Semua Bab Anak Jenius Milik Sang Presdir: Bab 231 - Bab 240

271 Bab

Bab 230. Perjalanan Ellena.

Jantung Ellena tak berhenti berdegup kencang dari pertama kali Bus yang ditumpangi itu berangkat dari Terminal. Sedikitpun gadis itu tak dapat memejamkan matanya. Bayangan Fic terus melintasi otaknya.Hingga Bus sudah memasuki kapal, dan kapal mulai berlabuh pelan.Ellena duduk di kursi kapal di antara para penumpang yang berasal dari bus yang sama dengannya tadi dengan alasan tak ingin berpisah dari rombongan itu.Merogoh hpnya. Hp tanpa JPS bahkan kartu SIM yang sudah di lepas sejak dari Rumah.Ellena mengulik sebentar, menemukan yang ia cari.Ellena menatapi Foto seorang Pria dewasa yang sudah menggenggam hatinya itu, dan berhasil menuliskan nama abadi di dalam sana.Ellena mengulas senyuman yang terhalang masker."Tunggu Aku, Fic. Tunggu aku." Ellena menyeka air matanya yang menetes.Kepalanya terasa berat, mungkin karena hampir semalaman tidak tertidur sedetikpun. Menyimpan kembali hpnya, lalu Kepala itu akhirnya tumbang juga di badan kursi dan terlelap begitu saja.Hingga tepuka
Baca selengkapnya

Bab 231. Ellena tersesat?

Travel melaju di tengah jalan yang jauh lebih sepi dibandingkan lalu lintas kota tempat Ellena tinggal. Ia pun akhirnya terlelap, terbawa oleh kantuk yang tak tertahankan. Dengkuran halus terdengar dari bibirnya, menandakan bahwa Ellena telah tertidur pulas, tanpa menyadari pemandangan indah di luar jendela yang mungkin belum pernah ia saksikan sebelumnya. Beberapa kali, guncangan mobil yang terkena lubang dijalan tak mampu membangunkan Ellena. Sampai akhirnya, sang sopir merasa ada yang tak beres dan memutuskan untuk meminggirkan kendaraannya. Sopir itu keluar dari mobil, dengan ekspresi khawatir, untuk memeriksa apa yang sedang terjadi."Ah, sial! Ban pecah, ternyata. Pantas saja!" gumamnya sambil melihat jam tangan yang menunjukkan pukul tiga sore. "Dek.. dek!" serunya mencoba membangunkan Ellena. Ellena terlonjak kaget dan bangun seketika. Matanya bergerak cepat, mencoba mengenali sekitarnya."Kenapa berhenti, Pak? Sudah sampai?" tanyanya sambil membuka pintu mobil untuk keluar.
Baca selengkapnya

Bab 232. Pertemuan

Ellena merasa lemas, matanya mencari-cari sesuatu yang hilang. "Mungkin saja jatuh di travel tadi atau di pelabuhan," gumamnya lirih. Dia merasa panik, "Ya Tuhan..! Bagaimana jika aku tersesat?" keluhnya dalam hati.Ia menoleh ke para ibu-ibu di sekitarnya yang tampak bingung dengan keadaannya. Lalu pandangannya tertuju pada sang ojek yang juga tampak bingung."Mas, bagaimana? Kertas alamat itu hilang," ujar Ellena pada sang ojek dengan wajah cemas. Seorang ibu-ibu menghampiri, menatap Ellena dengan simpati. "Kasihan sekali Mbak ini. Pasti dari jauh ya?" tanyanya penuh kepedulian."Benar Bu. Saya dari kota. Saya, saya sedang mencari.. Mencari kakakku. Kakakku pergi dari rumah sekitar tiga atau empat bulan yang lalu. Ayahku mengatakan jika dia tinggal di daerah sini. Di desa ini. Tapi untuk memastikan, kertas alamat itu malah hilang," sahut Ellena dengan nada putus asa."Tidak menyimpan nomor HP-nya ya?" tanya satu ibu-ibu dengan ekspresi ikut panik. Ellena menggeleng perlahan, tampak
Baca selengkapnya

