Share

83

Penulis: Lintang RatuDolar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jangan sentuh!"

Riko tersentak saat Lea mendorong tubuhnya kasar. Pria itu bergeming melihat istrinya terduduk dengan wajah bersimbah air mata. Apa yang Riko takutkan akhirnya menjadi kenyataan. Dia telah menyakiti Lea.

"Saya bisa jelaskan, Le."

"Cukup!" Lea mengangkat tangannya meminta suaminya tak lagi bicara.

"Aku tau aku nggak ada hak sepenuhnya atas uangmu, Kak. Tapi bolehkah aku tanya, kepada siapa kamu mengirim uang dua puluh lima juta setiap bulannya?

Lalu perempuan yang mengirim pesan padamu mengucapkan terima kasih dan menggunakan uangmu untuk membeli keperluan bayi. Dia juga mengingatkanmu untuk selalu menjaga diri, dia melakukan hal yang seharusnya menjadi tugasku sebagai istri.

Sekarang katakan dengan jujur, sejak kapan kamu selingkuh, Kak?"

Tubuh Riko menegang. Dia benar-benar ketahuan sekarang. Lea bahkan tahu perkara uang yang setiap bulan dia alokasikan untuk orang lain. Apalagi saat tahu Lea sempat membaca pesan dari seseorang di ponselnya. Sungguh, Riko sudah t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
GigiKaka
lagian kan tinggal ditanya, siapa cewek itu? kemana tf yg setiap bulan 25jt itu? nanya aja ngga, gimana riko mau jawab...
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
aq menunggu kejujuran riko kayak dy belum mau mengatakan semuanya padahal ngomong tinggal ngomong biar lea gk mikir aneh2 lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    84.

    Lea tak dapat menghindar ketika Riko memenjarakannya dalam dekapan. Usai mengakhiri percintaan panas untuk kedua kalinya, wanita muda itu berniat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tetapi Riko tak juga mau melepasnya bahkan setelah Lea sempat memberontak tadi. "Kak?""Heum?" Masih dengan mata memejam, Riko mengusap lembut punggung telanjang istrinya. "Ada apa?"Lea menarik napas mencoba mencari kekuatan. Dia ingin menanyakan hal yang belakangan ini mengganjal di hati, tetapi juga bersiap untuk kemungkinan terburuk seandainya jawaban Riko menyakitinya. "Siapa pengirim pesan tanpa nama yang waktu itu mengucapkan terima kasih setelah Kak Riko mentransfer sejumlah uang padanya. Dia bilang uangnya mau dipakai beli keperluan bayi."Riko tak langsung menjawab, hal itu menimbulkan gemuruh di dada Lea seakan meluap. "Jawab jujur, atau ...,""Dia istri salah satu anak buahku, Lea." Riko menjawab setelah cukup lama membisu. "Istrinya Ilham."Lea dapat menerima jawaban itu karena me

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    85.

    "Saya nggak selingkuh, berapa kali saya harus bilang, Lea? Saya sudah berkata jujur, kenapa kamu masih saja meragukan saya?" Riko menatap istrinya frustasi. "Mau ribuan kali Kakak menyangkal, aku tetap nggak akan percaya sebelum aku bertemu dengan wanita itu. Sejak awal aku curiga. Kalau memang hubungan kalian sebatas karena kamu atasan suaminya, dia nggak mungkin dengan lancarnya manggil kamu 'mas'. Nada pesannya seakan dia memiliki kedekatan denganmu, malah terkesan seperti seorang istri yang sedang berpesan pada suaminya. Bukan kamu kan, Kak, ayah dari bayi yang sering dia sebut?""Lea! Astaga, kamu keterlaluan.""Dia minta kamu untuk sering datang buat jenguk anaknya. Apa maksudnya itu? Jangan salahkan aku, karena sikapmu yang tak terbuka itu yang bikin aku curiga sama kamu, Kak." Sekuat tenaga Lea mencoba menahan diri untuk tak meninggikan suara di depan suaminya. Tubuhnya sampai gemetaran karena menahan emosi bercampur kecewa yang sejak kemarin ia coba pendam sendirian. "Oke

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    86.

