Home / Romansa / SUMPAH ANAK YANG TERSAKITI / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SUMPAH ANAK YANG TERSAKITI: Chapter 61 - Chapter 70

128 Chapters

61. Kamar 315

"Pak Min jangan bercanda, ya!" Baru kali ini Gibran meninggikan suaranya pada sang sopir, "ini serius Pak Min disuruh beli kon dom?" cecar Gibran dengan perasaan campur aduk. Kaget, marah, dan tidak percaya.Gibran tahu adiknya anak yang badung dan urakan. Namun, dia percaya Gavin tahu batasan. Karena selama ini sang adik tidak pernah berbuat hal yang aneh-aneh."Ya serius, Mas Gibran, sejak kapan saya suka berbohong," timpal Pak Min meyakinkan. "Gak ada untungnya, Mas.""Oke-oke," sahut Gibran cepat, "terus siapa yang Gavin ajak check-in itu?""Neng Abrina.""Apaaah?" Lagi-lagi Gibran tersentak, "Abrina? Pak Min jangan bercanda!""Ya ampun, Mas Gibran, sudah dibilang gak ada untungya saya berbohong sama Mas Gibran.""Mereka cuma berdua doang?" tanya Gibran terus menggali informasi."Iya, mana Neng Binanya kelihatan agresif banget.""Apaaah?" Gibran kembali dibuat tercekat, "nggak mungkin," sangkalnya yakin, "yang aku lihat selama ini Bina itu justru jutek banget sama Gavin.""Maaf ya
Read more

62. Gibran Jealous

"Menurut lu itu suara Tante Lusi bukan?" tanya Gavin saat Abrina menjauhkan kupingnya dari dinding."Aku gak tahu, suaranya gak jelas," jawab Abrina menggunakan suara lirih."Ya coba pertajam pendengaran elu," suruh Gavin sembari menempelkan kepala Abrina ke tembok kembali."Ouhhhh ... lebih dalam lagi, Mas!"Lagi-lagi Abrina jengah mendengarnya. Sebagai gadis baik-baik tentu dia malu mendengarnya."Gimana mau kita labrak sekarang? Terus elu videoin mereka?" tanya Gavin cukup bar-bar.TOK TOK TOK!Belum juga Abrina menjawab terdengar pintu diketuk orang. Gavin dan Abrina saling pandang. Tanpa berkata keduanya mendekat pintu karena yakin jika yang mengetuk adalah Pak Min.Sayang dugaan mereka salah. Memang ada Pak Min di luar, tapi Gibran yang berada di depan sopir itu. Muka Gibran yang biasa terlihat kalem kini tampak dingin."Abang? Ngapain ke sini?" tegur Gavin merasa tidak senang."Justru Abang yang mau tanya, lagian ngapain kalian berdua-duaan di kamar hotel seperti ini?" cecar Gi
Read more

63. Kedatangan Haris

Gavin dan Abrina lagi-lagi saling melempar pandang. Keduanya cukup tercekat mendengar ketegasan dari Gibran. "Kenapa Kak Gibran mau menghubungi Papah aku?" protes Abrina keberatan, "dia gak ada hubungannya dengan masalah ini lho, Kak.""Bener, Bang Gibran semakin ngaco!" timpal Gavin ikut sebal, "udah deh lu mending balik, Bang."Gibran tidak menggubris protes dari Gavin dan juga Abrina. Dirinya mengambil ponsel di saku celana. Tidak main-main nomor Haris ia hubungi. "Ya, Gibran?" sahut Haris di seberang sana. "Ada apa nih?" tanyanya santai. "Begini ... Pak Haris ada waktu gak?" tanya Gibran sopan. "Ini sudah mau pulang," balas Haris sambil melihat jam di pergelangan tangannya, "ada apa memangnya?""Ada hal penting yang ingin saya bicarakan," jawab Gibran dengan mimik serius, "ini mengenai hubungan pertemanan antara adik saya dengan Abrina.""Bang!" Gavin mau interupsi. Pemuda itu mencoba untuk merebut ponsel yang menempel di telinga Gibran. Sayangnya sang kakak sigap menghindar.
Read more

