Semua Bab Mencari Selingkuhan Suamiku: Bab 121 - Bab 130
299 Bab
Bab 121 Tidak Memenuhi Harapan
Entah berapa lama, sebuah suara yang lembut membangunkanku dari tidur. Aku merasa seperti ditarik kembali ke dunia nyata.Aku membuka mataku secara perlahan-lahan, tampak sebuah sosok tampan yang muncul di hadapanku. Aku terkejut dan bangun. Gerakanku yang terlalu cepat membuat memar di perutku terasa sakit."Hati-hati." Taufan berdecak kesal.Kami masih berada di dalam mobil, aku melihat hari mulai gelap. Matahari berwarna keemasan menutupi sebagian langit dan perlahan terbenam di ufuk barat."Astaga, sudah jam berapa? Aku harus menjemput Adele." Aku panik sambil buru-buru mencari ponsel."Aku menghubungi temanmu menggunakan ponselmu, aku memintanya untuk menjemput putrimu," Taufan menjawab dengan santai. "Bangun! Kakiku keram."Aku baru sadar bahwa diriku tertidur di dalam pelukannya. Wajahku memerah dan tersipu malu, kenapa Taufan tidak segera membangunkan aku?"Aku ... tidur berapa lama?" Aku tidak enak hati. Aku bergegas melepaskan pelukannya dan menjaga jarak."Dua jam lebih." Ta
Baca selengkapnya
Bab 122 Main Tangan
Pikiran ingin melarikan diri bahkan terbesit di kepalaku. Kata orang lebih baik mencegah daripada mengobati. Mungkin selama ini aku terlalu membuka diri, makanya Taufan sama sekali tidak sungkan kepadaku.Taufan menghentikan gerakan tangannya saat melihat aku melamun. Dia menatapku dingin sambil bertanya dengan nada bicara yang mengejek, "Kenapa? Takut? Kamu berpikir untuk menjaga jarak? Apakah aku begitu menakutkan?"Wajahku sontak terasa panas, aku memelototinya sambil menjawab, "Siapa yang takut sama kamu?"Mulutku tidak mau mengaku, tetapi jantungku berdegup kencang."Kalau kamu menjaga jarak sama bajingan itu, kamu tidak akan terluka seperti sekarang." Taufan kembali mengoleskan obat. "Tenang, aku hanya akan melakukannya kalau kamu bersedia. Kalau kamu menolak, aku pun tidak akan memaksa."Aku menatapnya dengan memelas, tetapi dia tidak menghiraukan aku."Dengarkan aku, baring yang benar." Tiba-tiba nada bicaranya berubah jadi lembut. "Mau aku pakai cara kekerasan?"Sepertinya har
Baca selengkapnya
Bab 123 Napas yang Menggebu
Aku membalas kecupannya. Perasaan dicintai, dibutuhkan, dan sensasi dibelai membuatku kehilangan akal sehat. Tampaknya aku memendam hasrat ini terlalu lama.Ucapannya terus berputar di dalam kepalaku. "Kalau kamu masih memberontak, aku tidak akan sungkan-sungkan. Biar ke depan kamu tidak ada alasan lagi menolakku."Sekarang aku hanya ingin melepaskan ikatan yang membelenggu hatiku. Aku ingin sesekali memanjakan diriku, melakukan hal-hal yang aku dambakan tanpa terkekang oleh apa pun. Aku tidak mau melarikan diri lagi.Bayangan perselingkuhan Harry dan Jasmine seolah merangsang tubuhku. Aku sangat bersemangat, aku juga menginginkannya. Aku ingin membalas mereka, aku juga bisa bersenang-senang.Aku tenggelam di dalam embusan napas Taufan yang menggebu-gebu. Tangannya yang hangat memegang lembut punggungku. Dia menyentuhku dengan hati-hati agar tidak mengenai lukaku.Perasaan ini terasa nyata, aku tidak sanggup menolak ciumannya yang bergairah.Sepertinya Taufan merasakan gairahku yang me
