Все главы Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan: Глава 51 - Глава 60

107

Skakmat!

Ganes bersikukuh untuk tetap melanjutkan keputusannya. Ia telah mampu menguasai keadaan meski sesekali bayangan masa lalunya datang berkelebat.Ganes kembali menimbang-nimbang. Bukan sebab keputusannya beberapa menit silam, melainkan karena penampilannya yang telah memukau.Di hadapan standing mirror, Ganes yang telah mengganti pakaiannya sesuai dengan kepribadian yang telah diamati kala berjumpa dengan Nyonya Saras.Bukan hanya pakaian. Ia juga telah mengenakan rambut palsu yang serupa. Hanya saja, potongannya jauh lebih pendek dari rambut asli sang aktris ternama.Selain mempertimbangkan penampilannya, Ganes juga tengah memikirkan mengenai pernyataan sang kawan tepat setelah ia memasuki kawasan di balik panggung kesenian.Meski permintaannya terbilang cukup mudah dikabulkan, tetapi melihat adanya ketegangan antara Rajendra dan Nyonya Saras, ia jadi segan.Sembari me-re touch penampilan, tangan kirinya sibuk mengetik balasan pada sang kawan. "Dengar, Di. Bukannya aku menolak, tapi ka
last updateПоследнее обновление : 2024-01-04
Читайте больше

Menanti

Rajendra terkejut bukan kepalang. Ia terdiam, lantas membuang muka.Nyonya Saras tertawa. Telah ia papah Ganes untuk masuk ke balik di balik panggung saat Rajendra mulai mengepalkan kedua tangan dengan erat. Alih-alih menurut, Ganes menggeleng pada mentor barunya. "Akan butuh waktu lebih untuk belajar, Nyonya. Bisakah Anda sedikit lebih sabar dari biasanya? Aku akan sangat berterima kasih untuk itu."Nyonya Saras mengangguk mantap. Telah ia peluk kedua bahu Ganes untuk kembali dipapah. "Jangankan menunggumu untuk belajar lebih dalam, sepuluh tahun pun aku masih mampu menantimu yang hilang bak ditelan kenyataan."Tanpa diduga, Ganes merasa terenyuh dan tersentuh. Ditatapnya kedua mata Nyonya Saras dengan dalam nan lekat.Melihat kedekatan Nyonya Saras dan Ganes, Rajendra terlihat muak. Ia telah berlalu dari sana menuju ke ruang kerjanya. "Sial! Kenapa neraka yang ingin kuciptakan malah menarikku masuk ke jurang yang sama?"Amarah Rajendra benar-benar membuatnya pening tak keruan. Ia t
last updateПоследнее обновление : 2024-01-05
Читайте больше

Senyum

Jam sudah menunjuk ke angka sepuluh saat Ganes tiba di kediamannya di pinggiran kota. Telah ia rebahkan badan saat tiba-tiba terdengar derap langkah tergesa. Sedetik kemudian, Diana telah menerobos masuk dan membuat pintu kamarnya terbanting cukup keras.Ganes yang tak lagi terkejut dengan kelakuan sang tetangga pun hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu, ke mana pembicaraan ini akan bermula."Nes, gimana?"Benar saja. Ganes memejam. Ia telah memutar bola mata setelah didudukkan oleh sang kawan. "Ngebet bener. Mau apa sih? Dapet berapa kalo kerja jadi aktris?"Diana mendesah. Ia telah bersedekap sembari memanyunkan bibirnya. "Enggak semua bisa diukur pake uang, Nes. Ini bukan karena dapet berapa. Tapi, karena ini itu udah jadi mimpiku sejak lama! Kamu sih, enggak pernah punya mimpi!"Celetukan Diana membuat Ganes teringat akan masa silam. Banyak potongan kejadian yang tiba-tiba berkelebat di depan mata. Terlebih, saat sambutan kala menjadi pemenang di audisi yang diadakan oleh rum
last updateПоследнее обновление : 2024-01-06
Читайте больше

