Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / BAB-23 PERTEMPURAN DUA SAUDARA

Share

BAB-23 PERTEMPURAN DUA SAUDARA

Author: UMMA LAILA
last update Last Updated: 2023-11-21 12:04:00

"Siap nampi dhawuh, Kanjeng Ratu."

Segera Sumirah dan Nyai Mutik saling berhadapan, mereka memiliki alasan masing-masing kenapa tetap melanjutkan pertarungan ini.

Nyai Mutik demi bisa mempertahankan Masjid Tiban, karena Masjid itu adalah hal yang sangat penting baginya. Masjid yang menjadi satu-satunya peninggalan dari Mbah Parman, lelaki yang teramat dia cintai.

Sementara itu Sumirah berusaha mendapatkan Masjid Tiban karena itu satu-satunya cara baginya agar dapat mengambil Fatimah sebagai wadahnya yang baru. Menjadikan masjid itu sebagai umpan agar dapat memperoleh sorban milik Anggara. Dengan begitu dirinya dapat mengalahkan Anggara. Menjadikan Fatimah sebagai pengganti wadahnya yang dirusak Anggara dan mendapatkan kembali Anggara, lelaki yang dia cinta.

Demi Cinta, pertempuran saudara ini tak terelakkan lagi. Sang ratu penguasa Rawa Ireng tersenyum puas melihatnya Nyai Mutik dan Sumirah akan bertarung.

"Nah, siapa yang akan tetap bertahan, menjadi dayang abadiku. Bertarunglah kali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-24  TAWARAN

    Pagi-pagi Fatimah dan Anggara sudah berada di depan Masjid Tiban. Anggara merasakan hal yang aneh karena Masjid Tiban yang biasanya bersih kini nampak kotor sekali. Daun-daun kering yang berguguran menghiasi halaman masjid. Rumput-rumput pun tumbuh dengan suburnya padahal biasanya halaman masjid begitu rapi dan bersih seolah ada yang membersihkannya setiap hari walaupun Masjid Tiban sama sekali tak ada yang menggunakannya."Apa ini masjidnya, Kak? Kenapa kotor sekali?""Ya Fatimah, tapi ini aneh, biasanya Masjid ini sangat bersih walaupun tak ada yang memakainya. Tapi mengapa sekarang Masjid ini menjadi sangat kotor, seolah sudah bertahun-tahun tak terurus.”Ketika dirinya masih bingung dengan suasana Masjid Tiban, tiba-tiba Anggara merasa seorang kakek tua yang dulu ditemuinya kini tengah berdiri di belakangnya sambil membisikkan kata-kata. Setelahnya sang kakek menghilang entah kenapa"Aku sudah tak ada perjanjian dengan pemilik Masjid ini. Pemilik Masjid ini telah berganti dan ak

    Last Updated : 2023-11-23
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-25 KEPUTUSAN ANGGARA

    "Kanjeng Ratu nimbali kawula?” (Kanjeng ratu memanggil saya?)Seekor ular hitam sebesar pohon kelapa dengan tanduk emas di kepalanya menundukkan kepalanya di hadapan penguasa Rawa Ireng yang cantik jelita. Ratu Lintang Pethak. Sang Ratu tengah menghadap danau yang airnya jernih dan memantulkan cahaya bulan yang keemasan.Biasanya dirinya ditemani oleh Nyai Mutik sang dayang abadinya. Namun karena dia sudah meninggal kini dirinya memanggil si Ireng. Tak Mungkin Sang ratu memanggil Sumirah, karena bagi sang ratu wanita tersebut ibaratkan sebuah mainan yang sangat menyenangkan baginya saat ini. Sang ratu melepaskan kepalanya namun memegang erat ekor Sumirah. Membiarkan dia seolah bebas namun sebenarnya mempermainkan nasibnya sesuka hati."Perang yang sangat mendebarkan sebentar lagi akan terjadi Ireng. Sama seperti 200 tahun yang lalu.""Nggih, Kanjeng Ratu.""Tapi aku juga sudah kehilangan dayang setiaku Ir

    Last Updated : 2023-11-23
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-26 PENGAKUAN SUMIRAH

