Harry tersentak mendengar ucapanku, dia menatapku hingga mematung. Aku dapat melihat keengganan dan kepasrahan yang tersirat di matanya."Maya, kalian sudah cerai! Kamu masih berani menggoda Harry di depan umum? Wanita nggak tahu malu!" Jasmine berlari ke samping Harry dan menarik tangannya.Aku menyeringai jijik, lalu berkata kepada Harry, "Aku ingatkan untuk terakhir kalinya. Kamu adalah pria yang tidak berbakti, tidak berguna, tidak setia, pengecut, menelantarkan istri dan anak. Tunggu saja karmamu! Pengadilan telah memutuskan perceraian, bangunlah dari mimpimu! Mulai sekarang jangan pernah menemuiku lagi."Setelah bicara, aku membalikkan badan dan pergi meninggalkannya. Ketika membalikkan badan, sekilas aku melihat mata Harry yang memerah dan berkaca-kaca.Aku berterima kasih kepada Haikal, lalu mengajak ibuku dan Fanny pulang. Dari kaca spion, aku melihat Harry yang berdiri mematung sambil menyaksikan mobilku melaju pergi.Kami singgah ke rumah sakit untuk menjemput ayahku pulang.
Pria ini bernama Oscar Tandra, dia adalah kakak kelasku semasa sekolah.Setahuku Oscar berada di luar negeri, aku sudah bertahun-tahun tidak mendengar kabarnya. Aku langsung memerintahkan asistenku, Shea, untuk menghubungi Oscar.Shea adalah karyawan lama. Meskipun pendidikannya tidak tinggi, dia memiliki daya ingat yang kuat dan cerdas, kinerjanya pun bagus. Aku mempertahankan Shea karena dia pernah bertengkar dengan Jasmine.Ketika kami bertemu, Oscar terlihat sangat tenang. Aku yakin, dia sudah mengetahui bahwa aku adalah pemilik Aurous Construction.Aku bertanya sambil tersenyum, "Kamu masih ingat aku?""Em." Oscar membalas senyumanku. "Aku tahu kamu adalah pemilik perusahaan ini.""Tapi perusahaanku hanyalah perusahaan kecil, nggak cocok untuk pendidikanmu yang tinggi." Aku tidak ingin memberikan janji kosong. "Gajinya pun mungkin nggak setinggi yang kamu harapkan.""Kalau kamu merasa kinerjaku bagus, kamu bisa memberikanku sedikit saham perusahaan. Yang penting kita berdua tidak
Selama menempuh perjalanan udara ke Kota Jola, aku menatap langit cerah dan awan putih yang membentang di luar. Entah kenapa, tiba-tiba wajah Taufan muncul di dalam benakku.Sejak sidang perceraian selesai, aku tidak pernah bertemu Taufan lagi. Dia tidak pernah menghubungiku lagi, sejujurnya aku agak kecewa. Namun aku juga menahan diri dan berusaha menjaga jarak darinya.Tidak disangka, Taufan panjang umur. Begitu pesawat mendarat, aku melihat sebuah panggilan tak terjawab saat menyalakan ponsel.Aku berpikir sebentar, lalu meneleponnya. Sesaat panggilan dijawab, dia langsung bertanya, "Di mana?""Baru mendarat di Kota Jola," jawabku."Sendiri?" tanya Taufan."Em.""Oh, hati-hati. Matikan teleponnya."Aku merasa cara bicara Taufan terdengar asing dan berjarak. Aku menggenggam erat ponselku, dia meneleponku hanya untuk menanyakan pertanyaan yang tidak penting? Ketika aku mau menanyakan keberadaan dan tujuannya menghubungiku, dia sudah menutup panggilannya.Aku kesal dan menyimpan kembal
Aku mengira diriku sedang berhalusinasi. Aku memijat kepalaku, lalu kembali berbaring. Di saat bersamaan, pintu kamarku kembali diketuk.Semua rasa kantukku sontak sirna, aku tidak sedang bermimpi. Aku menegakkan tubuhku, siapa yang mengetuk pintu kamarku? Aku agak ketakutan. "Siapa?""Aku," jawab orang tersebut.Aku tidak meragukan pendengaranku, apakah aku sedang mengigau?Dia lanjut berkata, "Buka pintu, ini aku."Aku melompat dari tempat tidur dan berlari ke depan pintu. Suara itu .... Aku mengintip melalui lubang intip di pintu, aku terkejut melihat sebuah sosok tinggi dan tampan yang berdiri di luar.Tanpa pikir panjang, aku buru-buru membuka pintu kamarku. Taufan yang kelelahan tampak berdiri tegap dan menatapku.Aku menatapnya hingga tercengang. Aku tidak berani berkedip, takutnya dia menghilang dari pandanganku. Semua ini terasa seperti mimpi, aku bertanya dengan suara gemetar, "Kok ... kamu ada di sini?"Aku sungguh ingin memeluknya, tetapi aku tidak berani.Dia tersenyum kec
