All Chapters of Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder : Chapter 81 - Chapter 90

159 Chapters

81. S2

[Terima kasih, Mas. Besok uangnya mau langsung aku pakai buat beli keperluan dede bayi. Hati-hati kerjanya, jangan lupa makan. Sering-sering datang buat jenguk aku sama dede ya.]Tubuh Lea gemetar hebat begitu selesai membaca sebaris pesan yang dikirim nomor asing tanpa nama di ponsel suaminya. Jantungnya bergemuruh seiring dengan butir peluh merembes di sekujur tubuhnya. Perempuan muda itu menoleh ke arah kamar mandi, bunyi air yang berbenturan dengan lantai terdengar riuh menandakan aktivitas di dalam sana masih belum selesai. Dua hari lalu Riko, suaminya berpamitan padanya hendak pergi mengawal Sakti yang kebetulan ada pekerjaan di luar kota. Pikiran Lea bercabang usai membaca pesan itu. Mungkinkah suaminya berbohong? Derit pintu yang terdengar membuat Lea mengakhiri lamunannya. Beruntung benda pipih milik suaminya sudah dia kembalikan ke meja, sayang Lea tak sempat mendapatkan informasi apa pun dari sana setelah mengutak-atik benda itu. "Bajunya sudah Lea siapkan, Kak. Tehnya d
Read more

82.

Lea menarik napas dalam-dalam, rasa pening yang menyergap kepalanya belum sepenuhnya hilang, tapi berusaha ia tahan karena tak ingin merusak kebersamaannya dengan Chava. Belum lagi harum butter yang mendadak membuatnya mual. "Kenapa, Le?" Chava mengusap bahu adik sepupu suaminya. "Kamu sakit?" Beberapa kali memergoki Lea menutup mulut, juga tubuhnya yang berkeringat membuat Chava curiga. "Enggak apa-apa, Kak. Kayaknya masuk angin soalnya dua malam nggak bisa tidur.""Kenapa? Mikirin Bang Riko yang ikut Mas Sakti ke luar kota? Kan cuma sehari di Bandung, Le. Oh, ya. Malam keduanya tentu saja begadang untuk hal lain, iya kan?" Chava terkekeh sedang Lea tersenyum kecut. Seandainya saja Chava tahu alasannya tak bisa tidur, bahkan semalam dia hanya tidur satu jam lebih. Lea memang pemikir, dia tak bisa tidur jika ada hal kecil yang mengganjal di hatinya. "Dapat oleh-oleh apa dari suami, Kak?" Sengaja Lea mengalihkan pembicaraan agar tak melulu ingat tentang kejanggalan suaminya. "Bias
Read more

83

"Jangan sentuh!"Riko tersentak saat Lea mendorong tubuhnya kasar. Pria itu bergeming melihat istrinya terduduk dengan wajah bersimbah air mata. Apa yang Riko takutkan akhirnya menjadi kenyataan. Dia telah menyakiti Lea. "Saya bisa jelaskan, Le.""Cukup!" Lea mengangkat tangannya meminta suaminya tak lagi bicara. "Aku tau aku nggak ada hak sepenuhnya atas uangmu, Kak. Tapi bolehkah aku tanya, kepada siapa kamu mengirim uang dua puluh lima juta setiap bulannya? Lalu perempuan yang mengirim pesan padamu mengucapkan terima kasih dan menggunakan uangmu untuk membeli keperluan bayi. Dia juga mengingatkanmu untuk selalu menjaga diri, dia melakukan hal yang seharusnya menjadi tugasku sebagai istri. Sekarang katakan dengan jujur, sejak kapan kamu selingkuh, Kak?"Tubuh Riko menegang. Dia benar-benar ketahuan sekarang. Lea bahkan tahu perkara uang yang setiap bulan dia alokasikan untuk orang lain. Apalagi saat tahu Lea sempat membaca pesan dari seseorang di ponselnya. Sungguh, Riko sudah t
Read more

84.