64. Bukti Dari Abrina

Gavin kembali menghadap Haris, "hubungan saya dan Abrina itu jelas, Om. Kami berteman baik.""Bukan sekedar teman baik, tapi lebih dari itu," timpal Gibran menambahkan, "karena saat ini Abrina terikat sebagai asisten pribadinya Gavin sampai tahun depan. Dan saya sebagai kakak gak membenarkan adik saya memperkerjakan anak di bawah umur."Geram membuat Gavin mendeliki Gibran. "Jadi Abrina bekerja pada Gavin? Sebagai apa?" tanya Haris ingin tahu. "Ngomong, Bi," suruh Gavin pada Abrina. Abrina mengangguk. Dia pun mulai bertutur sesuai perintah Gavin dari mulai ajakan Eza yang membawanya bekerja di Butter Karaoke. Pelecehan yang ia dapat dari Pak kumis. Pertolongan dari Gavin, hingga kesepakatan antara dirinya dengan pemuda itu. "Bina, senang kerja jadi asisten pribadinya Gavin?" tanya Haris serius. Abrina membasahi bibirnya. "Sebenarnya aku bingung mau jawab apa, tapi kalau disuruh jujur ... Pastinya aku males kerja jadi asistennya Gavin."Gavin yang terkesiap mendengar kejujuran Abr
Read more

65. Cecaran Haris

Lusi bergeming. Sungguh dia syok pada foto yang Haris tunjukkan. Perempuan itu tidak menyangka kalau suaminya bisa mendapatkan foto-foto kebersamaannya dengan Arman."Dari mana Mas Haris mendapatkan foto-foto ini?" batin Lusi masih terus memperhatikan gambar kebersamaannya dengan Arman. "Jangan-jangan dia nyuruh orang buat ngebuntutin aku," tebaknya menjadi panik."Kenapa diam? Gak bisa jawab?" tegur Haris datar. Laki-laki itu sudah mati rasa dengan Lusi. Andai tidak ada Alsaki mungkin sudah Haris tinggalkan."Ini tuh gak seperti yang kamu lihat, Mas," ujar Lusi membela diri, "aku kan emang janjian ketemuan dengan Arman di super market buat balikin tuh duit bengkel dia. Habis aku ngasih duit, ternyata Arman juga mau belanja," kilahnya membuat karangan."Jadi kalian lagi sama-sama belanja?" cecar Haris tenang."Iya." Lusi mengangguk cepat."Harus gitu, suap-suapan di tempat umum dengan orang lain yang bukan suami kamu?"Sindiran telak dari Haris membuat Lusi tertohok. Perempuan itu pun
Read more

66. Haris Bergerak

"Makanya kita harus hati-hati," pesan Lusi serius, "ingat jangan sekali-kali menghubungi aku dulu!"Tanpa menunggu balasan dari Arman, Lusi segera memutus panggilan. Wanita itu juga buru-buru memblokir nomornya Arman dari daftar kontak. Usai menaruh gadgetnya ke buffet, dirinya merebahkan tubuhnya di ranjang.Lusi menghela napas berat. Jujur dia sangat ingin lepas dari jeratannya Arman. Namun, beberapa upayanya selalu gagal. Hingga akhirnya perempuan itu hanya bisa pasrah dijadikan ATM berjalan serta boneka pemuasnya Arman.Sementara itu Haris di kamar atas terlihat sedang berdiri di balkon kamar. Pandangannya tertuju pada langit malam yang bertabur bintang. Saat ini otaknya sedang memikirkan perihal foto-fotonya Arman dan Lusi.Laki-laki itu sangat yakin jika Lusi tengah menyembunyikan sesuatu. Tiba-tiba Haris teringat tentang kontak di nomor Lusi dengan nama Mando."Bukannya nama panjang Arman itu Armando?" gumam pria itu begitu ingat, "gak salah lagi. Mereka ada hubungan," tebakny
Read more

67. Si Kumis

Waktu bergulir. Sudah lepas tiga hari dari drama di hotel yang menimpa Abrina dan Gavin. Meski membenci sang ayah, hati Abrina menginginkan kepastian janji Haris.Di hadapan Gibran dan Pak Min sang ayah berikrar akan membebaskan Abrina dari kontraknya Gavin. Jika dulu Abrina tidak sudi ditolong Haris sewaktu masih di Butter Karaoke, sekarang berbeda.Abrina sudah merasa jenuh menjadi asisten pribadinya Gavin. Kendati sebenarnya pemuda itu jarang meminta pelayanan yang aneh-aneh. Tetap saja Abrina ingin merasa bebas.Terlebih Abrina merasa akhir-akhir ini Anggini jadi dingin padanya. Meski sang kawan tidak pernah cerita, namun gadis itu yakin kalau Anggini ada perasaan pada Gavin.Pagi itu seperti biasa Abrina tengah sibuk memasukkan donat dan kue-kue buatan ibunya ke dalam wadah. Dirinya baru selesai sarapan. Tinggal menunggu kedatangan Gavin.Selama menjadi asisten pribadi Gavin, pemuda itu selalu datang untuk menjemput dan mengantarnya pulang. Sebenarnya lebih banyak Abrina yang mer
Read more

