Home / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Mencari Selingkuhan Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120

299 Chapters

Bab 111 Memaksa Bertemu

Di saat Giana hendak menjawab, Jasmine bangkit berdiri dan pindah ke samping Giana. Jasmine merangkul lengan Giana sambil menjawab, "Ayahku pergi ke rumah pamanku. Jadi aku dan ibuku datang untuk menemani kalian. Kami akan tinggal di sini. Makin ramai, makin seru."Aku tersentak mendengarnya, mereka mau menemani orang tuaku? Mereka mau tinggal di sini?Jasmine melirikku sambil tersenyum penuh kemenangan. "Kak Maya juga jarang ke rumah kami, jarang-jarang ada kesempatan seperti ini."Ekspresiku terlihat datar, tetapi sesungguhnya hatiku terasa sakit. Aku membalas tatapan Jasmine dan menjawabnya, "Nggak perlu, pulanglah ke rumahmu sendiri."Ayahku terkejut mendengar jawabanku, dia pun menatapku tanpa bergeming. Ibuku juga agak canggung setelah mendengar jawabanku, dia bergegas mengalihkan topik pembicaraan. "Jasmine, kamu makin cantik. Sudah punya pacar?""Kami sudah pacaran bertahun-tahun, sebentar lagi mau nikah," jawab Jasmine tanpa merasa bersalah.Rasanya aku ingin merobek mulut Jas
Read more

Bab 112 Pertanyaan yang Menyebalkan

Aku tercengang mendengar pertanyaan Taufan. Aku tidak mengerti maksud pertanyaannya."Bukankah harusnya sidang ceraimu dilaksanakan hari ini? Kenapa sidang kalian dibatalkan?" Ekspresi Taufan terlihat datar, nada bicaranya terdengar ketus seperti marah.Aku menatap Taufan, apakah dia pergi ke pengadilan? Tidak ada seorang pun yang mengetahui penundaan sidang perceraianku. Taufan pasti pergi ke pengadilan, makanya dia tahu persidanganku ditunda."Terpaksa ditunda karena ada urusan mendadak," aku menjelaskan."Kamu ragu lagi? Gara-gara alasanmu yang tidak masuk akal itu?" Mata Taufan memancarkan sorotan yang dingin. "Kamu malaikat, ya? Belum kapok juga?"Aku menghadapi Taufan dengan tenang. Sebelum menjawab pertanyaannya, aku mengambil segelas jus dan meneguknya. "Kayaknya aku nggak bisa bercerai dalam waktu dekat.""Kenapa?" Taufan menatapku dengan serius."Aku nggak berdaya, dia menggunakan orang tuaku untuk mengancamku. Semua nggak berjalan seperti yang aku harapkan. Aku terlalu merem
Read more

Bab 113 Ancaman

Aku tidak tenang saat melihat Jasmine masuk ke dalam mobilku.Pertama, Jasmine dan Giana sengaja pindah ke rumahku, mereka pasti memiliki niat yang buruk. sekarang Jasmine pun masuk ke dalam mobilku, dia selalu memprovokasi kemarahanku.Namun aku tidak mengusir Jasmine dari mobil. Aku langsung menyalakan mobil sesaat setelah Jasmine duduk."Maya, kenapa? Kamu nggak senang?" Jasmine bertanya dengan nada bicara yang menantang."Menurutmu? Jujur saja, aku mual melihat wajahmu, rasanya mau muntah.""Sama dong, aku juga mual melihat wajahmu." Jasmine melirik sinis. "Sebaiknya kamu angkat kaki dari rumah itu. Kalau nggak, kamu tanggung sendiri akibatnya.""Jangan mimpi! Akibatnya? Kamu lupa akibat yang didapatkan Jack? Aku nggak keberatan memenjarakan lebih banyak orang. Selama kamu bersedia, aku nggak keberatan mengirimmu untuk menemani ayah angkatmu. Jangan lupa, aku masih memegang semua buktinya," jawabku tanpa menatapnya."Maya, jaga sikapmu!" Jasmine meninggikan suara, malah dia yang ma
Read more