Lea tak dapat menghindar ketika Riko memenjarakannya dalam dekapan. Usai mengakhiri percintaan panas untuk kedua kalinya, wanita muda itu berniat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tetapi Riko tak juga mau melepasnya bahkan setelah Lea sempat memberontak tadi. "Kak?""Heum?" Masih dengan mata memejam, Riko mengusap lembut punggung telanjang istrinya. "Ada apa?"Lea menarik napas mencoba mencari kekuatan. Dia ingin menanyakan hal yang belakangan ini mengganjal di hati, tetapi juga bersiap untuk kemungkinan terburuk seandainya jawaban Riko menyakitinya. "Siapa pengirim pesan tanpa nama yang waktu itu mengucapkan terima kasih setelah Kak Riko mentransfer sejumlah uang padanya. Dia bilang uangnya mau dipakai beli keperluan bayi."Riko tak langsung menjawab, hal itu menimbulkan gemuruh di dada Lea seakan meluap. "Jawab jujur, atau ...,""Dia istri salah satu anak buahku, Lea." Riko menjawab setelah cukup lama membisu. "Istrinya Ilham."Lea dapat menerima jawaban itu karena me
Read more

85.

"Saya nggak selingkuh, berapa kali saya harus bilang, Lea? Saya sudah berkata jujur, kenapa kamu masih saja meragukan saya?" Riko menatap istrinya frustasi. "Mau ribuan kali Kakak menyangkal, aku tetap nggak akan percaya sebelum aku bertemu dengan wanita itu. Sejak awal aku curiga. Kalau memang hubungan kalian sebatas karena kamu atasan suaminya, dia nggak mungkin dengan lancarnya manggil kamu 'mas'. Nada pesannya seakan dia memiliki kedekatan denganmu, malah terkesan seperti seorang istri yang sedang berpesan pada suaminya. Bukan kamu kan, Kak, ayah dari bayi yang sering dia sebut?""Lea! Astaga, kamu keterlaluan.""Dia minta kamu untuk sering datang buat jenguk anaknya. Apa maksudnya itu? Jangan salahkan aku, karena sikapmu yang tak terbuka itu yang bikin aku curiga sama kamu, Kak." Sekuat tenaga Lea mencoba menahan diri untuk tak meninggikan suara di depan suaminya. Tubuhnya sampai gemetaran karena menahan emosi bercampur kecewa yang sejak kemarin ia coba pendam sendirian. "Oke
Read more

86.

Riko menahan napas melihat sosok yang sedang menjadi lawan bicara istrinya, jantungnya serasa berhenti sejenak. Tak mau mengulur waktu lebih lama, gegas ia hampiri Lea. "Lea, maaf nunggu lama, tadi ada sedikit masalah. Ayo pulang," ajak pria itu seraya menuntun istrinya agar masuk ke mobil. "Kak, kamu nggak nyapa Mbak Nelly dulu." Lea berbalik menahan diri sebelum Riko benar-benar membawanya masuk mobil. "Apa kabar, Mas Riko?"Lea membeku, darahnya tersirap mendengar sosok yang cukup lama menjadi pengasuh omanya itu memanggil suaminya dengan panggilan yang cukup akrab menurut Lea. Padahal, seingatnya dulu Nelly selalu memanggil Riko dengan sebutan 'pak'. Panggilan itu entah mengapa membuat Lea mengingat pesan tanpa nama yang kapan hari masuk di ponsel suaminya. "Baik. Aku duluan." Riko kembali menggamit lengan istri kecilnya, tapi seruan Nelly sukses menahan langkah sepasang suami istri itu. "Kenapa terburu-buru begitu? Kita sudah lama nggak ada ketemu, memang nggak pengen ngob
Read more

87.

"Lea!"Riko menyusul istrinya tak lama setelah gadis itu berlari ke kamar mandi. Di depan matanya, Riko melihat sendiri bagaimana Lea memuntahkan seluruh isi perutnya sampai tak bersisa, padahal Lea baru saja selesai makan. "Kita ke dokter saja, Le. Saya nggak tega lihatnya. Jelas kamu sakit ini, bukan cuma masuk angin biasa."Sampai terasa pahit lidah Lea, perutnya tak nyaman padahal seluruh isinya telah terkuras, ditambah lagi kepalanya yang seperti ditusuk ribuan jarum. Lea menangis. Rasa sakit yang dialami Lea saat ini masih bisa dia tahan, tetapi perasaan yang berkecamuk dalam dada yang membuatnya sakit hati hingga tak sanggup menahan diri. "Katakan yang mana yang sakit?" Mendengar pertanyaan suaminya, bukannya membuat suasana hati Lea membaik, yang ada malah pecah tangis gadis itu. Lea tersedu sehingga membuat suaminya tak tega. Riko mendekapnya erat. "Katakan yang mana yang sakit? Jangan hanya diam, kamu membuatku takut."Lea tak menjawab, tetapi tangisannya makin kencang
Read more

88.