    Riko menahan napas melihat sosok yang sedang menjadi lawan bicara istrinya, jantungnya serasa berhenti sejenak. Tak mau mengulur waktu lebih lama, gegas ia hampiri Lea. "Lea, maaf nunggu lama, tadi ada sedikit masalah. Ayo pulang," ajak pria itu seraya menuntun istrinya agar masuk ke mobil. "Kak, kamu nggak nyapa Mbak Nelly dulu." Lea berbalik menahan diri sebelum Riko benar-benar membawanya masuk mobil. "Apa kabar, Mas Riko?"Lea membeku, darahnya tersirap mendengar sosok yang cukup lama menjadi pengasuh omanya itu memanggil suaminya dengan panggilan yang cukup akrab menurut Lea. Padahal, seingatnya dulu Nelly selalu memanggil Riko dengan sebutan 'pak'. Panggilan itu entah mengapa membuat Lea mengingat pesan tanpa nama yang kapan hari masuk di ponsel suaminya. "Baik. Aku duluan." Riko kembali menggamit lengan istri kecilnya, tapi seruan Nelly sukses menahan langkah sepasang suami istri itu. "Kenapa terburu-buru begitu? Kita sudah lama nggak ada ketemu, memang nggak pengen ngob

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    87.

    "Lea!"Riko menyusul istrinya tak lama setelah gadis itu berlari ke kamar mandi. Di depan matanya, Riko melihat sendiri bagaimana Lea memuntahkan seluruh isi perutnya sampai tak bersisa, padahal Lea baru saja selesai makan. "Kita ke dokter saja, Le. Saya nggak tega lihatnya. Jelas kamu sakit ini, bukan cuma masuk angin biasa."Sampai terasa pahit lidah Lea, perutnya tak nyaman padahal seluruh isinya telah terkuras, ditambah lagi kepalanya yang seperti ditusuk ribuan jarum. Lea menangis. Rasa sakit yang dialami Lea saat ini masih bisa dia tahan, tetapi perasaan yang berkecamuk dalam dada yang membuatnya sakit hati hingga tak sanggup menahan diri. "Katakan yang mana yang sakit?" Mendengar pertanyaan suaminya, bukannya membuat suasana hati Lea membaik, yang ada malah pecah tangis gadis itu. Lea tersedu sehingga membuat suaminya tak tega. Riko mendekapnya erat. "Katakan yang mana yang sakit? Jangan hanya diam, kamu membuatku takut."Lea tak menjawab, tetapi tangisannya makin kencang

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    88.

    "Mas Riko, aduh!" Lea memejamkan mata. Bagaimana wanita itu bersuara sungguh membuatnya mual. Sengaja menarik perhatian dengan mendulang rasa iba, menjual tampang memelas dan suara yang terdengar dibuat-buat. "Sakit, Mas." Lagi, Nelly merintih seolah gerakan Lea barusan begitu menyakitinya. Air matanya mulai berjatuhan. Lea muak, tapi ia mencoba menahan diri. Lea ingin melihat sejauh mana suaminya merespon Nelly. Andai benar ada sesuatu di antara mereka berdua, semua akan terbukti dengan sikap yang ditunjukkan Riko. Sikap pria itu juga yang akan dijadikan Lea sebagai tolak ukur. Dia mendecih sinis teringat suaminya ber'aku kamu' dengan wanita lain. Lea tersenyum miris. Riko menatap istrinya ragu, tetapi Lea menyorotnya tajam penuh peringatan. Dalam hati ada ketakutan tersendiri, Lea takut suaminya benar-benar peduli pada Nelly. Artinya, dugaan Riko ada hubungan dengan wanita hamil itu terbukti benar adanya. "Ayo, Le. Sepertinya giliran kita."Jauh di luar dugaan, Riko justru deng

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    89.

    Tak hanya Lea, Riko pun hampir dibuat frustasi dengan kekacauan yang terjadi. Terlebih setelah mengetahui kabar kehamilan Lea, pria itu tak mau menanggung resiko jika sampai sesuatu yang buruk menimpa istri dan calon anak yang masih dalam kandungan. Riko melihat sendiri bagaimana emosi Lea tak stabil sejak memergoki pesan masuk tanpa nama bernada romantis di gawainya. "Matikan saja," ujar Riko setelah diam beberapa saat. Dia benar-benar harus ekstra hati-hati ketika berbicara dengan Lea karena tak mau membuat masalah semakin meruncing. "Kenapa harus dimatikan? Takut ketauan kalau ada se ...,""Lea, kamu selalu saja berpikiran buruk sama suami sendiri." Pria itu memotong perkataan istrinya. "Kalau memang mau diangkat ya angkat saja, bicara saja dengannya," imbuh Riko dengan suara yang jauh lebih lembut didengar. Niat baik pria itu rupanya dianggap berbeda oleh Lea, Riko serba salah. Akan tetapi sebisa mungkin dia berusaha tak terpancing emosi, biar bagaimanapun juga, sikap Lea yang

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    90.

