Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of SUSUK TERATAI PUTIH : Chapter 21 - Chapter 30

79 Chapters

BAB-21 TARIAN KEMATIAN

 Permana dan Gendis sudah berada di kediaman Meneer Jhon, malam ini mereka berdua menghadiri pesta yang digelar oleh penguasa Belanda itu. Ternyata banyak warga pribumi yang datang, tak hanya Permana dan Gendis saja yang diundang.Sebenarnya Permana enggan untuk datang ke pesta yang diadakan oleh kompeni yang merayu istrinya. Tapi karena takut mati di tiang gantungan, mau tak mau Permana akhirnya datang juga.“Mijn Vrouw, Gendis. U sudah datang, ik sangat merindukan u!”Gendis tersenyum kecut, dia ingin membalas perlakuan manis sang meneer, tapi dirinya takut dengan ancaman permana.Tadi siang, setelah sang meneer pergi dengan membawa pedati penuh dengan muatan upeti. Permana menarik tangannya kasar dan menyeretnya ke kamar.“Kamu ada hubungan apa dengan meneer sialan itu? Apa kamu pernah menjadi gundik Londo itu hah! Jawab aku Gendis!”Tak terima dengan tuduhan dari suaminya, Gendis menampar pipi Permana
Read more

BAB-22 MBAH PARMAN

 Paijo yang tengah berjalan di pinggir pemakaman desa sambil bersiul santai tiba-tiba terhenti saat melihat seorang perempuan memakai selendang hitam di kepalanya tengah terduduk di depan makam Nyai Sumsum sambil menaburkan bunga. Secepat kilat Paijo langsung bersembunyi di belakang salah satu pohon dekat makam. Paijo menajamkan pandangannya, mencari tahu siapa gerangan perempuan tersebut."Su ... su ... su ... Sumirah!"Mata Paijo melotot saat melihat dengan jelas siapa perempuan tersebut. Paijo langsung mengambil langkah seribu, berlari menemui juragannya, Permana."Juragan! Juragan! Juragaaan!"Permana yang tengah bercakap dengan istrinya menoleh ke arah Paijo yang berlari sambil berteriak-teriak.
Read more

BAB-23 MBAH PARMAN dan NYAI MUTIK

“Gendis! Gendis!”Permana berteriak mencari sosok istrinya, ke mana perginya dia.“Gendis! Gendis!”Permana terus berteriak-teriak, namun tak ada jawaban hingga akhirnya dirinya menemukan istrinya tengah berjongkok di bawah pohon trembesi yang cukup besar di belakang rumah. Perlahan Permana mendekati Gendis dari arah belakang, istrinya itu seperti tengah sibuk dengan sesuatu.“Gendis.”Permana memanggil nama istrinya, tapi tak ada jawaban, tangannya terulur memegang pundak istrinya. Perlahan Gendis berhenti dari aktivitasnya lalu memutar tubuhnya.“Aaa!”Permana terjungkal hingga terduduk di tanah karena kaget melihat pemandangan mengerikan di hadapannya. Gendis istrinya itu tengah melahap seekor ayam hitam yang masih lengkap bentuknya.Gendis melempar ayam hitam itu ke depan Permana, si ayam masih menggelepar. Mulut Gendis penuh dengan darah, bola matanya berwarna putih semua.“Berikan aku persembahan, Permana! Atau istrimu akan aku bawa!”"Ba—ik, Mbah. Jangan bawa istri saya, Mbah."
Read more

