menahan godaan dari paras perempuan yang kecantikannya begitu nyata itu. Terlebih, aroma wangi juga ikut menyebar dan menerobos masuk ke penciuman."Jangan bilang kalau kamu melupakanku, Kang Mas."Hawa hangat yang berhembus dari mulut si perempuan menerpa wajah Satria dan membuat Satria semakin tegang tubuhnya. Seumur hidup baru kali ini Satria begitu dekat den

    Last Updated : 2023-12-11
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-10 AWAL KEMBALINYA SUMIRAH

    "Kalian berdua tenanglah! Nasi sudah menjadi bubur. Apa yang dilakukan oleh Seruni memang salah. Tapi itu juga sudah terlanjur. Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bukan hanya anak kalian yang menjadi korban, tapi anakku Nur juga menjadi korban. Namun, dengan bertengkar dan saling menyalahkan itu percuma. Tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik sekarang kita tenang dan pikirkan jalan keluarnya." Kyai Ibrahim melerai pertengkaran antara Bu Hafsah dan Paman.Agaknya usaha Kyai Ibrahim untuk membuat suasana kembali tenang berhasil.Terlihat Bu Hafsah kembali duduk di ranjang untuk mengompres Satria. Sementara itu Paman Ahmad terlihat membuang muka sambil membuang nafas kasar. Untuk saat ini tak ada lagi teriakan karena masing-masing orang yang ada disana sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Seruni, gadis ayu berusia dua puluh tahun itu tanpa sengaja membuka jalan bagi jiwa seorang perempuan yang rela bertapa melewati ratusan masa demi sebuah cinta dan juga dendam. Tentu s

    Last Updated : 2023-12-14
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-11 WADAH BARU

    "Pak Ahmad! Pak! Bapak tidak apa-apa?" Kyai Ibrahim menepuk pelan pundak Paman Ahmad yang sedari tadi membisu. Paman Ahmad menepis kasar tangan sang kyai yang menempel di pundaknya. Paman Ahmad kembali membuang muka sambil tangannya bersedekap. "Mari kita lupakan dulu permasalahan antara Saeruni dan Nur, Pak Ahmad. Terpenting untuk saat ini kita harus menyelamatkan Satria. Karena akar dari permasalahan ini ada pada Satria." Paman Ahmad mengendurkan raut wajahnya yang kaku. Terdengar hembusan nafas pelan. "Lalu, apa saranmu, Kyai?" Paman Ahmad berbicara dengan nada yang lebih lembut walaupun masih terkesan ketus. "Satria itu masih muda. Dia adalah lelaki yang berada di usia yang mana nafsunya sebagai seorang lelaki sedang berada di puncaknya. Satria sangat lemah jika berhadapan dengan kecantikan wanita. Jujur saja ini sangat berat mengingat yang mengikat jiwanya adalah perempuan yang jelita." Kata-kata dari Kyai Ibrahim seketika membuat bu Hafsah lemas karena kehilangan harapan un

    Last Updated : 2023-12-16

Latest chapter

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 34 KENAPA BAPAK MEMBUANGKU?

    "Tenang, Pak Ahmad." Kyai Ibrahim, yang juga melihat apa yang dilihat oleh Pak Ahmad, berusaha menenangkan tamunya itu, padahal dirinya sendiri tidak dalam keadaan baik-baik saja."A'udzu billahi minasy-syaithanir rajim."Kyai Ibrahim segera melafalkan doa, suaranya tegas dan penuh keyakinan. Seketika, sosok gelap di sudut rumah itu menjerit keras, suaranya melengking menusuk telinga.Pak Ahmad dan yang lainnya refleks menutup telinga mereka, kecuali Kyai Ibrahim yang terus melanjutkan doanya tanpa gentar. Suara jeritan semakin menggema, hingga tiba-tiba...Ckkkrrsshhh...Bau gosong menyengat memenuhi ruangan, bersamaan dengan lenyapnya sosok hitam itu.Bu Nyai Ambar masih terisak di sudut ruangan, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencengkeram gamis yang dipakainya, mencoba menenangkan diri setelah menyaksikan kejadian yang begitu mengerikan.Seruni terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Napasnya memburu, tangannya yang terluka masih meneteskan darah akibat goresan keris Wulu Ire