    Hari yang ditentukan pun tiba. Anggara dan Fatimah perlahan berjalan beriringan menuju tempat perjanjian. Fatimah dan Anggara hanya diam membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada di antara mereka yang ingin membuka percakapan.Dalam diam, Fatimah teringat dengan percakapan semalam antara dirinya dengan sang suami, yang tak lain dan tak bukan percakapan itu berisi tentang asal muasal sorban yang akan diberikan kepada Sumirah."Kak? Dari mana Kakak, mendapatkan sorban ini? Apa pemberian langsung dari kakek buyutmu?"Fatimah bertanya sambil melipat sorban yang akan ditukarkan besok pagi sambil sesekali dahinya berkerut. Sebab seteliti apapun dirinya melihat, bagi Fatimah sorban yang tengah ia sentuh saat ini tetaplah sebuah sorban biasa. Tak ada istimewanya sama sekali. Sama seperti sorban pada umumnya. Dirinya kebingungan, kenapa Sumirah begitu terobsesi dengan sorban milik suaminya ini. Sungguh perem

    Last Updated : 2023-11-24
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-27 TERTANGKAPNYA FATIMAH

    "Benar sekali Kangmas Anggara, aku terluka karena serangan darimu kala itu dan asal kau tahu, umurku hanya sampai di ujung purnama."Sang bayu lagi melintas di antara mereka bertiga, menerbangkan sekuntum bunga kamboja yang menghiasi gelungan rambut Sumirah.Anggara terdiam, sungguh saat ini hatinya dipenuhi oleh rasa bersalah karena membuat wanita di hadapannya kini terluka begitu parah. Bahkan dia mengatakan jika umurnya hanya sampai di ujung purnama."Maafkan aku Sumirah!" Anggara mengucap kata maaf.Sumirah tersenyum lebar, merasa apa yang dirinya katakan telah mempengaruhi lelaki di hadapannya itu. Namun saat mulutnya akan kembali terbuka untuk mengobrak-abrik perasaan Anggara, Fatimah yang sudah merasakan akal licik dari Sumirah segera memotong pembicaraan antara Sumirah dan suaminya."Tak perlu Kakak meminta maaf. Ingatlah Kak, Kakak melakukan hal tersebut karena dalam bahaya. Fatimah mohon Kak Anggara. Sadarlah! Jangan lagi Ka

    Last Updated : 2023-11-24
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-28 SUMIRAH DAN FATIMAH

    "Jika kau ingin istrimu kembali, temui aku di Rawa Ireng! Kangmas Anggara!"Setelah mengucap kata-kata terakhirnya, kepala ular raksasa jelmaan Sumirah menyelam sepenuhnya ke dalam sungai dan akhirnya menghilang.Meninggalkan Anggara yang linglung, bingung antara sedih, kecewa dan marah. Dirinya merasa dibodohi oleh Sumirah sekaligus merasa menjadi suami dan ayah yang gagal."Cepat ambil sorban itu dan kejar, Sumirah! Sebelum nyawa istrimu dan calon anakmu menjadi tumbal keserakahan wanita itu!"Suara serak kakek tua terdengar di telinga, Anggara segera membalik badan ke belakang. Entah Sejak kapan telah berdiri kakek tua penjaga masjid tiban."Cepat Nak! waktumu tak banyak! Segera ambil sorban peninggalan sahabatku, dan segera tolong istrimu."Lagi terdengar sang kakak memperingatkan Anggara yang tengah linglung karena Sumirah. Anggara yang sadar segera beristighfar."Astagfirullah!" Anggara bergegas berdiri, d

    Last Updated : 2023-11-24
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-29 RITUAL SUNGSANG SUKMA

    "Ayo kita mulai ritualnya, Fatimah!"Lidah bercabang milik Sumirah menjulur keluar masuk mulutnya. Tangannya mengambil tusuk konde yang menancap di gelungan rambut yang membuat rambutnya tergerai. Kemudian mengarahkan ujungnya yang runcing tepat di kepala Fatimah. Fatimah hanya pasrah, menutup matanya sambil berdoa meminta pertolongan kepada Allah. Sumirah tersenyum sinis melihat tingkah Fatimah."Bersiaplah, mari kita mulai ritual Sungsang Sukma ini Fatimah. Tuhanmu takkan bisa menolongmu ha ha ha!"Sumirah tertawa terbahak-bahak. suaranya menggelegar ke penjuru Rama Ireng. Sumirah tak tahu jika dirinya tengah diawasi oleh penguasa Rawa Ireng yang dia sembah. Ratu yang jelita itu tengah memantau gerak-gerik Sumirah dari pantulan cermin. Dirinya tengah duduk di singgasananya dengan elegan dan anggun. Para dayang dan pengawal berdiri berjajar dengan rapi.Hanya penghuni asli Rawa Ireng yang diperbolehkan oleh Kanjeng Ratu Lintang Pethak untuk memasuki istana megahnya. Manusia biasa tak

    Last Updated : 2023-11-25
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-30 PERTEMPURAN TERAKHIR

