Beranda / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / BAB-2 PAMAN AHMAD

Share

BAB-2 PAMAN AHMAD

Penulis: UMMA LAILA
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-29 20:38:11

Satria berjalan keliling desa dengan kamera yang terus tergantung di lehernya. Dia ingin mengenang kembali masa-masa indah saat dirinya masih tinggal di desa. Sesekali tangannya sibuk mengambil gambar lingkungan desa dengan kamera kesayangannya.

Banyak warga yang berbisik-bisik saat berpapasan dan bertukar sapa dengan Satria di jalan. Kebanyakan dari mereka menunjukkan raut wajah kaget saat tahu jika lelaki gagah yang mereka temui adalah Satria.

Satria hanya tersenyum ramah menanggapi mereka yang begitu antusias saat melihat perubahan dirinya yang signifikan, terutama para ibu-ibu. Mereka langsung bertanya apakah Satria sudah mempunyai calon istri atau belum. Mereka juga bertanya apakah Satria mau dijodohkan dengan anak gadis mereka.

Satria terus melangkahkan kakinya hingga sampai di sebuah sungai yang airnya masih jernih lima tahun yang lalu. Satria tersenyum kecut saat memandang riak airnya.

"Kenangan buruk!" Satria bergumam pelan.

Satria bukannya pergi, tapi justru mengambil kamera
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-3 SATRIA dan TUSUK KONDE EMAS

    "Kangmas!""Kangmas!""Tolong aku!"Satria kini berada di sungai yang tadi pagi dirinya kunjungi. Pria itu berdiri sambil berputar-putar di tempat, mencari sosok yang sedari tadi memanggilnya.Suara halus perempuan yang terus berulang itu bagaikan sihir yang membuat Satria tergoda untuk mencarinya."Kangmas, kemarilah!"Lagi suara perempuan terdengar."Kau di mana, Mbak!"Satria berteriak kencang.Tapi kali ini tak ada sahutan. Lelaki itu mulai kelelahan karena mencari sesuatu yang tak kunjung dapat ditemukan olehnya.Tanpa sadar lelaki itu sampai di tepi sungai yang cukup besar tapi tak curam. Satria memandangi air sungai yang jernihnya memantulkan sinar matahari. Tanpa sadar Satria semakin mendekati pinggiran sungai, lalu berjongkok agar bisa melihat pantulan wajahnya sendiri di air sungai tersebut."Aku merindukanmu, Kangmas Anggara!"Suara perempuan kembali terdengar, bersamaan dengan munculnya bayangan secara tiba-tiba dari pantulan air sungai yang mana terlihat jelas sosok peremp

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-4 FOTO

    "Aku merindukanmu, Kangmas."Satria terus terngiang-ngiang dengan perkataan dari wanita cantik di mimpinya. Bahkan Satria juga tidak bisa melepaskan bayang rupa dari wanita yang begitu jelita itu."Siapa wanita itu sebenarnya?"Tanpa sadar Satria bergumam.Satria duduk di bale bale bambu di teras rumahnya, di sampingnya ada secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan asap.Pandangan Satria lurus ke depan, menatap jalanan desa yang telah diaspal. Sesekali Satria menganggukkan kepala saat ada orang yang menyapa dirinya.Tiba-tiba ekspresi wajah Satria berubah seolah mengingat sesuatu yang begitu penting. Satria bergegas berdiri dan mengambil kamera yang ada di dalam kamar, lalu kembali duduk di teras rumah.Satria mulai melihat hasil jepretannya kemarin sewaktu dirinya mengabadikan pemandangan di sekitar sungai dengan kameranya tersebut.Hingga akhirnya jemarinya berhenti bergerak saat ada foto yang begitu menarik perhatiannya. Foto yang diambil dengan tidak sengaja itu terasa sangat a

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-5 WANITA CANTIK

    Semenjak pulang kampung Satria hanya berada di rumah atau berkeliling di sekitar rumahnya. Lelaki itu terlalu lama pergi merantau sehingga tidak begitu akrab dengan warga sekitar. Warga yang seumuran dengannya pun kebanyakan juga pergi meranta di kota-kota besar sehingga Satria tidak ada teman kumpul untuk melepas jenuh. Jika adapun yang menyapa maka kebanyakan yang menyapa adalah orang tua yang ingin memperkenalkannya dengan anak gadis mereka.Satria yang bosan di rumah diam-diam pergi ke sungai. Lelaki itu sengaja tidak berpamitan dengan sang ibu karena takut ibunya kan khawatir dengannya.Terkadang Satria juga merasa jengkel terhadap ibunya yang terus menganggapnya seperti anak kecil dan akan hilang jika pergi terlalu jauh dari rumah, padahal dirinya juga sudah hampir tiga puluh tahun, dimana usia tersebut sudah bukan lagi anak kecil. namun, Satria juga bisa memahami kenapa ibunya bersikap demikian. Satria berpikir mungkin saja ibunya itu hanya ingin menunjukkan perhatian karena se