    Riko mengusap lembut kepala istrinya, seketika perasaan bersalah mengepung dari segala arah, membuat pria itu kesulitan bernapas. Seandainya waktu bisa diulang kembali, ingin Riko melepaskan diri dari keputusan yang dibuatnya di masa lalu. Keputusan yang membuatnya menjadi pecundang karena telah mencurangi istrinya diam-diam. "Pelan-pelan saja makannya, di dapur masih banyak, saya ambilkan kalau kurang."Lea tampak begitu lahap menyantap makanannya, padahal nasi goreng jawa dengan potongan petai buatan suaminya terasa asin. Mungkin benar adanya bayi di dalam kandungan yang menginginkan masakan sang ayah. "Habis ini vitaminnya diminum, lanjut tidur siang. Biar saya temani."Riko menyingkirkan piring kotor di meja, membantu Lea menelan beberapa pil sebelum kemudian keduanya saling merebah di peraduan. Rinai gerimis yang turun berubah deras, angin kencang yang berhembus membawa titik embun menciptakan hawa dingin. "Sehat-sehat di perut mama, jangan nakal. Papa sayang dede bayi, tumbuh

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    91.

    Ribuan kata maaf tak akan cukup menebus kesalahan yang telah dilakukan Riko pada istrinya. Pria itu terisak di sisi pembaringan, tempat di mana Lea tergolek lemah dengan wajah pias. Teringat penjelasan dokter terkait kondisi Lea, Riko dikepung perasaan bersalah tak berkesudahan. "Maaf, Le. Kumohon maafkan aku." Titik bening yang luruh di wajah Riko berpindah sebagian ke tangan Lea yang sedang digenggamnya. Lea sempat sadar sebentar sebelum akhirnya wanita muda itu histeris begitu mengingat hal yang membuatnya berakhir di rumah sakit itu. Dengan sangat terpaksa, dokter menyuntikkan penenang agar istri kecil Riko itu bisa beristirahat. Lea mengalami pendarahan, beruntung janinnya bisa diselamatkan. Makin bertumpuk saja rasa takut kehilangan dalam diri pria itu. Membayangkan jika harus kehilangan salah satu, atau bahkan dua sekaligus orang yang paling dekat dengannya. Sama seperti Lea yang hanya memiliki dia seorang, pun dengan Riko. Lea adalah satu-satunya keluarga yang Riko punya.

Bab terbaru

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    159.

    Dilihatnya sambungan telepon masih terhubung. Bara menekan tombol loudspeaker, memastikan Indah turut mendengar apa yang akan dia bicarakan nanti. "Halo, ada apa?" Suara bariton itu terdengar datar. Manik matanya setajam elang, berubah meredup ketika bertemu tatap dengan sang istri. "Halo, Mas. Ini aku Mawar. Tolong jangan dulu dimatikan, beri aku kesempatan untuk bicara.""Sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Antara kita nggak ada hubungan apa-apa, jadi tolong jangan ganggu aku lagi. Aku nggak mau kehilangan istri dan anakku.""Sebentar saja tolong, biarkan aku bicara dengan istrimu. Setelah ini aku bersumpah tak akan pernah mengusik kehidupan kalian lagi," janji Mawar terdengar meyakinkan. Jemari yang sempat menekan icon gagang telepon berwarna merah urung begitu mendengar nama istrinya disebut. Bara melirik Indah seolah meminta izin. "Tiga menit, setelah itu jangan pernah menggangguku lagi."Hening sesaat. Ada setitik ketakutan menyergap Indah. Terlepas dari apa yang t

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    Bab. 158.

    Getaran ponsel di nakas seketika membuat Bara terjaga. Buru-buru dia mengambil benda itu, tak ingin suaranya mengusik tidur sang istri. Pukul tiga pagi, Bara sempat melirik barisan angka di pojok kiri atas layar ponselnya sebelum dia menggulir layar menampilkan pesan yang dikirim Edo. [Mawar sudah melahirkan, bang. Bayinya perempuan.]Lelaki itu melirik Indah sekilas, lalu mulai mengetik balasan. [Mulai sekarang berhenti mengabariku apa pun tentang dia. Aku benar-benar memutuskan hubunganku dengannya meski hanya sebatas pertemanan. Rumah tanggaku hampir hancur, aku tak bisa kehilangan istri dan anakku. Dari kasus ini aku belajar bahwa memang tak ada hubungan yang murni sekadar persahabatan antara lawan jenis. Aku tak ingin menyakiti istriku lebih dalam lagi. Aku sangat mencintai Indah dan aku tak mau kehilangan dia.]Bara meletakkan gawainya ke tempat semula lalu melanjutkan tidurnya dengan memeluk Indah dari belakang. Ia kecupi belakang kepala istrinya sementara bibirnya tak henti

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    157.