    "Fatimah!"Anggara berteriak kencang tatkala melihat sang istri tergeletak di atas meja batu dengan hanya berbusana sehelai kain kemben. Tanpa penutup kepala hingga auratnya terbuka. Hati Lelaki tersebut terasa tercabik-cabik melihat keadaan sang istri yang begitu mengenaskan. Detik kemudian pandangannya beralih menatap tajam kearah perempuan yang bertubuh separuh manusia dan separuhnya lagi bertubuh ular. Perempuan yang namanya pernah dia sebut diam-diam."Sumirah! Keterlaluan sekali kau! Apa yang kau lakukan pada istriku!""Ha ha, dasar lelaki bodoh!" Sumirah tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Anggara.Puas tertawa, matanya kembali nyalang menatap Anggara yang dengan bodohnya datang ke Rawa Ireng. Tak tahukah dia kalau Rawa Ireng adalah rumahnya lelembut. Tabu bagi manusia biasa untuk memasukinya. Jika nekat masuk, nyawa taruhannya."Lepaskan istriku sekarang juga, Sumirah!""Untuk apa, Kangmas? Bukankah engkau

    Last Updated : 2023-11-25
  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-31 TUMBANGNYA SUMIRAH

    "Mati kau! Anggara!"Mulut ular Sumirah terbuka lebar, siap menelan Anggara hidup-hidup.Terdengar ledakan sangat keras tatkala mulut sang ular tinggal sedikit lagi menyantap mangsanya, yaitu Anggara.Mulut ular Sumirah terbakar, dan mau tak mau Anggara yang terlilit ekornya harus dia lepaskan. Ular Sumirah meraung kesakitan. Suaranya menggelegar ke seluruh penjuru tempat para lelembut itu tinggal."Bedebah kau lelaki bodoh! Berani-beraninya kau melukaiku, hah! Mati kau! Lelaki sialan!"Kepala ular Sumirah yang telah terluka membuat penglihatannya kabur tak jelas. Ekor runcingnya sengaja diakibatkan ke segala arah dengan sangat brutal. Itu karena dirinya tak mampu melihat keberadaan Anggara dengan jelas.Pepohonan di sekitar tumbang dengan keadaan yang kacau balau. Rawa Ireng porak-poranda karena serangan Sumirah yang membabi-buta tersebut. Anggara yang sedikit kesulitan menghi

    Last Updated : 2023-11-25

Latest chapter

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 34 KENAPA BAPAK MEMBUANGKU?

    "Tenang, Pak Ahmad." Kyai Ibrahim, yang juga melihat apa yang dilihat oleh Pak Ahmad, berusaha menenangkan tamunya itu, padahal dirinya sendiri tidak dalam keadaan baik-baik saja."A'udzu billahi minasy-syaithanir rajim."Kyai Ibrahim segera melafalkan doa, suaranya tegas dan penuh keyakinan. Seketika, sosok gelap di sudut rumah itu menjerit keras, suaranya melengking menusuk telinga.Pak Ahmad dan yang lainnya refleks menutup telinga mereka, kecuali Kyai Ibrahim yang terus melanjutkan doanya tanpa gentar. Suara jeritan semakin menggema, hingga tiba-tiba...Ckkkrrsshhh...Bau gosong menyengat memenuhi ruangan, bersamaan dengan lenyapnya sosok hitam itu.Bu Nyai Ambar masih terisak di sudut ruangan, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencengkeram gamis yang dipakainya, mencoba menenangkan diri setelah menyaksikan kejadian yang begitu mengerikan.Seruni terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Napasnya memburu, tangannya yang terluka masih meneteskan darah akibat goresan keris Wulu Ire

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 33 SERUNI DAN SOSOK LAIN

    "Aku masih tidak setuju sebenarnya, Pak," Bu Nyai Ambar berkata pelan setelah memastikan bahwa Pak Ahmad sudah pergi."Yang ikhlas ya, Bu. Ini juga demi Nur. Pokoknya, Bapak punya rencana, Ibu bantu doakan," Kyai Ibrahim tersenyum sambil mengusap pelan lengan istrinya."Baik, Pak. Saya percaya sama Bapak." Bu Nyai Ambar lagi-lagi hanya bisa pasrah dan berdoa agar keputusan suaminya membawa kebaikan bagi semuanya.Sementara itu, Pak Ahmad berlari tergesa-gesa menuju rumahnya. Napasnya memburu, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan. Ia harus segera membawa Seruni ke rumah Kyai Ibrahim sebelum berangkat menemui Mbah Bejo.Setibanya di rumah, tanpa ragu, ia langsung menuju kamar Seruni. Dengan sekali dorongan kuat, pintu kamar terbuka lebar, menimbulkan suara dentuman yang cukup keras."Seruni! Bangun, Nak!" suara lantang Pak Ahmad memenuhi ruangan.Gadis itu terkejut. Matanya yang masih berat karena kantuk terbuka perlahan. Tubuhnya yang kurus tampak menggeliat, berusaha menyesuai