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-6 SANG KYAI

    "Nak! Nak! Bangun, Nak!" Satria membuka matanya saat pipinya terasa ditepuk berkali-kali oleh seseorang. Satria juga mendengar suara kakak tua yang menyuruhnya untuk bangun. "Ah, kepalaku sakit!" Satria berusaha bangun. Ternyata dirinya terbangun dengan posisi tengkurap di atas tanah. Terlihat sesekali Satria menggelengkan kepalanya. "Aku di mana? Kepalaku pusing sekali!" Satria bergumam pelan. Setelah sadar, Satria yang matanya telah terbuka sempurna memindai sekitar. Penglihatannya sedikit menyipit saat melihat jika ada kakek-kakek tengah duduk di sampingnya. "Kakek yang menolong saya?" Satria bertanya dengan ragu. Sang kakek tidak menjawab pertanyaan Satria. Namun, beliau justru tersenyum dan membantu Satria untuk berdiri. "Ayo, Nak. Kakek antar kamu pulang. Kenapa kamu bisa pingsan di sini?" Sang kakek memapah tubuh Satria yang masih sempoyongan karena kepalanya yang pusing. Di ingatan Satria terakhir kali dirinya pagi-pagi datang ke sini hanya untuk membuang rasa stress d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-7 NUR

    Sepulang dari kediaman Kyai Ibrahim, Satria tidak langsung masuk ke dalam rumah. Lelaki itu memutuskan untuk duduk di bale bambu yang ada di teras rumahnya.Jujur saja, percakapannya dengan sang guru benar-benar telah menguras emosinya. Dalam satu hari dirinya harus menerima kenyataan yang pahit bertubi-tubi. Satria harus mengetahui kebenaran yang selama ini tidak dirinya ketahui dan kebenaran itu adalah hal yang telah merubah jalan hidupnya selama ini.Sejujurnya Satria ingin marah. Namun, dirinya bingung harus marah dengan siapa? Haruskah dirinya menyalahkan takdir yang tidak adil?Bu Hafsah yang melihat anaknya sedang melamun pun mendekati anaknya, berharap anak semata wayangnya itu mau membagi isi hati dengannya."Kok melamun, Nak? Apa yang sedang kamu pikirkan?"Satria menatap ibunya yang baru saja mengusap lembut pucuk kepalanya. Satria tersenyum lalu mengambil tangan sang ibu dan menempelkannya di pipi.“Satria tidak apa-apa, Bu.” Satria memasang senyum di wajahnya berharap ibu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-8 SERUNI

    "Seruni, Kyai? Bagaimana mungkin adik sepupuku itu dalang yang menimpa Nur saat ini?"Satria tidak menyangka jika perempuan yang berada di mimpi Nur adalah adik sepupunya, anak dari pamannya, Seruni."Kamu ingin tahu apa yang dikatakan Seruni kepada Nur di mimpinya, Satria?"Satria mengangguk mengiyakan. Bagaimana mungkin Satria tidak penasaran karena mereka yang disebut namanya oleh Kyai Ibrahim adalah perempuan yang dekat dengannya."Seruni berkata jika kamu adalah pengantinnya. Kamu dan Seruni sudah ditakdirkan bersama. Kamu dan Seruni akan menjadi pengantin di Rawa Ireng. Nur tidak di ijinkan untuk mendekatimu. Atau Nur akan berakhir dengan kematian." Kyai Ibrahim menjelaskan dengan singkat dan jelas."Saya dan Seruni menjadi pengantin di Rawa Ireng, Kyai? Lalu, Nur akan meninggal jika bersama saya?" Satria bertanya dengan nada tidak percaya.Kyai Ibrahim mengangguk pelan. Satria mengusap wajahnya kasar.Dirinya tahu cerita tentang Rawa Ireng yang tanahnya menjadi tempat berdirin

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-9 TUGAS PUTU LANANG (TUGAS CUCU LELAKI)

