Semua Bab Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan: Bab 61 - Bab 70

107 Bab

Ada yang Marah

Wajah Ganes terlihat lesu, tak seceria biasanya. Terlebih, ia harus tetap menahan amarah yang memuncak bahkan sejak pagi belum beranjak.Bagaimana tidak?Mau tak mau, Ganes menerima semua caci dan maki yang telah ia dapatkan dari banyak karyawati. Bukan sebab sesuai dengan fakta yang ada, melainkan demi pekerjaan yang masih sangat dibutuhkan.Baru juga ia keluar dari bangunan rumah sakit saat melihat Blacky yang tampak digembosi kedua bannya. Ganes menghela napas panjang sembari memejam. Ia berjalan pelan menuju ke satu-satunya kendaraan yang paling disayang."Mereka mau apa sih sebenarnya?"Melihat wajah Ganes yang diliputi amarah, penjaga keamanan yang posnya berada tak jauh dari area parkir hanya bisa menunduk dan menyesal."Maaf, Mbak Ganes. Saya endak bisa menyelamatkan Blacky. Ada beberapa ketua PJ yang tadi ngancem saya, Mbak."Alih-alih terkejut, Ganes hanya mengulas senyum. Bukannya tak tahu dan tak mau tahu, hanya saja, apa gunanya pihak keamanan jika orang-orang tinggi nan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-15
Baca selengkapnya

Sulut

Dengan seringai menakutkan, Ganes telah terbahak-bahak. Ditunjuknya sang direktur utama dengan pongah. "Kamu takkan pernah tau betapa aku menyimpan dendam selama belasan tahun! Akan tiba masanya, kamu akan menuai karma atas perilakumu yang pongah karena telah menyia-nyiakanku yang tak pernah memilih dari mana aku harus dilahirkan!"Sontak saja, Rajendra memicing. Ditatapnya lembaran adegan yang telah ia rencanakan. Lantas, kembali menatap Ganes yang telah berubah karakternya di atas panggung hiburan."Jadi ibunya!" teriak Nyonya Saras. Kedua tangannya menepuk dengan kuat seolah-olah menjadi tanda bagi Ganes untuk segera beralih adegan."Kamu tak tahu apa pun, Nak. Aku meninggalkanmu di panti hanya demi kebaikan bersama. Siapa yang tega membuang anak sendiri? Ibu hanya tak ingin, kamu menanggung malu, Sayang."Hanya dalam sekejap, kedua mata Ganes yang dipenuhi amarah berubah sayu nan berkaca-kaca. Punggungnya sedikit membungkuk tanda raga yang dimakan usia. Suaranya lemah, serta terba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-17
Baca selengkapnya

Siap atau Tidak

Nyonya Saras membeliak. Ia menggeleng sembari mengembalikan naskah yang telah diberikan oleh Rajendra. "Ini terlalu berat, Jendra. Dia masih terlalu muda. Jangan bebani dia dengan hal-hal yang memang tak akan mampu dikuasai oleh seniman baru sepertinya. Ini tidak adil meski kamu memandangnya dari kacamata berbeda."Mendapat penolakan, Jendra tak langsung marah besar. Ia memilih bangkit dari sofa, lantas berdiri tepat di hadapan sang seniman senior yang telah ia anggap bak ibu sendiri."Dengar, Bu. Bukan aku yang memilihnya. Tapi Anda. Aku memang tak menunjuk Ganes untuk menjadi pemeran utama pada awalnya."Nyonya Saras masih terdiam. Ia menghela napas, lantas bersedekap. "Apa pun alasannya, dia belum cukup kuat untuk memerankan itu, Jendra. Naskah ini memang naskah lama, tapi pembawaan karakter yang kuat, sudah pasti mampu menarik minat banyak penikmat sandiwara. Hanya saja, tidak untuk orang-orang baru yang bahkan belum pernah tau jalan cerita itu sendiri."Jendra mencebik. Ia kembal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-18
Baca selengkapnya