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 33 SERUNI DAN SOSOK LAIN

    "Aku masih tidak setuju sebenarnya, Pak," Bu Nyai Ambar berkata pelan setelah memastikan bahwa Pak Ahmad sudah pergi."Yang ikhlas ya, Bu. Ini juga demi Nur. Pokoknya, Bapak punya rencana, Ibu bantu doakan," Kyai Ibrahim tersenyum sambil mengusap pelan lengan istrinya."Baik, Pak. Saya percaya sama Bapak." Bu Nyai Ambar lagi-lagi hanya bisa pasrah dan berdoa agar keputusan suaminya membawa kebaikan bagi semuanya.Sementara itu, Pak Ahmad berlari tergesa-gesa menuju rumahnya. Napasnya memburu, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan. Ia harus segera membawa Seruni ke rumah Kyai Ibrahim sebelum berangkat menemui Mbah Bejo.Setibanya di rumah, tanpa ragu, ia langsung menuju kamar Seruni. Dengan sekali dorongan kuat, pintu kamar terbuka lebar, menimbulkan suara dentuman yang cukup keras."Seruni! Bangun, Nak!" suara lantang Pak Ahmad memenuhi ruangan.Gadis itu terkejut. Matanya yang masih berat karena kantuk terbuka perlahan. Tubuhnya yang kurus tampak menggeliat, berusaha menyesuai

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 32 KEPUTUSAN UNTUK SERUNI

    Begitu sampai di dalam kamar Seruni, Pak Ahmad mendapati anak gadisnya hanya sedang tidur lelap. Sinar matahari sore menembus jendela kamar, membiaskan cahaya ke wajah Seruni yang tampak damai. Namun, bagi Pak Ahmad, pemandangan itu justru membuatnya semakin waspada. Ia berdiri di ambang pintu, menahan napas, memastikan apakah ada hal yang tidak biasa. Ketakutan masih mencengkeram pikirannya, membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Seruni. Lututnya mendadak lemas, membuatnya terduduk di lantai. Ia bersandar pada pintu kamar sambil mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat dingin. "Apa benar dia baik-baik saja? Apa Sumirah sudah menyentuhnya?" gumamnya dalam hati. Di luar, suara burung yang kembali ke sarangnya bersahut-sahutan, mengingatkan bahwa sebentar lagi Magrib tiba. Namun, Pak Ahmad tidak bisa tenang. Ia masih merasakan hawa yang tidak biasa, seolah-olah Sumirah masih mengintainya. "Ini nggak bisa begini. Aku harus segera bertemu dengan Kyai Ibrahim s

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-31 SUMIRAH DAN PAK AHMAD

    Pak Ahmad masih berdiri terpaku di tempatnya, nafasnya memburu. Cairan hitam yang mengepulkan asap di lantai mengeluarkan bau anyir yang semakin menusuk hidung.Seruni, yang masih tak bergeming di posisinya, mengambil gelas kopi yang lain. Dengan tenang, ia mengangkatnya ke bibir dan menyeruput isinya."Sayang sekali, Bapak tidak meminumnya," ucapnya pelan. Suara lembutnya terdengar janggal di tengah keheningan malam.Pak Ahmad menelan ludah. Ada sesuatu yang mengerikan dalam caranya berbicara—terdengar seperti Seruni, tapi ada yang berbeda.Seruni menatap Pak Ahmad dengan sorot mata yang kini berubah aneh. Pupilnya tak lagi bulat seperti manusia, melainkan menyerupai mata seekor ular—tajam, sempit, dan bersinar redup dalam kegelapan.Pak Ahmad mundur selangkah. Dadanya berdebar kencang."Kamu... kamu bukan Seruni..." suaranya nyaris tak terdengar.Seruni hanya tersenyum. Senyum yang dingin, tak berperasaan."Kenapa, Pak? Takut?"Pak Ahmad semakin panik. Keringat dingin mengalir di pe

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 30 SIAPA KAMU!

    Pak Ahmad masih duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Lelaki itu ingin segera bertemu dengan Kyai Ibrahim agar bisa lebih jelas menanyakan perihal apa yang terjadi dengan Seruni.Namun, entah mengapa, ada keraguan yang menahannya untuk melangkah. Pada akhirnya, ia masih saja tetap duduk di sofa, terpaku dalam lamunannya.“Hah~” Pak Ahmad menghela napas panjang.Tubuhnya terasa begitu lelah. Ia baru saja pulang setelah bertemu dengan Mbah Bejo, dan kini pikirannya kembali dipenuhi kebingungan akibat tingkah aneh Seruni. Lebih parahnya lagi, Kyai Ibrahimlah yang saat itu ada di rumahnya saat kejadian aneh itu terjadi."Apa yang sebenarnya terjadi..." gumam Pak Ahmad sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak beban yang menghimpit pikirannya.Dalam hati, ia ingin sekali menyeruput secangkir kopi hitam kental dan pahit, dengan sedikit gula, serta menikmati sebatang rokok tembakau kesukaannya. Namun, tubuhnya yang letih membuatnya enggan beranjak ke dapur untuk sek