BAB-24 NIKMATILAH

 "Ada Mayat! Ada Mayat di pinggir kali!"Suara kentongan bambu terus dibunyikan. Warga desa Kalimas dihebohkan dengan ditemukannya mayat seorang perempuan yang tewas di pinggir kali. Mayat itu ditemukan oleh seseorang yang akan menjaring ikan pada malam hari. Keadaan si mayat sangat menyedihkan karena tanpa busana, tubuh penuh luka lebam, serta mata melotot seolah menahan sakit yang teramat sangat.Malam yang biasanya sepi kini menjadi sangat ramai. Para warga berkumpul untuk melihat siapa gerangan yang meninggal, termasuk Permana dan Gendis. Sepasang suami istri itu penasaran kenapa desa Kalimas geger. Suara kentongan menggema ke seluruh penjuru desa.Permana menerobos kerumunan orang yang sedang berkumpul sambil berbisik-bisik entah apa. Lelaki itu sangat penasaran dengan sosok ma
Read more

BAB-25 AMARAH KI LAWU

“Apa ini, Gendis? Kamu mengkhianati aku! Kamu selingkuh dengan kompeni sialan itu, hah! Kurang ajar kamu! Dasar perempuan tidak tahu diuntung!”“Tidak Kangmas, aku tidak mengkhianatimu! Aku tidak selingkuh dengan Meneer Jhon, Kang Mas. Sumpah!”“Bohong! Dasar perempuan murahan!”Gendis tersungkur karena ditampar bertubi-tubi oleh Permana. Gendis terisak sambil memegangi pipinya yang merah. Ujung bibirnya pun telah meneteskan darah.“Ini surat dari Meneer sialan itu! Masih mau mengelak! Kamu mau jadi gundiknya, hah!”Permana melempar dengan kasar selembar kertas yang sudah kusut karena diremas olehnya tepat di wajah sang istri yang telah basah dengan air mata.Gendis tidak tahu dari mana suaminya itu mendapatkan surat rahasia yang dikirim Meneer Jhon untuknya. Padahal seingatnya surat itu sudah dirinya bakar hingga menjadi abu sesaat setelah dirinya selesai membaca surat cinta tersebut.Entah kenapa semenjak dirinya terakhir kali bertemu dengan sang Meneer, hati Gendis selalu merindu.
Read more

BAB-26 PERTARUNGAN

 Seorang perempuan dengan selendang hitam di wajahnya berdiri di mulut gua. Ki Lawu yang emosi melompati tubuh Permana yang pingsan.Dalam sekali lompatan Ki Lawu berada tepat di hadapan perempuan itu dan berusaha melepas selendangnya.Dengan sigap si perempuan menangkis serangan Ki Lawu, lalu berlari ke pinggir pantai. Ki Lawu mengejarnya.Suara langkah kaki yang saling mengejar terdengar menapaki bibir pantai yang terendam air laut.Si perempuan berbalik, menatap Ki Lawu yang sedari tadi mengejarnya lalu perlahan membuka selendang hitam di wajahnya.“Mutik!”Nyai Mutik tersenyum, sementara itu Ki Lawu meludah.“Cih, nenek peot! Aku tak butuh sukmamu! Mana Sumirah!”“Jangan ganggu dia, Lawu!”“Kau yang jangan ganggu aku, Wanita tua!”“Sudah waktunya kau kembali kepada Gusti Kanjeng Ratu Lintang Pethak, Lawu! Waktumu sudah habis! Jangan melawan, ik
Read more

BAB-27 PERPISAHAN

 Mbah Parman kembali menatap Ki Lawu yang meringis kesakitan. Dalam sekali gerakan, tusuk konde emas yang dipegang oleh Ki Lawu terlepas.Tusuk konde emas yang terjatuh memancarkan cahaya keemasan yang membuat mata Mbah Parman tertutup karena menahan silaunya. Ki Lawu yang menemukan celah langsung memukul mundur Mbah Parman dengan cara meludahi wajahnya.Cuiiiih!Seketika terlihat api yang membakar wajah Mbah Parman. Mantan suami Nyai Mutik itu mengangkat kedua tangannya sambil berdoa.“Bismillahirrohmanirrohim..!”Beliau kemudian membasuh mukanya menggunakan air laut, seketika api di wajahnya menghilang dan tak ada bekas luka sedikitpun di wajah Mbah Parman.“Cih! Sialan! Siapa kau sebenarnya, Kakek Tua. Jangan ikut campur, ini urusanku dengan Mutik!”Mbah Parman diam saja dan masih menatap Ki Lawu dengan tatapan tenang .“Kurang ajar kau! Mati saja kau, Kakek Tua!”Ki La
Read more