Menyerah

"Kurang, Ganes! Wajahmu masih manusia! Liarkan pandanganmu! Tatap aku layaknya memburu makananmu! Jangan berharap apa pun pada manusia sepertiku!"Cemeti yang digenggam Nyonya Saras dilecut hingga bunyinya memekakkan telinga. Tak terkecuali Ganes yang terganggu pendengarannya.Ganes merangkak, berjalan dengan kedua kaki dan tangan seolah-olah menjelma menjadi binatang berkaki empat. Ia memutar, mencoba membuat Nyonya Saras terintimidasi hanya bermodal tatapan mata yang nyalang.Jam masih menunjuk ke angka enam saat keduanya sibuk berlatih peran. Sudah tiga hari sejak naskah dan pilihan diberikan Rajendra, tetapi Ganes masih bersikeras untuk tetap bekerja. Meski sudah banyak iming-iming yang diberikan sang direktur utama, Ganes terus mencoba menutup telinga.Bukan tanpa sebab. Cukup baginya untuk masuk lebih dalam pada rencana yang dibuat oleh Rajendra. Jika ia terus-menerus menyanggupi, bukan tak mungkin ia akan makin tersesat dengan neraka yang diciptakan sang direktur utama.Lecutan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-18
Baca selengkapnya

Mundur

Jam sudah menunjuk ke angka sembilan malam saat Ganes pulang dengan tubuh yang dipenuhi luka dan perih berkepanjangan. Ia menyesal, terlebih setelah mengutarakan keinginannya untuk berhenti mencoba.Air mata Ganes tiada hentinya merebas. Bahkan di tiap perjalanan, ia harus memelankan laju kendaraan sebab pandangannya mengabur karena air mata. Sesekali, ia akan menghapus jejak air mata dengan kesal.Jarak yang biasa Ganes tempuh untuk tiba di rumah indekos kini terasa amat panjang. Lebih dari dua puluh menit lebih lambat untuk tiba di kasur lantainya yang nyaman.Dengan bibir bergetar, juga dengan tubuh ringkih yang dipenuhi luka, mau tak mau Ganes menerjang angin malam yang menyesakkan dada. Ada yang tak bisa ia jelaskan setelah mengambil keputusan secara sepihak.Ia tak kuasa. Ia tak lagi mampu punya daya. Setidaknya, ia masih bekerja di rumah sakit salah satu panca indra ternama demi menyokong hidupnya di tengah kota.Ganes telah tiba di depan rumah indekos yang telah disewa selama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-20
Baca selengkapnya

Dejavu

Perlahan tapi pasti, bayangan bocah laki-laki tadi membuat Ganes tersadar. Telinganya berdenging tak keruan. Terlebih, setelah pandangannya perlahan mulai normal.Titik-titik bayangan yang terlihat besar, kini kian jelas di kedua mata Ganes yang silau akan sinar mentari hangat. Sedangkan telinganya mulai menangkap suara yang terasa begitu ia kenal. Suara dan kontur wajah yang sama.Ganes mengerjap-ngerjap. Lantas, tangannya mulai meraba-raba. Tak ada gurat yang berbeda. Ia tahu betul, wajah itu wajah yang sama dengan sosok laki-laki yang terus memuji di kali pertama keduanya jumpa di acara kesenian daerah.Sayangnya, lambat laun, saat pandangan Ganes mulai kembali jelas, betapa terkejutnya ia saat mendapati wajah sang direktur utama. Alih-alih merasa kesakitan, Ganes mencoba bangkit dengan kedua mata berkaca-kaca."Jangan melihat ini, Pak. Kumohon. Mundur saja. Jangan hiraukan aku."Pernyataan Ganes tentu saja membuat siapa pun yang berada di sana mengernyit keheranan. Terlebih, saat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-20
Baca selengkapnya

Sendiri

Ganes mendecih. Ia yang memang tak terbiasa untuk hanya diam merebah di ranjang seharian pun akhirnya bangkit. Diliriknya infus yang terpasang, lalu menarik jarumnya hingga terlepas.Ia mengaduh, kesakitan. Namun, tak membuatnya berhenti untuk keluar dari ruangan. Tekadnya sudah bulat. Dibiarkannya darah yang terus menetes dari kulit bekas jarum infus disuntikkan.Meski terlihat plin-plan akan pilihannya sendiri, tetapi Ganes juga masih punya hak. Terlebih, ia tahu betul, Nyonya Saras belum mengatakan apa yang ia pilih semalam pada sang direktur utama. Dengan demikian, ia masih punya waktu hingga tiga hari ke depan untuk menenangkan diri dan memantapkan hati.Ganes telah meraih tas dan jaket yang diletakkan dalam nakas di sisi ranjang pesakitan. Dengan cepat, dikenakannya jaket dan tas demi mampu menutupi noda darah pada jaketnya yang berwarna gelap.Ganes telah melewati lorong rumah sakit yang dipenuhi lalu-lalang pengunjung. Walaupun jam jenguk pasien ditiadakan, setidaknya masih ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-20
Baca selengkapnya