Baca selengkapnya
Bab 124 Sesuai Harapan
Tenggorokanku seperti dicekik, aku tidak berani mengungkapkan isi hatiku. Kami baru bersenang-senang, aku tidak mau merusak suasana.Aku pun mengubah topik pembicaraan. "Fasilitas yang perusahaanmu berikan sangat bagus. Seandainya aku nggak punya perusahaan, aku pasti bakal melamar kerja di kantormu.""Kenapa?" tanyanya."Melihatmu yang santai banget, aku yakin perusahaanmu pasti sangat memanusiakan karyawan." Aku berusaha mencari alasan yang terdengar masuk akal.Taufan tersenyum mendengar jawabanku, kami tidak melanjutkan topik yang canggung ini.Taufan sangat elegan meski saat makan. Aku menghabiskan makananku dalam hitungan menit, mungkin karena kau kelaparan. Hari ini aku belum makan, aku tidak perlu berpura-pura di hadapannya.Setelah makan aku memaksa ingin pulang. Dia bangkit berdiri sambil berkata, "Aku antar."Di dalam mobil, Taufan sedang memikirkan sesuatu, sedangkan aku menatap keluar jendela. Angin sejuk yang bertiup membuatku sadar, semua yang terjadi tadi bagaikan mimpi
Baca selengkapnya
Bab 125 Bebas
Aku merasa lega dan bebas saat melangkah meninggalkan ruang persidangan.Ketika aku mengantar Haikal pergi, tiba-tiba Harry muncul dan berlari ke arahku. Orang-orang yang berada di sekitar langsung mengadang untuk melindungiku.Beberapa orang menahan Harry agar tidak bertindak gegabah. Penampilan Harry pasrah dan acak-acakan. Dia menatap seolah sedang menyalahkanku. "Sayang ...."Aku jijik mendengar panggilan tersebut."Maya, jangan pergi! Lepaskan aku, jangan tahan aku! Maya, tolong berikan aku kesempatan bicara." Harry berusaha menepis tangan-tangan yang menahannya. Dia menatapku dengan memelas. "Maya, berikan aku kesempatan bicara. Walaupun sudah cerai, masih ada banyak hal yang perlu kita bicarakan. Sayang, aku mohon.""Berhenti memanggilku sayang, kamu nggak punya hak! Aku nggak merasa ada yang perlu dibicarakan lagi, pengadilan telah memutuskan semuanya." Aku melemparkan tatapan sinis."Nggak, Maya! Aku mohon! Kalian jangan menahanku! Lepaskan aku ...." Harry menatapku dengan cem
Baca selengkapnya
Bab 126 Menyelesaikan Sampai Ke Akar
Harry tersentak mendengar ucapanku, dia menatapku hingga mematung. Aku dapat melihat keengganan dan kepasrahan yang tersirat di matanya."Maya, kalian sudah cerai! Kamu masih berani menggoda Harry di depan umum? Wanita nggak tahu malu!" Jasmine berlari ke samping Harry dan menarik tangannya.Aku menyeringai jijik, lalu berkata kepada Harry, "Aku ingatkan untuk terakhir kalinya. Kamu adalah pria yang tidak berbakti, tidak berguna, tidak setia, pengecut, menelantarkan istri dan anak. Tunggu saja karmamu! Pengadilan telah memutuskan perceraian, bangunlah dari mimpimu! Mulai sekarang jangan pernah menemuiku lagi."Setelah bicara, aku membalikkan badan dan pergi meninggalkannya. Ketika membalikkan badan, sekilas aku melihat mata Harry yang memerah dan berkaca-kaca.Aku berterima kasih kepada Haikal, lalu mengajak ibuku dan Fanny pulang. Dari kaca spion, aku melihat Harry yang berdiri mematung sambil menyaksikan mobilku melaju pergi.Kami singgah ke rumah sakit untuk menjemput ayahku pulang.