Keesokan hari.Hari sudah siang saat kami bangun. Taufan memeluk erat tubuhku. Jika bukan karena Sandy menelepon, mungkin Taufan tidak akan melepaskanku.Taufan baru melepaskanku setelah aku mengatakan ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Apalagi nanti malam aku harus kembali ke Kota Reva.Taufan bangun dan menemaniku makan siang. Aku tidak menyukai hubungan tanpa status, aku tidak memahami arah perkembangan hubungan ini.Kami adalah dua orang dewasa menjalin hubungan khusus tanpa komitmen. Taufan tidak pernah menegaskan arah hubungan kami, aku tidak tahu bagaimana menyebut hubungan ini. Anehnya, aku tidak bisa menolak kehadiran Taufan, aku senang berada di sisinya.Meskipun tidak ada status dan kejelasan, aku nyaman bersama Taufan. Dia juga melakukan semuanya tanpa meminta persetujuanku, pria ini sangat arogan.Aku tidak berani menanyakan kejelasan hubungan ini, aku takut kecewa.Aku tiba di Kota Reva pada tengah malam. Saking capeknya, aku bahkan tidak sanggup mengucapkan sepatah k
Waktu yang kutunggu pun tiba. Taufan dan wanita itu bangkit berdiri. Sembari mengobrol, wanita itu merangkul lengan Taufan sambil melihat ke sekeliling restoran. Wanita itu memiliki wajah yang mungil. Tidak bisa dibilang sangat cantik, tetapi dia memiliki aura yang berkharisma.Taufan menatapku dengan datar. Wanita yang berada di sampingnya mengikuti arah mata Taufan, lalu menoleh ke arahku. Sesaat melihatku, wanita itu sontak tercengang. Raut wajahnya kelihatan agak aneh.Aku tidak salah lihat, wanita itu terlihat salah tingkah.Di saat aku termenung, Taufan mengajak wanita itu pergi. Sebelum menghilang dari pandanganku, wanita itu menoleh dan menatapku.Fanny sadar bahwa kehadiran Taufan dan wanita asing telah memengaruhi suasana hatiku. "Kita pindah tempat saja. Bagaimana kalau kita pergi minum? Tempat ini nggak seru."Aku menyetujui ide Fanny. Kebetulan aku juga ingin minum.Fanny membawaku ke Bar Arkon yang terletak di sebelah selatan kota. Sejujurnya aku tidak begitu menyukai tem
Aku berteriak ketakutan saat merasakan sebuah benda yang akan menghantam kepalaku. Namun anehnya aku tidak kesakitan, aku justru mendengar suara pecahan yang berderak.Aku tersadar sepenuhnya, lalu membalikkan badan untuk melihat apa yang terjadi. Aku melihat pria itu tersungkur di atas meja, sementara sebuah sosok tinggi dan tampan melindungiku dari belakang.Raut wajah Taufan terlihat sangat masam.Pria asing itu bangkit berdiri dan kembali menyerang Taufan. Aku berteriak ketakutan, sementara Taufan menghajar pria itu dengan santai.Keributan ini menarik perhatian banyak orang. Taufan menarik lenganku dan menyeretku meninggalkan bar ini. Fanny memungut tas kami, lalu buru-buru mengikuti dari belakang."Kamu makin pintar, beraninya minum-minum di tempat kayak gini?" Taufan membentakku.Kejadian barusan membuatku ketakutan. Sebelum aku mencerna semua yang terjadi, Taufan malah memarahiku. Aku terkejut melihat wajahnya yang mengerikan. Hem, semua pria sama saja!Tadi Taufan tidak bersik
Ucapannya berhasil menarik perhatianku. Dia ingin menemaniku? Lalu siapa yang dia temani tadi?Aku tak bisa menahan tawaku, apa hakku mengatur-atur hidupnya? Ini baru yang kelihatan, aku tidak tahu apa yang terjadi saat tidak kelihatan."Kenapa tertawa?" Dia menatapku dengan kesal."Pak Taufan, berhenti bercanda. Aku nggak berani memintamu untuk menemaniku." Aku tertawa sinis. Aku memang tidak berani, lagi pula kami tidak memiliki hubungan apa-apa.Aku hanyalah seorang wanita beranak satu yang baru bercerai. Apa hakku bersaing dengan wanita cantik demi memperebutkan Taufan? Apalagi, Taufan belum tentu memilihku.Aku agak merasa agak rendah diri, aku merasa tidak pantas dicintai.Aku jelas mendambakan pelukan Taufan, tetapi hatiku remuk saat melihatnya bersama wanita lain. Perasaanku berkembang terlalu cepat. Aku baru mengakhiri pernikahanku, apakah aku mau melabuhkan cintaku kepada orang lain dalam waktu sesingkat ini? Aku merasa agak jahat."Kenapa tiba-tiba diam?" tanya Taufan meliha