    Satria diam tidak bergerak saat wajahnya digerayangi oleh tangan halus perempuan cantik di hadapannya. Ujung jarinya yang lentik terus menyentuh setiap lekuk wajah Satria. Mulai dari mata, hidung, pipi dan berakhir di bibir.Satria yang diperlakukan itu entah mengapa menjadi membatu. Tubuhnya tak bisa bergerak sedikitpun, bahkan untuk mengedipkan mata pun Satria tak mampu.Perempuan yang wajahnya begitu cantik itu begitu menikmati tindakannya yang tengah menjamah wajah Satria. Tak lama, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Satria hingga akhirnya dahi mereka saling beradu.Dada Satria langsung berdegup kencang, lelaki itu tak bisa menahan godaan dari paras perempuan yang kecantikannya begitu nyata itu. Terlebih, aroma wangi juga ikut menyebar dan menerobos masuk ke penciuman."Jangan bilang kalau kamu melupakanku, Kang Mas."Hawa hangat yang berhembus dari mulut si perempuan menerpa wajah Satria dan membuat Satria semakin tegang tubuhnya. Seumur hidup baru kali ini Satria begitu dekat den

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-10 AWAL KEMBALINYA SUMIRAH

    "Kalian berdua tenanglah! Nasi sudah menjadi bubur. Apa yang dilakukan oleh Seruni memang salah. Tapi itu juga sudah terlanjur. Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bukan hanya anak kalian yang menjadi korban, tapi anakku Nur juga menjadi korban. Namun, dengan bertengkar dan saling menyalahkan itu percuma. Tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik sekarang kita tenang dan pikirkan jalan keluarnya." Kyai Ibrahim melerai pertengkaran antara Bu Hafsah dan Paman.Agaknya usaha Kyai Ibrahim untuk membuat suasana kembali tenang berhasil.Terlihat Bu Hafsah kembali duduk di ranjang untuk mengompres Satria. Sementara itu Paman Ahmad terlihat membuang muka sambil membuang nafas kasar. Untuk saat ini tak ada lagi teriakan karena masing-masing orang yang ada disana sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Seruni, gadis ayu berusia dua puluh tahun itu tanpa sengaja membuka jalan bagi jiwa seorang perempuan yang rela bertapa melewati ratusan masa demi sebuah cinta dan juga dendam. Tentu s

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14

Bab terbaru

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 30 SIAPA KAMU!

    Pak Ahmad masih duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Lelaki itu ingin segera bertemu dengan Kyai Ibrahim agar bisa lebih jelas menanyakan perihal apa yang terjadi dengan Seruni.Namun, entah mengapa, ada keraguan yang menahannya untuk melangkah. Pada akhirnya, ia masih saja tetap duduk di sofa, terpaku dalam lamunannya.“Hah~” Pak Ahmad menghela napas panjang.Tubuhnya terasa begitu lelah. Ia baru saja pulang setelah bertemu dengan Mbah Bejo, dan kini pikirannya kembali dipenuhi kebingungan akibat tingkah aneh Seruni. Lebih parahnya lagi, Kyai Ibrahimlah yang saat itu ada di rumahnya saat kejadian aneh itu terjadi."Apa yang sebenarnya terjadi..." gumam Pak Ahmad sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak beban yang menghimpit pikirannya.Dalam hati, ia ingin sekali menyeruput secangkir kopi hitam kental dan pahit, dengan sedikit gula, serta menikmati sebatang rokok tembakau kesukaannya. Namun, tubuhnya yang letih membuatnya enggan beranjak ke dapur untuk sek

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-29 NASEHAT IRENG

    "Argh! Sialan! Manusia keparat! Dasar Kyai keparat! Berani-beraninya dia membuatku seperti ini! Akan ku bunuh kau!"Sumirah berteriak sambil memegangi wajahnya yang sudah tak elok dipandang.Wajah wanita yang pernah menyerahkan jiwanya kepada iblis itu kini terlihat pecah-pecah, seperti tanah tandus yang merekah di musim kemarau panjang."Kyai Ibrahim! Melihat dia, aku jadi teringat pada tua bangka yang menjadi cinta dari Nyai Mutik yang kini telah musnah itu! Kenapa makhluk-makhluk yang hampir mati itu terus saja mengganggu rencanaku?!" Sumirah terus mengumpat."Arrgh! Keparat! Sialan!" Sumirah kembali berteriak, melampiaskan emosinya yang meluap-luap.Setiap kali ia berteriak, kulit wajahnya yang penuh retakan akan terkelupas, jatuh ke air rawa dengan warna hitam pekat dan bau menyengat yang memuakkan.Ya…Kini Sumirah berada di dimensi lain, sebuah dunia di mana hanya ada malam yang abadi, tempat para lelembut pemuja Kanjeng Ratu Lintang Pethak tinggal.Tempat ini adalah tempat di