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 32 KEPUTUSAN UNTUK SERUNI

    Begitu sampai di dalam kamar Seruni, Pak Ahmad mendapati anak gadisnya hanya sedang tidur lelap. Sinar matahari sore menembus jendela kamar, membiaskan cahaya ke wajah Seruni yang tampak damai. Namun, bagi Pak Ahmad, pemandangan itu justru membuatnya semakin waspada. Ia berdiri di ambang pintu, menahan napas, memastikan apakah ada hal yang tidak biasa. Ketakutan masih mencengkeram pikirannya, membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Seruni. Lututnya mendadak lemas, membuatnya terduduk di lantai. Ia bersandar pada pintu kamar sambil mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat dingin. "Apa benar dia baik-baik saja? Apa Sumirah sudah menyentuhnya?" gumamnya dalam hati. Di luar, suara burung yang kembali ke sarangnya bersahut-sahutan, mengingatkan bahwa sebentar lagi Magrib tiba. Namun, Pak Ahmad tidak bisa tenang. Ia masih merasakan hawa yang tidak biasa, seolah-olah Sumirah masih mengintainya. "Ini nggak bisa begini. Aku harus segera bertemu dengan Kyai Ibrahim s

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-31 SUMIRAH DAN PAK AHMAD

    Pak Ahmad masih berdiri terpaku di tempatnya, nafasnya memburu. Cairan hitam yang mengepulkan asap di lantai mengeluarkan bau anyir yang semakin menusuk hidung.Seruni, yang masih tak bergeming di posisinya, mengambil gelas kopi yang lain. Dengan tenang, ia mengangkatnya ke bibir dan menyeruput isinya."Sayang sekali, Bapak tidak meminumnya," ucapnya pelan. Suara lembutnya terdengar janggal di tengah keheningan malam.Pak Ahmad menelan ludah. Ada sesuatu yang mengerikan dalam caranya berbicara—terdengar seperti Seruni, tapi ada yang berbeda.Seruni menatap Pak Ahmad dengan sorot mata yang kini berubah aneh. Pupilnya tak lagi bulat seperti manusia, melainkan menyerupai mata seekor ular—tajam, sempit, dan bersinar redup dalam kegelapan.Pak Ahmad mundur selangkah. Dadanya berdebar kencang."Kamu... kamu bukan Seruni..." suaranya nyaris tak terdengar.Seruni hanya tersenyum. Senyum yang dingin, tak berperasaan."Kenapa, Pak? Takut?"Pak Ahmad semakin panik. Keringat dingin mengalir di pe

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 30 SIAPA KAMU!

    Pak Ahmad masih duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Lelaki itu ingin segera bertemu dengan Kyai Ibrahim agar bisa lebih jelas menanyakan perihal apa yang terjadi dengan Seruni.Namun, entah mengapa, ada keraguan yang menahannya untuk melangkah. Pada akhirnya, ia masih saja tetap duduk di sofa, terpaku dalam lamunannya.“Hah~” Pak Ahmad menghela napas panjang.Tubuhnya terasa begitu lelah. Ia baru saja pulang setelah bertemu dengan Mbah Bejo, dan kini pikirannya kembali dipenuhi kebingungan akibat tingkah aneh Seruni. Lebih parahnya lagi, Kyai Ibrahimlah yang saat itu ada di rumahnya saat kejadian aneh itu terjadi."Apa yang sebenarnya terjadi..." gumam Pak Ahmad sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak beban yang menghimpit pikirannya.Dalam hati, ia ingin sekali menyeruput secangkir kopi hitam kental dan pahit, dengan sedikit gula, serta menikmati sebatang rokok tembakau kesukaannya. Namun, tubuhnya yang letih membuatnya enggan beranjak ke dapur untuk sek

