Tanpa sadar malam sudah menyelimuti sang langit, saat Wildan akhirnya berhenti mencumbu Maryam yang lelah dan mulai menyelimuti tubuhnya yang polos, sambil memeluknya dengan hangat. “Staminamu lebih buruk dari yang aku kira ya,” goda Wildan pada Maryam yang setengah terlelap di kasur mereka. Maryam mendengus, “Apa kamu mengejekku karena sudah tua, hah?” Wildan tertawa, setelah teringat perkataan Maryam sebelumnya bahwa ia cukup pemarah, terbukti dari cara Maryam menanggapi Wildan. Meskipun begitu, Wildan seolah menganggapnya lucu, karena ia hanya mengecup dahi Maryam sambil berkata lembut, “Tidurlah, Sayang.” ‘Tidur ya? Tapi aku belum selesai,’ batin Maryam dalam rengkuhan Wildan yang mulai terlelap. Malam ini memang bulan madu yang luar biasa, karena untuk pertama kalinya Maryam bisa berbagi tubuh dan hatinya tanpa paksaan. Sayangnya, masih ada perasaan tersisa yang tidak bisa Maryam abaikan. Selang beberapa saat, Maryam pergi keluar untuk menyelesaikan urusannya. Sebuah pembal
Read more