Mengulur Waktu

Jam sudah menunjuk ke angka empat saat Ganes hendak pulang. Namun, dering ponsel membuatnya teringat akan permintaan Diana. Diliriknya sosok sang direktur utama yang masih berada dalam ruang kerja. Dikabarkannya hal tersebut pada sang kawan."Udah berangkat? Pak Jendra masih di tempat, kok."Pesan Ganes pada Diana. Ia masih memilih duduk di tempatnya biasa stand by. Dikirimkannya pula pesan baru tanpa menanti balasan."Aku mulai ke sana ntar kalo kamu dah selesai urusan. Kabari segera. Jangan lupa!"Usai demikian, tak berselang lama pesan-pesannya telah terbaca. Diana segera membalas, terlebih ia telah berada di gedung kesenian. "Siap, Nes. Aku udah di depan gedung, mau masuk."Entah mengapa, senyum telah Ganes kembangkan. Ia benar-benar turut merasa senang dengan jalan yang dilalui sang kawan. "Gudlak!"Setelah mengirim pesan terakhir, Ganes kembali mendongak, mencoba menatap ruang kerja Rajendra. Sayang, ia kehilangan jejak. Ruangan sang direktur utama tampak kosong penghuninya. D
last updateПоследнее обновление : 2024-01-07
Читайте больше

Sebelas Tahun

Dengan terbata-bata, Ganes menjelaskan segalanya. "Sa-saya hanya menerima permintaan antar customer, Pak. Jadi saya antar Mbak Gracia ke jalan Panglima Sudirman. Setelah itu, karena mendengar pembicaraannya dengan teman lewat panggilan, saya jadi penasaran."Mendengar itu, Rajendra mulai berpikir panjang. Diingat-ingatnya kejadian saat Gracia mempermainkan simpatinya. Tangannya bersedekap. Ditahannya amarah sebab mulai penasaran. "Lalu?"Ganes mengangguk, mencoba menjelaskan tanpa mau bicara. Sayang, Rajendra masih menunggunya melanjutkan cerita."Saya melihatnya, Pak. Bapak datang ke sana. Juga saat Bapak mencari keuntungan dengan menyentuh tubuh Mbak Gracia."Sengaja, Ganes sedikit memelintir apa yang dilihat. Bukan tanpa sebab, ia tak tahu entah sampai kapan harus mengulur waktu demi sang kawan. Itu sebabnya, ia hendak memutarbalikkan fakta. Terang saja, Rajendra membeliak tak percaya. Ia telah berdiri dengan tegak, lantas mendekati Ganes dengan penuh kemurkaan."Jangan ngarang!"
last updateПоследнее обновление : 2024-01-12
Читайте больше

Tanpa Kecewa

Ganes telah kembali masuk ke gedung kesenian dengan lunglai. Tak ada binar dalam matanya meski tahu, sepulang bekerja ia akan mendapat dua lembar uang nominal terbesar sebagai pemasukan harian.Bak dihantam gada, kepalanya pening tak keruan. Ia tak menyangka, usahanya untuk membantu Diana malah berbalik bak bumerang. Seperti makan buah simalakama. Ia benar-benar tak lagi mampu membedakan keputusan bagian mana yang membuatnya harus menelan luka.Untuk pertama kalinya, ia harus mengecewakan sang kawan. Padahal, ia pun baru teringat dengan masa kecilnya silam. Padahal, ia tak berniat apa pun selain untuk membantu Diana bertemu sang idola.Ganes telah berada di hadapan sang mentor seni peran. Dianggukkannya kepala sembari menatap Nyonya Saras dengan lekat."Apa maksud Nyonya dengan menunjukkan rekaman masa laluku pada Diana?"Nyonya Saras mengernyit. Telah ia benarkan posisi duduknya untuk berhadapan."Apa yang salah? Kau ingin aku membantunya, kan? Dia kawanmu, kan? Apa salah jika membua
last updateПоследнее обновление : 2024-01-12
Читайте больше

Merah

Ganes memejam. Ia mengangguk, lalu memohon pada sang mentor ternama. "Nyonya, kumohon. Aku kenal betul dengan Diana. Di--""Jika kau merasa kenal dia dengan baik, kenapa tak bisa membedakan mana wajahnya yang tulus dan modus, Ganes?"Merasa tak terima sang kawan diperlakukan dan dikatai sedemikian rupa, akhirnya Ganes menelan ludah. Tak akan ada yang berubah dengan apa yang akan ia jelaskan. Ganes menganggukkan kepala, lalu mulai mengulum senyum sebentar."Maaf jika Diana tak sebaik yang Anda pikirkan, Nyonya. Kurasa, cukup sampai di sini pembahasan ini. Kita bisa mulai pelajaran baru mengenai penjiwaannya."Sayang, Nyonya Saras menyeringai hebat. Ia menggeleng dengan pelan."Kau kira, minta maaf akan menyelesaikan segalanya? Kau pikir, aku bisa memberimu pelajaran baru dalam keadaan yang dipenuhi amarah dan kekecewaan?"Ganes mengerjap. Bahkan, permintaan maaf yang ia untai secara tulus pun ditolak mentah-mentah. "Lantas, apa yang bisa saya lakukan untuk meredam kemarahan Anda? Setid
last updateПоследнее обновление : 2024-01-12
Читайте больше