Bab 233. Masih seperti bermimpi

Dua insan itu terus saling memeluk erat, isak tangis mereka beradu. Sementara itu, dua insan lainnya tak beranjak dari tempat mereka, menyaksikan adegan haru tersebut. Fic tak henti-hentinya menciumi kepala Ellena yang tertunduk, sementara Ellena semakin mengeratkan pelukannya pada Fic. Ranti menyenggol pelan pinggang Ilham, "Ayo, ajak mereka masuk dulu, Mas. Udah gelap nih."Ilham mengangguk, lalu berjalan mendekati Fic sambil berkata, "Bro, jangan lepaskan pelukanmu! Tapi inget, peluk Nona Ellena sampai tulangmu ngilu di dalam rumah aja, ya. Hehe!" seru Ilham sambil tertawa kecil. Fic menoleh dan tersenyum miring, lantas dengan lembut menarik wajah Ellena untuk beranjak masuk.Fic mengusap wajah Ellena berulang kali sambil menahan isak tangis. "Kita masuk, ya?" Fic menggandeng pundak Ellena yang mengangguk pelan, lalu berjalan mengikuti Ilham dan Ranti yang sudah mendahului mereka."Bawa Nona ke kamar saja, Mas Fic. Biarkan dia beristirahat dulu. Perjalanan kemari cukup jauh, pasti
Baca selengkapnya

Bab 234. Ellena menggigil

"Bolehkah aku mandi, Fic?" tanyanya dengan mata berbinar. "Tentu saja. Eh, tapi tidak. Jangan! Nona, jangan mandi dulu. Air disini sangat dingin. Kamu pasti akan menggigil nanti," sahut Fic, bergegas menahan Ellena yang hendak beranjak. "Tapi aku sudah sehari semalam tidak mandi. Pasti bau!" protes Ellena sambil mencium bahunya. Fic menggoyangkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Kamu tetap wangi tanpa mandi pun," ujarnya, membelai lembut rambut Ellena."Tapi aku ingin mandi!" Ellena bersikeras dengan mata berkaca-kaca dan dagunya bergetar. "Baiklah." Fic menarik nafas panjang dan melunak, "Aku akan merebus air untukmu. Percayalah. Kamu tidak akan kuat dengan airnya jika tidak pakai air hangat." Ellena menunduk dengan wajah lesu dan hanya bisa menurut saat Fic memintanya untuk menunggu. Tak lama kemudian, Fic kembali sambil membawa ember berisi air panas dan segelas susu hangat. "Minumlah susu ini dulu," ujar Fic sambil mengelus kepala Ellena, "Aku akan menyiapkan mandi untukmu." "Biar
Baca selengkapnya

Bab 235. Menemani tidur.

Fic berjalan menuju Ilham yang tengah bersantai di depan televisi bersama anak dan istrinya di ruang tengah rumah megah milik Fic.Melihat kedatangan Fic, Ilham langsung berkata, "Hei, kenapa keluar? Apa tulangmu sudah terasa ngilu?" ejek Ilham sambil tertawa kecil, lalu merasa cekikikan istrinya yang menepuk-nepuk punggungnya. "Hehe, aku bercanda mas Fic. Ada apa?" buru-buru Ilham berdiri mendekati Fic. "Bisakah kamu mengantarku sebentar ke rumah pak RT, Ham? Aku harus melaporkan kedatangan Nona Ellena," pinta Fic.Ilham tersenyum lebar, "Haha... Kamu terlambat, Mas Fic! Tidak usah dipikirkan lagi." Serunya. "Maksudmu?" Fic memandang dengan serius. "Aku sudah pergi kesana tadi untuk melapor." jawab Ilham dengan tenang. "Sungguh kah?" Fic tampak terkejut. Ilham mengangguk, "Ya. Karena aku adalah seorang teman yang pengertian. Aku tidak ingin mengganggumu yang sedang dilanda rindu." ujarnya dengan suara merdu, membuat wajah Fic memerah karena malu."Apa yang kamu katakan pada Pak
Baca selengkapnya

Bab 237. Janji tidak akan nakal lagi.

Dulu, jika berada dalam posisi seperti ini, tangan Fic tentu tidak bisa diam - naluri pria dewasa pasti akan mengambil alih tanpa bisa dikompromi. Namun kini, Fic tak berpikir sedikitpun ke arah itu. Baginya, kehadiran Ellena saja sudah cukup membuat hatinya bahagia berlipat ganda. Fic tak ingin lagi mencumbu Ellena secara berlebihan seperti masa lalu.'Kamu adalah mutiara paling berharga bagiku, Ellena. Jadi, aku memang harus memperlakukanmu secara mulia," bisik Fic pada Ellena.Meskipun tangan Fic gemetaran, ia tak berhenti mengusap lembut punggung Ellena. Perlahan, nafas Ellena menjadi teratur, ia kini terlelap dalam dekapan hangat Fic yang penuh kasih sayang, tertidur dalam kebahagiaan. Namun, kebahagiaan itu terganggu saat suara ayam jantan berkokok nyaring, saling bersahutan, membangunkan Ellena dari tidur lelapnya. Ellena terjaga, seperti kebingungan menatap sekeliling. Lampu yang redup, tak seterang di kamarnya, menambah kesan misterius dalam kelambu yang menutupi tempat tid
Baca selengkapnya

Bab 238. Bahagianya Ellena.