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-29 NASEHAT IRENG

    "Argh! Sialan! Manusia keparat! Dasar Kyai keparat! Berani-beraninya dia membuatku seperti ini! Akan ku bunuh kau!"Sumirah berteriak sambil memegangi wajahnya yang sudah tak elok dipandang.Wajah wanita yang pernah menyerahkan jiwanya kepada iblis itu kini terlihat pecah-pecah, seperti tanah tandus yang merekah di musim kemarau panjang."Kyai Ibrahim! Melihat dia, aku jadi teringat pada tua bangka yang menjadi cinta dari Nyai Mutik yang kini telah musnah itu! Kenapa makhluk-makhluk yang hampir mati itu terus saja mengganggu rencanaku?!" Sumirah terus mengumpat."Arrgh! Keparat! Sialan!" Sumirah kembali berteriak, melampiaskan emosinya yang meluap-luap.Setiap kali ia berteriak, kulit wajahnya yang penuh retakan akan terkelupas, jatuh ke air rawa dengan warna hitam pekat dan bau menyengat yang memuakkan.Ya…Kini Sumirah berada di dimensi lain, sebuah dunia di mana hanya ada malam yang abadi, tempat para lelembut pemuja Kanjeng Ratu Lintang Pethak tinggal.Tempat ini adalah tempat di

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-28 KILAS BALIK

    “Kiai sudah di sini dari tadi?” Seseorang menepuk pelan pundak Kiai Ibrahim dengan lembut.Kiai Ibrahim menoleh dan tersenyum saat tahu yang menepuknya adalah manusia, bukan jin. “Sudah dari tadi, sekalian nunggu adzan, Fauzi.”Rupanya, yang menepuk pundak sang Kiai adalah Fauzi, marbot masjid sekaligus muadzin yang biasanya mengumandangkan adzan di Masjid Tiban.“Maaf, Kiai. Tadi saya pulang dulu, lapar, lalu mandi,” ujar Fauzi sambil cengar-cengir, tampak malu karena Kiai Ibrahim sudah lebih dulu datang ke masjid.“Tidak apa-apa, Fauzi. Ini sudah masuk waktu sholat. Kamu adzan dulu,” jawab Kiai Ibrahim sambil tersenyum ke arah Fauzi.“Nggih, Kiai.” Fauzi pun bergegas menuju tempat adzan untuk mengumandangkannya, menandakan waktu sholat Ashar telah tiba.Lantunan suara Fauzi yang merdu memenuhi ruang masjid, menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Kiai Ibrahim menutup mata sejenak, meresapi setiap lafaz adzan yang terasa sejuk di hati. Meski suasana masjid masih sepi, ada ket

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-27 PERMINTAAN

    Kiai Ibrahim pulang bersama kedua muridnya setelah urusannya dengan Pak Ahmad selesai. Langkah mereka pelan menyusuri jalan yang sunyi, hanya suara serangga malam yang sesekali terdengar.“Kalian berdua jangan sebarkan apa pun tentang apa yang kalian lihat di rumah Seruni. Jika kalian bertamu ke rumah orang lain, maka ketika kalian pulang, mata kalian harus buta, mulut harus bisu, dan telinga harus tuli. Paham, kan?” ujar Kiai Ibrahim dengan nada tegas, pandangannya tajam mengarah pada kedua muridnya.“Baik, Kiai,” jawab kedua murid itu serempak, mengangguk tanpa berani membantah.Perjalanan mereka dilanjutkan dalam keheningan. Kiai Ibrahim berjalan paling depan, sementara kedua muridnya mengikutinya dengan langkah penuh kehati-hatian. Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri, terutama Kiai Ibrahim.Hati kiai sepuh itu dipenuhi berbagai tanda tanya. Ia tidak menyangka keadaan Seruni sedemikian mengkhawatirkan. Apakah Pak Ahmad benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada putrinya?

  • SUSUK TERATAI PUTIH    Bab-26 PAK AHMAD PULANG

    “Bapak?” suara Seruni terdengar lirih, wajahnya pucat pasi setelah melalui pengalaman yang melampaui akal sehatnya. Namun, ekspresi lega menyelimuti wajahnya saat melihat sang ayah, Pak Ahmad, berdiri di depan pintu rumah.Pak Ahmad yang baru tiba langsung berlari menghampiri Seruni. Sandalnya bahkan tidak sempat dilepas. Ia memeluk erat anak gadisnya dengan perasaan campur aduk—antara lega, lelah, dan khawatir.Kiai Ibrahim yang menyaksikan momen itu memilih menyingkir, memberikan ruang bagi ayah dan anak tersebut. Beliau bergabung dengan para muridnya yang menunggu di sudut ruangan. Para murid tampak tegang, menyadari situasi yang mungkin berubah menjadi lebih rumit.“Bapak akhirnya pulang,” ucap Seruni sambil terisak. Tubuhnya gemetar, tapi pelukan ayahnya memberinya sedikit ketenangan. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya mengalir deras, membasahi bahu Pak Ahmad.Namun, suasana haru itu tak bertahan lama. Wajah Pak Ahmad yang awalnya penuh kasih berubah menjadi tegang. Ia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status