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-28 KILAS BALIK

    “Kiai sudah di sini dari tadi?” Seseorang menepuk pelan pundak Kiai Ibrahim dengan lembut.Kiai Ibrahim menoleh dan tersenyum saat tahu yang menepuknya adalah manusia, bukan jin. “Sudah dari tadi, sekalian nunggu adzan, Fauzi.”Rupanya, yang menepuk pundak sang Kiai adalah Fauzi, marbot masjid sekaligus muadzin yang biasanya mengumandangkan adzan di Masjid Tiban.“Maaf, Kiai. Tadi saya pulang dulu, lapar, lalu mandi,” ujar Fauzi sambil cengar-cengir, tampak malu karena Kiai Ibrahim sudah lebih dulu datang ke masjid.“Tidak apa-apa, Fauzi. Ini sudah masuk waktu sholat. Kamu adzan dulu,” jawab Kiai Ibrahim sambil tersenyum ke arah Fauzi.“Nggih, Kiai.” Fauzi pun bergegas menuju tempat adzan untuk mengumandangkannya, menandakan waktu sholat Ashar telah tiba.Lantunan suara Fauzi yang merdu memenuhi ruang masjid, menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Kiai Ibrahim menutup mata sejenak, meresapi setiap lafaz adzan yang terasa sejuk di hati. Meski suasana masjid masih sepi, ada ket

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-27 PERMINTAAN

    Kiai Ibrahim pulang bersama kedua muridnya setelah urusannya dengan Pak Ahmad selesai. Langkah mereka pelan menyusuri jalan yang sunyi, hanya suara serangga malam yang sesekali terdengar.“Kalian berdua jangan sebarkan apa pun tentang apa yang kalian lihat di rumah Seruni. Jika kalian bertamu ke rumah orang lain, maka ketika kalian pulang, mata kalian harus buta, mulut harus bisu, dan telinga harus tuli. Paham, kan?” ujar Kiai Ibrahim dengan nada tegas, pandangannya tajam mengarah pada kedua muridnya.“Baik, Kiai,” jawab kedua murid itu serempak, mengangguk tanpa berani membantah.Perjalanan mereka dilanjutkan dalam keheningan. Kiai Ibrahim berjalan paling depan, sementara kedua muridnya mengikutinya dengan langkah penuh kehati-hatian. Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri, terutama Kiai Ibrahim.Hati kiai sepuh itu dipenuhi berbagai tanda tanya. Ia tidak menyangka keadaan Seruni sedemikian mengkhawatirkan. Apakah Pak Ahmad benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada putrinya?

  • SUSUK TERATAI PUTIH    Bab-26 PAK AHMAD PULANG

    “Bapak?” suara Seruni terdengar lirih, wajahnya pucat pasi setelah melalui pengalaman yang melampaui akal sehatnya. Namun, ekspresi lega menyelimuti wajahnya saat melihat sang ayah, Pak Ahmad, berdiri di depan pintu rumah.Pak Ahmad yang baru tiba langsung berlari menghampiri Seruni. Sandalnya bahkan tidak sempat dilepas. Ia memeluk erat anak gadisnya dengan perasaan campur aduk—antara lega, lelah, dan khawatir.Kiai Ibrahim yang menyaksikan momen itu memilih menyingkir, memberikan ruang bagi ayah dan anak tersebut. Beliau bergabung dengan para muridnya yang menunggu di sudut ruangan. Para murid tampak tegang, menyadari situasi yang mungkin berubah menjadi lebih rumit.“Bapak akhirnya pulang,” ucap Seruni sambil terisak. Tubuhnya gemetar, tapi pelukan ayahnya memberinya sedikit ketenangan. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya mengalir deras, membasahi bahu Pak Ahmad.Namun, suasana haru itu tak bertahan lama. Wajah Pak Ahmad yang awalnya penuh kasih berubah menjadi tegang. Ia