Sekarang ini sudah bukan pagi lagi. Mungkin sudah jam sembilan atau bahkan lebih. Fic menarik kursi rotan untuk Ellena duduk di meja makan. Di kampung, sarapan jam segini dianggap sangat telat. Biasanya mereka sarapan sebelum matahari terbit karena setelah itu, mereka harus bergegas menuju pekerjaan mereka di kebun atau sawah. Sarapan nasi sepiring menjadi keharusan, demi energi untuk pekerjaan berat. Melihat kehadiran Nona Ellena, Ranti dan ibu tampak sibuk menyiapkan makanan pagi yang spesial untuk mereka. Hal ini berasal dari pembahasan panjang kali lebar sebelumnya."Nona Ellena suka makan apa ya?" Ranti menatap Ilham dengan raut wajah penasaran. Ilham mengangkat kedua bahunya, tanda ia juga tidak tahu jawabannya. "Eh, mungkin Nona suka sayuran!" seru Ibu dengan semangat. "Nona Ellena Tuan Putri dari keluarga kaya raya! Mana mungkin suka makan sayuran! Apalagi sayuran pucuk daun ubi. Mana dia kenal!" bantah Ilham dengan wajah skeptis. "Oh, potong Ayam itu saja. Lalu panggang.
Baca selengkapnya

Bab 239. Calon istri Mas Gilang.

Telah beberapa hari Ellena tinggal di kampung ini. Fic berbelanja dengan semangat untuk memenuhi kebutuhan Ellena. Tak satupun yang terlewat. Lemari besar yang baru dipasang di kamar Fic langsung penuh oleh barang-barang milik Ellena. Fic melakukan semua itu sendiri, tanpa mengajak Ellena untuk menghindari debu mengenai kulit putih Ellena. Padahal, sebenarnya Fic berbelanja di pusat kota Namun, mengingat peran Fic sebagai Kepala Pelayan sekaligus kekasih Tuan Putri dan calon suami Ellena, tentu saja Fic merasa memiliki tanggung jawab penuh atas apa yang terjadi pada Ellena.Ranti dan Ilham terlihat menggelengkan kepala. Mereka mengamati barang belanjaan Fic satu persatu, sambil membantu Ellena menata semua itu di tempat yang seharusnya. Ellena tersenyum dan menoleh saat Fic melangkah masuk ke kamar. Kedua matanya menatap penuh rasa terima kasih dan cinta pada pria yang berusaha keras demi kebahagiaannya."Apa masih ada yang dibutuhkan lagi, Nona? Jika ada yang kurang, Fic akan kembali
Baca selengkapnya

Bab 240. Menikah lalu bercerai.

Fic menginjak gas motornya lebih keras, melaju di jalan setapak yang melewati perkebunan karet dan sawit. Jalanan berlubang, tanjakan, dan turunan membuat perjalanan lebih menantang. Mereka kini memasuki area sebuah air terjun. Tiba-tiba, Fic mengerem mendadak saat hampir saja melesat ke jalan berlubang. Ellena memekik, tubuhnya membentur punggung Fic secara tak terduga. Dua benda kenyal milik Ellena terasa menekan punggungnya. "Ha-hati hati, Fic!" tegur Ellena sembari memukul punggung Fic, pipinya memerah. "Maaf, jalannya banyak lubang," jawab Fic dengan tawa kecil. Ia menghentikan motornya lalu menoleh. "Kenyal, Nona," celetuk Fic dengan senyuman genit. Ellena mencibir, menepuk punggung Fic lagi. "Kamu ini ya!" "Tidak apa-apa, setidaknya Fic dapat rejeki," Fic memutar tubuhnya tanpa menuruni motor, dengan kedua kaki masih menahan motor. Ia menatapi wajah Ellena, serius tapi hangat. "Kau cantik sekali, Ellena. Semua orang tidak berkedip melihatmu." Ellena memalingkan wajah, te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
28
DMCA.com Protection Status