Bisa-bisanya

Empat jam sudah Ganes mendapat pelajaran berharga dari sang mentor ternama. Dimulai dari segi penjiwaan yang menurutnya begitu berharga.Sayang, saat ia sendiri mencoba menjadi sosok lain dari naskah yang telah dipilihkan, Ganes tak mampu menjiwai dengan benar. Terlebih, jika menyinggung soal prinsipnya pada uang.Bukan Ganes namanya jika tak merasa sengsara saat menghambur-hamburkan uang. Ia memang memilih untuk menyimpan uang daripada membawanya untuk dibelanjakan. Bahkan, saat membaca naskah pun ia sudah membayangkan sesengsara apa ia harus memerankan sikap yang berlawanan dengan dirinya sendiri.Butuh waktu lebih lama baginya untuk mencoba menjiwai. Hingga waktu menunjuk ke angka sembilan pun, ia belum mampu menjadi sosok yang baru. "Ini pasti akal-akalan si Jendra. Dia tau aku paling suka pada uang. Kenapa diberi peran yang suka menghambur-hamburkan uang? Sialan emang!"Makian terus keluar dari mulut Ganes sejak ia keluar dari gedung kesenian. Selama perjalanan pulang pun, ia t
last updateПоследнее обновление : 2024-01-13
Читайте больше

Ribuan Kali

Ganes hampir tiba di rumah sakit tempatnya bekerja. Alih-alih langsung masuk ke lahan parkir yang disediakan, ia memilih menepi tepat di samping warung yang bersebelahan dengan rumah sakit salah satu panca indra manusia."Kenapa berhenti di sini?" tanya Rajendra. Ia yang berada di balik punggung Ganes pun merasa terheran-heran dengan tingkah sang karyawan. Ganes mendesah panjang. Ia menoleh, lalu mencoba membuka pengait helm yang dikenakan Rajendra tanpa mau turun dari jok depan."Bapak, rumah sakitnya tinggal jalan lima langkah. Apa Bapak enggak malu kalo ketauan berangkat sama saya? Bapak ini direktur, lo. Bisa pesen ojek mobil yang lebih berkelas. Bukannya motor butut kayak punya saya. Bisa turun harga diri Bapak, ntar."Bukannya menuruti apa kata Ganes, Rajendra memilih untuk tetap diam di balik punggung sang karyawan. Dimundurkannya badan agar jarak yang tercipta sedikit lebih jauh dari jangkauan."Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan itu. Tapi, saya akan tetap turun tepat
last updateПоследнее обновление : 2024-01-13
Читайте больше

Salah

Ganes mulai lelah. Ia muak. Terlebih, sejak pagi telinganya terus mendengar gosip-gosip tak sedap yang sering digaungkan.Sembari terus moping salah satu ruangan PJ di lantai tiga, dengung akan citra buruk mengenai dirinya tak henti-hentinya menggema. Meski berulang kali ia berdecak, nyatanya tak berhasil menghentikan fitnah-fitnah keji yang ditujukan pada dirinya.Dengan gemas, mau tak mau Ganes mengentakkan alat pel pada bak moping. Bukan hanya debuman yang membuat seisi ruang terkejut, deburan air yang meluber dari ember pun membuatnya kembali teringat akan satu hal.Ia ingat betul pada apa yang dikatakan oleh Rajendra pagi tadi. Mengenai peringatan apa lagi yang akan ia dapatkan jika kembali membuat ulah."Lihat, kan? Bapak egois! Padahal tadi saya sudah bilang untuk turun di sebelah, tapi Bapak nolak. Lihat sekarang betapa mereka mengutuk saya? Saya tak bisa tinggal diam lebih lama lagi, Pak."Rajendra berkacak pinggang. Disaksikan Faruk yang juga tengah berada di kamar mandi, ma
last updateПоследнее обновление : 2024-01-15
Читайте больше
Предыдущий
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status