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-29 NASEHAT IRENG

    "Argh! Sialan! Manusia keparat! Dasar Kyai keparat! Berani-beraninya dia membuatku seperti ini! Akan ku bunuh kau!"Sumirah berteriak sambil memegangi wajahnya yang sudah tak elok dipandang.Wajah wanita yang pernah menyerahkan jiwanya kepada iblis itu kini terlihat pecah-pecah, seperti tanah tandus yang merekah di musim kemarau panjang."Kyai Ibrahim! Melihat dia, aku jadi teringat pada tua bangka yang menjadi cinta dari Nyai Mutik yang kini telah musnah itu! Kenapa makhluk-makhluk yang hampir mati itu terus saja mengganggu rencanaku?!" Sumirah terus mengumpat."Arrgh! Keparat! Sialan!" Sumirah kembali berteriak, melampiaskan emosinya yang meluap-luap.Setiap kali ia berteriak, kulit wajahnya yang penuh retakan akan terkelupas, jatuh ke air rawa dengan warna hitam pekat dan bau menyengat yang memuakkan.Ya…Kini Sumirah berada di dimensi lain, sebuah dunia di mana hanya ada malam yang abadi, tempat para lelembut pemuja Kanjeng Ratu Lintang Pethak tinggal.Tempat ini adalah tempat di

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-28 KILAS BALIK

    “Kiai sudah di sini dari tadi?” Seseorang menepuk pelan pundak Kiai Ibrahim dengan lembut.Kiai Ibrahim menoleh dan tersenyum saat tahu yang menepuknya adalah manusia, bukan jin. “Sudah dari tadi, sekalian nunggu adzan, Fauzi.”Rupanya, yang menepuk pundak sang Kiai adalah Fauzi, marbot masjid sekaligus muadzin yang biasanya mengumandangkan adzan di Masjid Tiban.“Maaf, Kiai. Tadi saya pulang dulu, lapar, lalu mandi,” ujar Fauzi sambil cengar-cengir, tampak malu karena Kiai Ibrahim sudah lebih dulu datang ke masjid.“Tidak apa-apa, Fauzi. Ini sudah masuk waktu sholat. Kamu adzan dulu,” jawab Kiai Ibrahim sambil tersenyum ke arah Fauzi.“Nggih, Kiai.” Fauzi pun bergegas menuju tempat adzan untuk mengumandangkannya, menandakan waktu sholat Ashar telah tiba.Lantunan suara Fauzi yang merdu memenuhi ruang masjid, menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Kiai Ibrahim menutup mata sejenak, meresapi setiap lafaz adzan yang terasa sejuk di hati. Meski suasana masjid masih sepi, ada ket

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-27 PERMINTAAN

    Kiai Ibrahim pulang bersama kedua muridnya setelah urusannya dengan Pak Ahmad selesai. Langkah mereka pelan menyusuri jalan yang sunyi, hanya suara serangga malam yang sesekali terdengar.“Kalian berdua jangan sebarkan apa pun tentang apa yang kalian lihat di rumah Seruni. Jika kalian bertamu ke rumah orang lain, maka ketika kalian pulang, mata kalian harus buta, mulut harus bisu, dan telinga harus tuli. Paham, kan?” ujar Kiai Ibrahim dengan nada tegas, pandangannya tajam mengarah pada kedua muridnya.“Baik, Kiai,” jawab kedua murid itu serempak, mengangguk tanpa berani membantah.Perjalanan mereka dilanjutkan dalam keheningan. Kiai Ibrahim berjalan paling depan, sementara kedua muridnya mengikutinya dengan langkah penuh kehati-hatian. Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri, terutama Kiai Ibrahim.Hati kiai sepuh itu dipenuhi berbagai tanda tanya. Ia tidak menyangka keadaan Seruni sedemikian mengkhawatirkan. Apakah Pak Ahmad benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada putrinya?

  • SUSUK TERATAI PUTIH    Bab-26 PAK AHMAD PULANG

    “Bapak?” suara Seruni terdengar lirih, wajahnya pucat pasi setelah melalui pengalaman yang melampaui akal sehatnya. Namun, ekspresi lega menyelimuti wajahnya saat melihat sang ayah, Pak Ahmad, berdiri di depan pintu rumah.Pak Ahmad yang baru tiba langsung berlari menghampiri Seruni. Sandalnya bahkan tidak sempat dilepas. Ia memeluk erat anak gadisnya dengan perasaan campur aduk—antara lega, lelah, dan khawatir.Kiai Ibrahim yang menyaksikan momen itu memilih menyingkir, memberikan ruang bagi ayah dan anak tersebut. Beliau bergabung dengan para muridnya yang menunggu di sudut ruangan. Para murid tampak tegang, menyadari situasi yang mungkin berubah menjadi lebih rumit.“Bapak akhirnya pulang,” ucap Seruni sambil terisak. Tubuhnya gemetar, tapi pelukan ayahnya memberinya sedikit ketenangan. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya mengalir deras, membasahi bahu Pak Ahmad.Namun, suasana haru itu tak bertahan lama. Wajah Pak Ahmad yang awalnya penuh kasih berubah menjadi tegang. Ia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status