    Bara melunak. Perkataan Indah barusan melukai hatinya, tapi melihat wanitanya menitikkan air mata tak pelak membuatnya melara. Dia merasa gagal menjadi suami, bukan kebahagiaan yang dia berikan pada Indah, melainkan air mata kesedihan. Perlahan lengan kokohnya membalikkan tubuh Indah, mendudukkan istrinya di pangkuan hingga mereka saling berhadapan. Ibu jarinya terusik menyusut bening yang masih mengaliri pipi Indah. "Sudah selesai ngomongnya? Kalau sudah, sekarang giliranku bicara," ucapnya lembut. "Awalnya aku memang tak ada sedikit pun rasa padamu, jangankan cinta, kita menikah saja terpaksa karena dijodohkan. Bedanya kamu bisa menerima, sedangkan aku butuh banyak waktu untuk mau berdamai dengan keadaan."Bara membawa istrinya ke dalam pelukan ketika Indah makin terisak. Tak adanya penghalang, tak ada jarak. Sesuatu dalam diri Bara bergejolak setelah sekian lama mati-matian Bara tahan, sedang dia tahu sekarang bukan saat yang tepat untuk itu. "Sampai kemudian aku merasakan sesu

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    156.

    "Mau kemana?"Bara menahan pergelangan tangan Indah sementara ibu hamil itu enggan membalikkan badan. Kilas bayangan ketika Mawar dan Bulan menyambut Bara sebagaimana pria itu menjadi bagian dari keluarga mereka, membuat Indah tetiba mual. Dia sampai jatuh pingsan karena terlalu syok waktu itu. "Mas."Sekali lagi Mawar memanggil, rintik gerimis yang perlahan turun tak dia hiraukan. Telah lama Mawar menantikan hari ini, bertemu dengan Bara. "Nggak usah nahan aku, sana! Sudah ada yang nungguin tuh dari tadi.""Nggak! Kamu nggak boleh kemana-mana." Indah berusaha menepis tangan sang suami, tetapi Bara semakin mengeratkan genggamannya dan malah merangkul pinggangnya merapat. "Kalaupun aku harus bicara, harus ada kamu juga yang ikut menyaksikan.""Mau coba bikin aku cemburu? Atau mau pamer kalau kamu banyak penggemar?" Indah mendecih. "Dosa besar selalu punya pikiran buruk sama suami sendiri.""Kamu sendiri yang bikin aku begini."Bara tak lagi melanjutkan perdebatan itu, sadar diriny

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    155.

    Indah menoleh, mengalihkan pandangannya dari barisan pepohonan yang tampak berlarian mengejar mobil yang ditumpanginya. Di sampingnya, Bara duduk dengan tangan tak henti mengusap perutnya, sementara tangan yang lain merangkul bahunya. "Nanti kalau ada yang dirasa, langsung ngomong sama aku. Kalau kamu nggak kuat, kita bisa langsung pulang."Ucapan yang entah sudah keberapa kalinya Indah dengar dari bibir sang suami. Pria itu begitu mencemaskannya, Indah melihatnya dari sorot mata Bara dengan begitu jelas. Bayi yang masih dalam bentuk sangat kecil dalam perut Indah tampaknya nyaman, terbukti benih hasil kerja keras Bara itu tak rewel sejak mereka menempuh perjalanan satu jam yang lalu. Indah sama sekali tak merasa mual, hanya saja wanita itu menjadi mudah haus, Bara sampai menyetok beberapa botol air mineral sekaligus di dekatnya."Kita mampir dulu, kasihan Bondan pasti capek nyetir."Indah memperhatikan sekitar, suasana cukup ramai. Tetangga yang biasa menjadi sopir kayu itu Bara mi

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    154.