Baca selengkapnya
Bab 127 Jalan Masing-masing
Pria ini bernama Oscar Tandra, dia adalah kakak kelasku semasa sekolah.Setahuku Oscar berada di luar negeri, aku sudah bertahun-tahun tidak mendengar kabarnya. Aku langsung memerintahkan asistenku, Shea, untuk menghubungi Oscar.Shea adalah karyawan lama. Meskipun pendidikannya tidak tinggi, dia memiliki daya ingat yang kuat dan cerdas, kinerjanya pun bagus. Aku mempertahankan Shea karena dia pernah bertengkar dengan Jasmine.Ketika kami bertemu, Oscar terlihat sangat tenang. Aku yakin, dia sudah mengetahui bahwa aku adalah pemilik Aurous Construction.Aku bertanya sambil tersenyum, "Kamu masih ingat aku?""Em." Oscar membalas senyumanku. "Aku tahu kamu adalah pemilik perusahaan ini.""Tapi perusahaanku hanyalah perusahaan kecil, nggak cocok untuk pendidikanmu yang tinggi." Aku tidak ingin memberikan janji kosong. "Gajinya pun mungkin nggak setinggi yang kamu harapkan.""Kalau kamu merasa kinerjaku bagus, kamu bisa memberikanku sedikit saham perusahaan. Yang penting kita berdua tidak
Baca selengkapnya
Bab 128 Situasi Buruk
Selama menempuh perjalanan udara ke Kota Jola, aku menatap langit cerah dan awan putih yang membentang di luar. Entah kenapa, tiba-tiba wajah Taufan muncul di dalam benakku.Sejak sidang perceraian selesai, aku tidak pernah bertemu Taufan lagi. Dia tidak pernah menghubungiku lagi, sejujurnya aku agak kecewa. Namun aku juga menahan diri dan berusaha menjaga jarak darinya.Tidak disangka, Taufan panjang umur. Begitu pesawat mendarat, aku melihat sebuah panggilan tak terjawab saat menyalakan ponsel.Aku berpikir sebentar, lalu meneleponnya. Sesaat panggilan dijawab, dia langsung bertanya, "Di mana?""Baru mendarat di Kota Jola," jawabku."Sendiri?" tanya Taufan."Em.""Oh, hati-hati. Matikan teleponnya."Aku merasa cara bicara Taufan terdengar asing dan berjarak. Aku menggenggam erat ponselku, dia meneleponku hanya untuk menanyakan pertanyaan yang tidak penting? Ketika aku mau menanyakan keberadaan dan tujuannya menghubungiku, dia sudah menutup panggilannya.Aku kesal dan menyimpan kembal
Baca selengkapnya
Bab 129 Tamu Tengah Malam
Aku mengira diriku sedang berhalusinasi. Aku memijat kepalaku, lalu kembali berbaring. Di saat bersamaan, pintu kamarku kembali diketuk.Semua rasa kantukku sontak sirna, aku tidak sedang bermimpi. Aku menegakkan tubuhku, siapa yang mengetuk pintu kamarku? Aku agak ketakutan. "Siapa?""Aku," jawab orang tersebut.Aku tidak meragukan pendengaranku, apakah aku sedang mengigau?Dia lanjut berkata, "Buka pintu, ini aku."Aku melompat dari tempat tidur dan berlari ke depan pintu. Suara itu .... Aku mengintip melalui lubang intip di pintu, aku terkejut melihat sebuah sosok tinggi dan tampan yang berdiri di luar.Tanpa pikir panjang, aku buru-buru membuka pintu kamarku. Taufan yang kelelahan tampak berdiri tegap dan menatapku.Aku menatapnya hingga tercengang. Aku tidak berani berkedip, takutnya dia menghilang dari pandanganku. Semua ini terasa seperti mimpi, aku bertanya dengan suara gemetar, "Kok ... kamu ada di sini?"Aku sungguh ingin memeluknya, tetapi aku tidak berani.Dia tersenyum kec
Baca selengkapnya
Bab 130 Sosok Wanita Cantik
Keesokan hari.Hari sudah siang saat kami bangun. Taufan memeluk erat tubuhku. Jika bukan karena Sandy menelepon, mungkin Taufan tidak akan melepaskanku.Taufan baru melepaskanku setelah aku mengatakan ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Apalagi nanti malam aku harus kembali ke Kota Reva.Taufan bangun dan menemaniku makan siang. Aku tidak menyukai hubungan tanpa status, aku tidak memahami arah perkembangan hubungan ini.Kami adalah dua orang dewasa menjalin hubungan khusus tanpa komitmen. Taufan tidak pernah menegaskan arah hubungan kami, aku tidak tahu bagaimana menyebut hubungan ini. Anehnya, aku tidak bisa menolak kehadiran Taufan, aku senang berada di sisinya.Meskipun tidak ada status dan kejelasan, aku nyaman bersama Taufan. Dia juga melakukan semuanya tanpa meminta persetujuanku, pria ini sangat arogan.Aku tidak berani menanyakan kejelasan hubungan ini, aku takut kecewa.Aku tiba di Kota Reva pada tengah malam. Saking capeknya, aku bahkan tidak sanggup mengucapkan sepatah k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
30
DMCA.com Protection Status