Bab 114 Manusia Berencana, Takdir Menentukan

Aku tersenyum sinis, lalu membawa Adele dan orang tuaku masuk ke taman bermain. Sesekali aku menemani Harry bersandiwara dan memamerkan kemesraan untuk membuat Jasmine marah.Walaupun marah, Jasmine tidak berani membalasku.Sesi cabut undian diadakan setelah kami selesai mengunjungi wahana bawah laut. Aku meminta Adele untuk mencabut undian, tidak disangka kami mendapatkan sebuah kejutan yang "tak terduga".Kami mendapatkan 3 tiket perjalanan gratis ke Pulau Pabus selama tiga hari. Para pengunjung yang lain iri melihat hadiah yang kami dapatkan.Aku langsung menunjukkan ketertarikanku, aku mengatakan Pulau Pabus adalah tempat yang indah. Aku paling menyukai suasana pantai, deburan ombak laut, dan pepohonan tropis.Ayah dan ibuku ikut semangat melihat antusiasku. Aku menanyakan kepada pihak penyelenggara mengenai detail perjalanannya.Sesampainya di rumah, di saat kami masih mendiskusikan masalah liburan ini, Harry mendesakku untuk membawa orang tuaku pergi bersama.Harry berkata dengan
Read more

Bab 115

"Kalau kamu masih ada sedikit hati nurani, segera bawa dia pergi dari sini. Seandainya terjadi sesuatu pada ayahku, aku nggak bakal melepaskanmu!" Aku berteriak kepada Harry.Harry takut terjadi sesuatu kepada ayahku, akhirnya dia menarik Jasmine dan membujuknya. "Sudah, tutup mulutmu."Namun Jasmine sama sekali tidak memedulikan kondisi ayahku. Dia malah makin memprovokasi kemarahan ayahku."Maya, berhenti menjual kesedihan! Cepat, kembalikan semua yang kamu rebut dari Keluarga Sinjaya. Ini adalah rumah yang diberikan Harry kepadaku. Kamu mendapatkan rumah ini dengan cara yang kotor, sekarang malah membawa keluargamu buat tinggal di sini juga. Kamu sudah gila?" Jasmine bersenang-senang di atas penderitaanku.Giana datang ke kamar kami saat mendengar keributan. Raut wajah Giana terlihat muram dan panik."Ayah, kembali ke kamar. Bu, tolong bawa Ayah ke kamar." Aku mengkhawatirkan keadaan ayahku, makanya aku memaksanya kembali ke kamar.Ayahku menggenggam erat tanganku. "Maya, jangan tak
Read more

Bab 116 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula

"Ayah ...." Aku menjerit sambil menangis, "Ayah!"Semua orang tersentak melihat keadaan ayahku, Harry sampai buru-buru menelepon ambulans.Seisi rumah dipenuhi oleh suara tangisan aku, Adele, dan ibuku.Fanny dan ambulans tiba bersamaan. Begitu naik, Fanny langsung mengerti sesaat melihat ayahku yang tersungkur tak berdaya.Aku menitipkan Adele kepada Fanny, aku dan ibuku masuk ke dalam ambulans dan ikut ke rumah sakit. Di dalam ambulans, dua orang perawat buru-buru memberikan pertolongan pertama kepada ayahku.Aku yang gemetar pun mencari ponselku untuk menghubungi Taufan. Sesaat panggilannya dijawab, aku menangis sambil berkata, "Tolong bantu aku cari dokter. Ayahku ....""Di rumah sakit mana?" tanya Taufan."Rumah Sakit Bangsa.""Oke."Aku merasa agak lega setelah menghubungi Taufan.Sesampainya di rumah sakit, ayahku langsung dibawa ruang UGD. Aku duduk sambil bersandar tak berdaya di tembok. Aku memeluk diriku sendiri, hatiku terasa sangat sakit.Ayah dan ibuku bersusah-payah memb
Read more

Bab 117 Amarah yang Meledak

Aku mengkhawatirkan Taufan dan mengingatkannya, "Hati-hati, takutnya dia membalasmu.""Tenang saja." Taufan mengajakku kembali ke ruang UGD.Ketika kami kembali, ibuku bertanya, "Di mana bajingan itu.""Sudah pergi," jawabku.Setelah dua jam, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang UGD. "Kondisi pasien sudah stabil, untungnya segera dibawa ke rumah sakit. Kalian harus menjaga emosi pasien, jangan sampai emosi, apalagi terpukul."Aku pun lega mendengarnya. Taufan berpesan kepada dokter, lalu memberikanku saran. "Jangan bilang ayahmu sudah sadar. Sebarkan berita ayahmu masih kritis."Taufan meminta pihak rumah sakit untuk memberikan kamar VIP kepada ayahku. Taufan juga meminta ibuku tinggal di rumah sakit agar lebih mudah untuk merawat ayahku. Dengan begitu, juga tidak ada orang asing yang mengetahui kondisi ayahku yang sebenarnya.Aku sedih melihat wajah ayahku yang pucat dan mengenakan tabung oksigen. Begitu melihat aku, ayahku tidak bisa membendung air mata, bibirnya bergetar marah.
Read more