    "Tadinya Bara niat mau bangun rumah, Bu. Yang besar, punya halaman luas biar ada tempat main begitu anak kami lahir nanti. Sekalian kami ajak bapaknya sama Ibu juga ikutan pindah, tapi sayangnya Indah salah paham." Bara menyesap kopi yang disuguhkan Fatimah, wajahnya menyiratkan kegundahan tak bisa dia sembunyikan tiap kali berhadapan dengan wanita yang telah melahirkannya. Rumah tangganya nyaris karam sebab kebodohannya sendiri, beruntung semuanya masih bisa diperbaiki walau Bara rasa tak akan semudah yang ada di pikirannya. "Kenapa tidak direnovasi saja itu rumah mertuamu? Diperbesar sekalian biar jadi seperti rumah impianmu. Coba tanya baik-baik sama tetangga depan mertuamu, barangkali mau jual tanahnya. Kalau disuruh pindah, sudah tentu Indah pasti tak akan mau.""Ibu bantu ngomong ya, Bara tiap ngomong bawaannya Indah sudah langsung jengkel. Entah, sepertinya dia benci banget lihat mukaku. Lihat suaminya sendiri seperti lihat musuh.""Salahmu sendiri, Indah nggak akan begitu ka

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    153.

    "Dengar apa yang Ibu bilang barusan? Jangan karena kamu janda, terus mau menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang kamu mau, termasuk dengan merusak rumah tangga orang lain."Fatimah yang geram tak lagi dapat menahan diri. Dia memuntahkan semua ganjalan di hatinya begitu mengangkat panggilan itu dan memastikan kalau yang menghubungi anaknya saat ini benarlah Mawar. "Bukan begitu, Bu. Mawar bisa jelaskan.""Tidak perlu repot-repot menjelaskan, terima kasih. Lebih baik kamu urus saja hidupmu dan anakmu, kalau memang mau cari suami, jangan anak Ibu. Di luar sana masih ada banyak lelaki yang tak terikat pernikahan.""Ibu salah paham." Isak tangis Mawar lirih terdengar. "Biarlah Ibu salah paham, asalkan Ibu bisa menyelamatkan rumah tangga anak sama mantu Ibu. Sekali lagi Ibu ingatkan, tolong ya Nak Mawar, berhenti mengusik anak Ibu, carilah pria bebas di luaran sana. Ibu minta tolong sekali, mantu Ibu sedang hamil. Sebagai sesama perempuan harusnya kamu punya sedikit perasaan

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    152.

    "Jangan macam-macam, Mas! Aku mengizinkanmu tidur satu kamar karena aku masih menghormatimu. Ada orang tua kita di sini. Kalau harus memilih, sebenarnya aku jauh lebih nyaman kalau Mas Bara tinggal saja di rumah ibu."Bara terkesiap. Bibirnya terkatup, ia kehabisan kata-kata menghadapi kemarahan Indah yang ternyata sangat mengerikan. Melihat gelagat istrinya, Bara tau Indah telah salah mengartikan ucapannya barusan. Padahal, Bara tak ada niatan untuk meminta haknya, ada hal lain yang ingin dia sampaikan. "Kamu salah paham, Ndah.""Sudah! Aku sedang tidak mau berdebat. Aku lelah!" pungkas Indah yang kini merebah dengan membelakangi lelaki itu. Kehamilan itu membuat Indah mudah lelah dan mengantuk, tetapi rasa tak nyaman membuatnya hanya berganti-ganti posisi sejak tadi. Lama wanita itu terjaga, Indah akhirnya bangkit. Tangannya meraba meja kecil di dekat ranjang, mengambil minyak kayu putih. "Biar aku saja."Indah menoleh, Bara mengambil botol kecil di tangannya. Tanpa kata, lelaki

  • Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder    151.

    "Ampun, Bu." Bara berusaha melindungi diri. Fatimah yang baru saja datang langsung memukulinya membabi buta. Tak sempat mengelak, pun menghindar. Bara hanya pasrah membiarkan kepala dan tubuh bagian lainnya menjadi sasaran kemarahan sang ibu. "Bajingan kamu! Berani kamu sakiti hati mantu kesayangan Ibu? Ibu bunuh kamu, Bar!""Ibu, ini cuma salah paham, Bu. Demi Tuhan Bara nggak pernah mengkhianati Indah. Kasih kesempatan buat Bara menjelaskan, Bu.""Salah paham bagaimana? Kamu lihat sendiri mantu Ibu nangis sampai sebegitunya?""Ampun, Bu. Bara nggak masalah Ibu pukuli begini, tapi kalau sampai Bara sakit nanti siapa yang bakalan nurutin Indah pas ngidam?"Barulah Fatimah berhenti. Ia menatap wajah menantunya yang sembab. Teringat tujuannya datang ke sana membuat Fatimah melupakan kemarahannya pada Bara lalu menghampiri Indah yang sedang duduk di ranjang. "Kamu kok kurus sekali, Nduk?" Dua wanita itu saling berpelukan. "Bulikmu sudah kasih tau Ibu, katanya kamu hamil?"Indah mengan

DMCA.com Protection Status