"Mas Riko, aduh!" Lea memejamkan mata. Bagaimana wanita itu bersuara sungguh membuatnya mual. Sengaja menarik perhatian dengan mendulang rasa iba, menjual tampang memelas dan suara yang terdengar dibuat-buat. "Sakit, Mas." Lagi, Nelly merintih seolah gerakan Lea barusan begitu menyakitinya. Air matanya mulai berjatuhan. Lea muak, tapi ia mencoba menahan diri. Lea ingin melihat sejauh mana suaminya merespon Nelly. Andai benar ada sesuatu di antara mereka berdua, semua akan terbukti dengan sikap yang ditunjukkan Riko. Sikap pria itu juga yang akan dijadikan Lea sebagai tolak ukur. Dia mendecih sinis teringat suaminya ber'aku kamu' dengan wanita lain. Lea tersenyum miris. Riko menatap istrinya ragu, tetapi Lea menyorotnya tajam penuh peringatan. Dalam hati ada ketakutan tersendiri, Lea takut suaminya benar-benar peduli pada Nelly. Artinya, dugaan Riko ada hubungan dengan wanita hamil itu terbukti benar adanya. "Ayo, Le. Sepertinya giliran kita."Jauh di luar dugaan, Riko justru deng
Read more

89.

Tak hanya Lea, Riko pun hampir dibuat frustasi dengan kekacauan yang terjadi. Terlebih setelah mengetahui kabar kehamilan Lea, pria itu tak mau menanggung resiko jika sampai sesuatu yang buruk menimpa istri dan calon anak yang masih dalam kandungan. Riko melihat sendiri bagaimana emosi Lea tak stabil sejak memergoki pesan masuk tanpa nama bernada romantis di gawainya. "Matikan saja," ujar Riko setelah diam beberapa saat. Dia benar-benar harus ekstra hati-hati ketika berbicara dengan Lea karena tak mau membuat masalah semakin meruncing. "Kenapa harus dimatikan? Takut ketauan kalau ada se ...,""Lea, kamu selalu saja berpikiran buruk sama suami sendiri." Pria itu memotong perkataan istrinya. "Kalau memang mau diangkat ya angkat saja, bicara saja dengannya," imbuh Riko dengan suara yang jauh lebih lembut didengar. Niat baik pria itu rupanya dianggap berbeda oleh Lea, Riko serba salah. Akan tetapi sebisa mungkin dia berusaha tak terpancing emosi, biar bagaimanapun juga, sikap Lea yang
Read more

90.

Riko mengusap lembut kepala istrinya, seketika perasaan bersalah mengepung dari segala arah, membuat pria itu kesulitan bernapas. Seandainya waktu bisa diulang kembali, ingin Riko melepaskan diri dari keputusan yang dibuatnya di masa lalu. Keputusan yang membuatnya menjadi pecundang karena telah mencurangi istrinya diam-diam. "Pelan-pelan saja makannya, di dapur masih banyak, saya ambilkan kalau kurang."Lea tampak begitu lahap menyantap makanannya, padahal nasi goreng jawa dengan potongan petai buatan suaminya terasa asin. Mungkin benar adanya bayi di dalam kandungan yang menginginkan masakan sang ayah. "Habis ini vitaminnya diminum, lanjut tidur siang. Biar saya temani."Riko menyingkirkan piring kotor di meja, membantu Lea menelan beberapa pil sebelum kemudian keduanya saling merebah di peraduan. Rinai gerimis yang turun berubah deras, angin kencang yang berhembus membawa titik embun menciptakan hawa dingin. "Sehat-sehat di perut mama, jangan nakal. Papa sayang dede bayi, tumbuh
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status