Pengalaman Pertama

Pakaian Ganes telah diganti setelah membersihkan diri usai menyantap makan siang yang kepagian. Ia telah siap untuk berangkat menuju ke tempat di mana hendak mendapatkan apa yang diinginkan.Tak ada perlengkapan berarti yang disiapkan oleh Ganes untuk bertahan di tempat yang dibayangkan. Ia hanya membawa sebatang korek api dalam tas kecil berisi dompet dan ponselnya. Tanpa baju ganti, ataupun alat pertahanan diri lain.Usai memantapkan diri untuk tetap pergi menuju ke padang yang dipercaya mampu membangkitkan sisi liar dalam alam bawah sadar, Ganes pun berangkat menggunakan moda transportasi termurah. Dilewati Diana yang masih menatapnya penuh tanda tanya.Ia mengangguk samar, mencoba meyakinkan Diana bahwa ini adalah keputusan terbaik untuk dirinya. Lekas, ia berjalan menuju ke jalan utama.Benar saja, dari kejauhan bus yang menuju ke terminal Purabaya telah terlihat batang spionnya. Dengan gegas, Ganes pun melambaikan tangan, mencoba naik bis tanpa menanti di terminal yang jaraknya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Sendiri

Pandangan Ganes begitu kosong. Meski berulang kali ia diajak penumpang lain untuk bicara empat mata, perempuan dua puluh satu tahun itu tetap terdiam. Dalam kepalanya yang dipenuhi kecamuk dan pikiran, ia menyesalkan sikapnya yang acuh tak acuh dengan sekitar."Mbak, jangan salahkan diri sendiri. Sampean ndak salah sama sekali. Kita semua pun tahu, njenengan tidur saat bapak tadi masuk dan duduk di samping sampean. Kita semua tau, njenengan yang sadar pertama kali kalo bapak itu sudah tak bernyawa."Di halaman sebuah polres di Probolinggo, Ganes masih duduk termenung. Seluruh penumpang bus diharap turun dan memberikan informasi terkait kematian pria paruh baya yang ditemukan oleh Ganes.Meski tak ada tuduhan khusus tetap saja Ganes merasa begitu bersalah. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dirinya terguncang. Terlebih ialah pertama kali yang tahu akan nyawa yang tak lagi membersamai raga dari sosok yang duduk di sampingnya.Entah mengapa, tiba-tiba Ganes men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

Untuk Pertama

Ganes menggigil setelah membersihkan diri untuk salat Subuh berjemaah bersama Ros. Ia sudah tak sabar untuk mulai hidup liar di alam bebas. Meski akan ada banyak pengunjung padang yang juga termasuk manusia, setidaknya ia akan melihat para wisatawan itu dengan sudut pandang berbeda.Ganes hampir saja keluar dari rumah sederhana milik Ros saat perempuan paruh baya itu menghalangi jalannya. Ia mengernyit, mempertanyakan mengenai apa yang dilakukan sang empunya rumah."Ada apa, Bu?"Rosmana menggeleng pelan. "Mungkin ada cara lain untuk mendapatkan keputusan yang tepat, Nduk. Tidak dengan hidup di alam bebas meski hanya seharian. Kamu perempuan, Nduk. Jangan sampai ada sesuatu yang tak bisa ibuk bayangkan. Ibuk akan merasa begitu bersalah jika ada hal-hal buruk terjadi padamu, Nduk."Keresahan terlihat jelas di kedua mata Rosmana yang telah berkaca-kaca. Ia benar-benar berharap mampu mengubah keputusan yang Ganes pilih sejak pertama kali mengukuhkan hati untuk berangkat.Melihat ketulusa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status