Bab 118 Disiksa

Aku makin kesulitan bernapas, kurangnya oksigen membuat kepalaku pusing. Aku memelotot tak berdaya, aku mencengkeram tangan Harry yang mencekikku.Di mataku, Harry tak lebih dari seorang iblis. Apa yang membuatku mencintai bajingan ini?Pandanganku semakin kabur. Sebelum kehilangan kesadaran, Harry melempar tubuhku hingga menabrak tembok. Rasa sesak dan lemas bercampur jadi satu.Aku meringkuk sambil memegang leherku dan batuk-batuk. Giana dan Jasmine berdiri di depan pintu, mereka diam saja melihat Harry menyiksaku.Jasmine tersenyum puas. "Maya, akhirnya kamu mendapatkan karma yang setimpal, haha. Kak, seharusnya kamu memukulinya sejak lama. Orang kayak dia nggak pantas dikasihani."Pujian Jasmine membuat Harry merasa di atas angin. Sepertinya Harry lupa bagaimana kondisinya saat dihajar Taufan di rumah sakit."Mau serahkan atau tidak?" Harry berteriak seperti seekor binatang buas. "Tadinya aku mengira kamu masih berguna, aku bisa memanfaatkanmu untuk mendapatkan proyek dari Taufan.
Read more

Bab 119

Fanny mengangguk, dia buru-buru mengeluarkan ponsel untuk menghubungi asistennya dan memintanya untuk mengirimkan wartawan ke rumah ini.Setelah Fanny menyimpan ponselnya, aku memintanya untuk membantuku berbaring di lantai. "Lepaskan aku, taruh saja di lantai. Cepat, foto! Foto!"Fanny memapahku sampai ke lantai satu, lalu terpaksa meletakkanku di atas lantai dan mengeluarkan ponsel untuk memotret kondisiku yang baru disiksa. Fanny mengambil fotoku dari segala arah, dia juga memotret semua memar yang ada di tubuhku.Fanny juga menghubungi Haikal dan Komisi Perlindungan Wanita untuk datang ke rumah.Ternyata Harry, Jasmine, dan Giana belum pergi. Mereka bersembunyi di lantai satu. Harry pun panik menyaksikan tindakan Fanny. Dia berteriak dari kejauhan, "Maya, kamu yang cari mati! Nggak ada gunanya lapor polisi, ini adalah rumahku. Suami istri bertengkar adalah hal yang wajar.""Bajingan, kamu belum pergi?" Fanny mengeluarkan pisau dan mengejar Harry.Harry berlari ke dalam kamar utama
Read more

Bab 120 Memeriksa Lukaku

Mataku terasa panas saat mendengar omelan Taufan. Sebuah gelombang hangat bergejolak di dalam hatiku.Di saat mobil melaju dan membawaku pergi, aku bertanya mau ke mana, tetapi dia tidak menjawab.Taufan malah menarik daguku, lalu mengamati wajahku. Aku tersipu malu menghadapi tatapan Taufan. Kemudian aku menepis tangannya dan bertanya kepada sopir yang mengemudikan mobil, "Kamu mau membawaku ke mana?"Namun sopir tersebut malah menekan sebuah tombol, papan penyekat pun muncul untuk memisahkan tempat duduk di depan dan belakang.Harus kuakui, Bright Celestial menyediakan fasilitas yang memadai untuk karyawan. Meskipun Taufan hanyalah seorang asisten CEO, dia mendapatkan kompensasi yang memadai dari perusahaan."Di mana lukamu?" tanya Taufan."Ah? Aku nggak luka. Kamu lihat sendiri." Aku menghindari tatapan Taufan."Jadi semua foto yang beredar adalah foto palsu?" Taufan mendesakku. "Kamu mau tunjukkan sendiri atau aku yang gerak?"Jantungku berdebar kencang, suasana ini membuatku salah
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
30
DMCA.com Protection Status