  • SUSUK TERATAI PUTIH    Bab-25 TERSADAR

    Seruni menggeliat kesakitan di lantai, tubuhnya yang tadi tegang seperti ular kini mulai melonggar. Wajahnya berubah menjadi ekspresi penuh penderitaan. Kedua matanya yang tadi berkilau tajam dengan warna kuning keemasan perlahan mulai memudar, kembali menjadi seperti mata manusia biasa, meskipun pupilnya masih terlihat aneh.Kiai Ibrahim segera berjongkok mendekat, tangannya gemetar namun penuh niat untuk membantu. "Seruni, Nak, bertahanlah! Kamu harus melawan apa pun yang menguasaimu ini!" katanya dengan suara lembut namun tegas.Dua pemuda yang tadi mendampingi Kiai Ibrahim saling berpandangan, bingung dan ketakutan. Namun, mereka tetap mendekat dengan hati-hati, mengikuti aba-aba Kiai Ibrahim.“A-apa yang harus kita lakukan, Kyai?” salah satu dari mereka bertanya dengan nada gemetar.Kiai Ibrahim tidak langsung menjawab. Matanya tetap tertuju pada Seruni yang kini terengah-engah di lantai. Tubuh gadis itu tampak gemetar hebat, seolah sedang berperang melawan sesuatu yang tak terli

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-24 Kyai, Tolong.

    Seruni terlihat sibuk mondar-mandir di ruang tamu rumahnya sambil sesekali menengok ke jendela, berharap bapaknya segera pulang.Sudah tiga hari bapaknya tidak pulang, dan hal itu membuat Seruni semakin khawatir.Malam terakhir sebelum kepergiannya, Seruni sempat melihat sang bapak panik sambil berkata sesuatu yang tidak terlalu ia pahami—"Aku harus ke karang bolong secepatnya." Malam itu pula sang bapak berpamitan, mengatakan bahwa ia harus pergi ke suatu tempat dan akan kembali dalam tiga hari.Seruni sebenarnya tidak terlalu kaget dengan kebiasaan bapaknya. Sejak dulu, Pak Ahmad memang sering pergi ke tempat-tempat yang bahkan ia sendiri tidak tahu. Namun, kali ini berbeda.“Jangan terima tamu siapa pun di malam hari, kecuali itu bapak,” pesan Pak Ahmad sebelum pergi.Seruni hanya mengangguk, melepas kepergian bapaknya tanpa banyak bertanya. Namun, kini dua malam sudah berlalu tanpa ada tanda-tanda kepulangan bapaknya. Ini sudah pagi ketiga, dan Pak Ahmad belum juga kembali.Malam-

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-23 IRENG

    Mbah Bejo mengepulkan asap rokok menyannya tinggi-tinggi sambil memandang ke arah laut dari pintu gubuk tuanya yang terbuka lebar. Matahari mulai tenggelam, mengenakan selendang senja berwarna jingga yang indah namun menyimpan aura mencekam.Gubuk tua itu sunyi, hanya dihuni Mbah Bejo seorang diri setelah Pak Ahmad pulang membawa cerita tentang Sumirah.Di rumah itu juga ada setitik sinar dari lampu teplok minyak tanah yang mana apinya yang berwarna jingga terang itu sesekali bergoyang karena angin cukup kencang padahal nyala api kecil itu dilindungi oleh kaca dari lampu teplok tua itu.Suasana yang tadinya hanya sepi kini mulai berubah. Hawa di sekitarnya menjadi berat, seperti ada sesuatu yang mengintai dari balik bayang-bayang.Mbah Bejo menghisap rokok menyannya dalam-dalam, matanya tak lepas dari laut yang perlahan berubah kelam. Angin dingin tiba-tiba berhembus kencang, membawa aroma asin yang bercampur bau amis. Ia menghela nafas panjang, mengamati bagaimana langit berganti dar

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-22

    "Jadi, makhluk yang bikin kamu jauh-jauh cari ilmu kanuragan sampai rela kasih tumbal tujuh darah perawan itu si Sumirah? Aduh, tobat!" Mbah Bejo tampak frustasi, mengusap wajahnya dengan kesal."Lah, apa salahnya, Mbah? Kan waktu itu Mbah sendiri yang bilang, kalau saya kasih tumbal tujuh darah perawan, Mbah bakal kasih keris wulu ireng. Lagian, keris itu beneran berfungsi, kok," Pak Ahmad masih mencoba membela diri."Tapi waktu itu kamu cuma bilang kalau keponakanmu kesurupan Jin Nasab! Dasar sontoloyo! Kalau tahu begini, aku nggak bakal mau bantu kamu!" Mbah Bejo melotot tajam ke arah Pak Ahmad, suaranya meninggi.Pak Ahmad menunduk dalam, tak berani menatap langsung ke mata Mbah Bejo. Tatapan dukun tua itu seolah-olah menusuk sampai ke tulang, membuat seluruh tubuhnya gemetar. Bahkan, bernafas pun terasa sulit. Dadanya sesak, seperti ada tangan tak terlihat yang meremas jantungnya.Mbah Bejo, yang masih marah, mengambil sebatang rokok menyan dari kantongnya. Ia menyulut rokok itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status