BAB-28 TUMBANGNYA PERMANA

“Uwong gemblung!” (Orang gila!)“Uwong gemblung!” (Orang gila!)“Uwong gemblung!” (Orang gila!)Sekelompok anak kecil menimpuki seorang pria kumuh menggunakan batu kerikil. Pria dengan pakaian compang camping. Rambut gimbalnya tercium bau tak sedap karena jarang mandi. Giginya terus menggigit ujung kuku jarinya yang hitam.Pria gila itu terus berjalan ke mana pun dirinya mau tanpa alas kaki. Semua orang yang baru bertemu dengan orang gila ini tidak akan pernah menyangka jika dia dulunya adalah orang terkaya di kampung Kalimas.Tak ada lagi pakaian mewah, yang ada hanya lah pakaian compang-camping yang satu-satunya dia miliki.Aroma busuk menguar dari tubuhnya yang tak pernah mandi, ditambah lagi dengan kulit yang penuh koreng dan borok. Tak ada yang sudi untuk mendekatinya.Dia adalah Permana. Lelaki sombong dan angkuh yang pernah menyia-nyiakan istrinya yang jelita, yaitu Sumirah.Permana terus berjalan sambil menggigit kuku-kukunya yang hitam, kepala sambil miring kanan-miring kiri
Read more

BAB-1 PENJARA (season-2)

  Terdengar suara besi yang dipukul dan digoyangkan berkali-kali."Woi! Keluarkan aku dari sini! Cepat!" Ternyata Permana lah yang memukul besi kurungan menggunakan tangannya secara membabi buta."Brengsek! Cepat keluarkan aku dari sini! Kalian tidak tahu siapa aku, hah! Aku Permana! Juragan paling kaya di Kalimas!" Permana terus berteriak, dirinya terkurung dalam penjara besi yang sempit.Permana terus berteriak sambil memukul tiang-tiang besi penjaranya. Sudah berapa lama dirinya di sini, Permana pun tidak tahu. Satu-satunya yang dia ingat adalah dirinya tertidur seperti biasa di kamar rumahnya. Namun, saat terbangun dirinya sudah berada di dalam kurungan besi ini. Seperti kurungan ayam aduan dengan ukuran yang muat untuk manusia.Permana masih kebingungan sambil terus memindai situasi. Dirinya seperti berada di dalam sebuah gua remang-remang yang pencahayaannya hanya berasal dari banyaknya obor yan
Read more

BAB-2 MASJID TIBAN

 Allaahu Akbar, Allaahu Akbar ...!Asyhadu allaa ilaaha illallaah .Terlihat seorang pria muda dengan jubah putihnya berjalan perlahan di Desa Kalimas, dirinya terlihat kebingungan."Permisi Mas, masjid di sebelah mana ya? Saya dengar suara adzan, tetapi saya cari hingga berkeliling berkali-kali tidak ada masjid di sekitar sini!" Lelaki berpakaian jubah itu menghentikan langkah seseorang demi bisa membantunya yang sedang kebingungan."Lurus saja, Mas. Masjidnya sudah dekat kok. Mas, siapa ya? Saya baru lihat?" Lelaki yang diberhentikan oleh lelaki berjubah menatap lelaki di hadapannya penuh curiga."Saya bernama Anggara, Mas. Saya dari pulau seberang dan baru kali ini datang ke desa ini." Lelaki yang ternyata bernama Anggara itu memperkenalkan dirinya dengan penuh sopan."Ooh, kalau begitu saya permisi, Mas. Masjid yang sedang Mas cari ada di sebelah sana." Pria muda seumuran de
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status