68. Investigasi

Abrina menatap Gavin. "Eum kamu mau gak kita melakukan investigasi lagi kayak kemarin? Aku pengen tahu apa hubungannya si kumis itu dengan Leon dan Mas Arman."Mulut Gavin terbuka senang. "Gue mah kalau diajak bolos sekolah mau banget, Bi. Emang lupa gak papa bolos sekolah hari ini?"Abrina menarim nafasnya dengan berat. Jujur dia sebenarnya enggan untuk membolos. Namun, rasa penasarannya pada si kumis membuatnya menganggukan kepala.Lagi-lagi Gavin tersenyum. "Oke gue akan antar kemanapun tempat yang pingin lu tuju."Abrina mencibir. "Nggak usah lebay, aku hanya mau kita ngikutin mereka kok.""Siap, Calon ibu dari anak-anak gue.""Cihhh!"Abrina langsung mendecih begitu mendengar gombalan Gavin. Meski begitu pipi tetap merah karenanya.Gavin sendiri segera membayar pesanan begitu Arman dan si kumis meninggalkan kedai. Di halaman kedai kedua orang itu tampak berpencar. Arman menuju mobil Pajeronya, sedangkan si kumis menuju mobil Avanza silver."Siapa yang mau elu ikutin, Bi?" tanya G
Read more

69. Menjebak Leon

"Kenapa, Non?" tanya Pak Nono begitu melihat ekspresi wajahnya Abrina yang tampak terkaget. Abrina hanya menggeleng. "Kok Papah bisa mempekerjakan Pak Bondan ini sih, Pak Nono?" tanya ingin tahu. "Ibu Lusi yang rekomendasi, Non," jawab Pak Nono usai menyeruput teh manisnya. "Kayaknya baru setahun sih Pak Bondan ini kerja di tempatnya Bapak.""Bisa-bisanya Papah mempekerjakan orang kek gini," kaluh Abrina tidak habis pikir. "Memangnya kenapa, Non?" tanya Pak Nono penasaran. "Ni orang pernah gak sopan sama Bina, Pak Nono." Gavin yang menjawab. "Oh iya? Kok bisa? Kapan itu?" Pak Nono makin penasaran. Ketika Gavin akan menerangkan, Abrina langsung melarang dengan gelengan. "Ya udah Pak Nono, makasih ya udah mau ngobrol sama aku," ucap Abrina memungkas obrolan. "Oh sudah gak ada yang mau ditanyakan lagi?" tanya Pak Nono perhatian. Abrina menggeleng. "Takut Papah nyariin Pak Nono nanti.""Kalo Bapak nyari kan deket, Non."Abrina tersenyum. "Udah cukup kok aku nanyanya.""Ya sudah k
Read more

70. Lagi Gibran Salah Paham

"Cekoki Leon dengan alkohol. Nanti pada saat dia mabok, kita korek dalam-dalam keterangan dia." Gavin menatap Abrina begitu sang gadis menjauhkan bibir di telinganya. "Sekarang?" tanya pemuda itu meminta kepastian. Abrina melihat waktu di layar ponselnya. Baru pukul sebelas siang. "Nanti aja pas mereka istirahat siang. Kalian udah biasa bolos sekolah kan? "Enggak, ini seumur-umur gue bolos karena diajak elu." "Hedehhh ... gak percaya aku." "Gak percaya ya udah," timpal Gavin sambil membuang muka. "Udah ah, Vin, becandanya." "Siapa juga yang becanda? Emang kenyataannya gue bolos sekolah ya baru kali ini karena diajak sama elu." Abrina memiringkan bibirnya. Sebenarnya dia ingin mendebat, namun diurungkan. Karena berdebat dengan Gavin itu harus butuh waktu yang panjang. "Udah deh balik ke topik lagi ya, Vin." "Hem!" sahut Gavin masih jual mahal. "Sekarang sebaiknya kamu chat Eza. Suruh dia buat datang ke rumah kamu, sama si Leon juga. Nah habis itu baru kita belanja," per
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status