Perlahan tapi pasti, bayangan bocah laki-laki tadi membuat Ganes tersadar. Telinganya berdenging tak keruan. Terlebih, setelah pandangannya perlahan mulai normal.Titik-titik bayangan yang terlihat besar, kini kian jelas di kedua mata Ganes yang silau akan sinar mentari hangat. Sedangkan telinganya mulai menangkap suara yang terasa begitu ia kenal. Suara dan kontur wajah yang sama.Ganes mengerjap-ngerjap. Lantas, tangannya mulai meraba-raba. Tak ada gurat yang berbeda. Ia tahu betul, wajah itu wajah yang sama dengan sosok laki-laki yang terus memuji di kali pertama keduanya jumpa di acara kesenian daerah.Sayangnya, lambat laun, saat pandangan Ganes mulai kembali jelas, betapa terkejutnya ia saat mendapati wajah sang direktur utama. Alih-alih merasa kesakitan, Ganes mencoba bangkit dengan kedua mata berkaca-kaca."Jangan melihat ini, Pak. Kumohon. Mundur saja. Jangan hiraukan aku."Pernyataan Ganes tentu saja membuat siapa pun yang berada di sana mengernyit keheranan. Terlebih, saat
Terakhir Diperbarui : 2024-01-20 Baca selengkapnya