Semua Bab SUMPAH ANAK YANG TERSAKITI: Bab 81 - Bab 90

128 Bab

81. Bill Sky Hotel

"Saya dan Abrina berselisih paham dan sampai detik ini anak itu membenci saya," terang Haris jujur."Oh."Hanya itu yang keluar dari mulut Gibran. Tidak sopan baginya jika harus bertanya lebih. Sedangkan Livia yang tahu alasannya memilih untuk menyimak saja. Tentu dia tahu penyebab putusnya hubungan antara ayah dan anak itu adalah masuknya sang kakak ke dalam kehidupan Haris."Tapi, Pak Haris, kalo saya perkenalkan Abrina pada teman produser saya ini bagaimana?" izin Gibran kemudian."Tentu saya senang karena karir menyanyi Abrina akan ada kemajuan, tapi balik lagi. Semua keputusan ada di tangan dia," balas Haris terdengar jujur."Intinya Pak Haris setuju kan?""Iya."Bibir Gibran tersenyum tipis. Entah mengapa dia merasa bahagia. Seolah baru saja mendapatkan lampu hijau dari calon mertua.Waktu pun beranjak kian sore. Gibran berpamitan pada Haris. Pemuda itu meningalkan kantor Haris dengan perasaan berbunga. Langkahnya diringi Livia hingga masuk mobil.Sementara itu Haris bergegas me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya

82. Pengusiran

"Assalamualaikum!" Suara lembut Livia terdengar. Gadis itu baru saja pulang dari kantor. Di sampingnya berjalan si Leon yang masih mengenakan seragam SMA. "Sore, Mas Haris," sapa Livia sambil meringiskan bibir. Sedangkan Leon hanya menganggukkan kepalanya dengan sopan sebagai tanda sopan. Sayangnya Haris tidak merespon salam hangat kedua adik iparnya. Hatinya masih cukup mangkel menghadapi kenyataan hidup yang sedang dihadapi. Wajahnya yang terlihat dingin membuat Livia dan Leon menjadi sedikit segan. Kedua kakak adik itu sadar jika Haris sedang bermasalah dengan Lusi. Livia sendiri juga langsung ingat jika Haris tengah mengalami masalah serius di perusahaan. Karena itulah gadis itu memilih untuk menggandeng Leon menjauh dari tempat itu. "Tunggu!"Livia dan Leon segera menghentikan langkahnya begitu mendengar harus mencegah. Keduanya sama-sama berpaling ke arah kakak iparnya itu. "Leon sini!" Haris melambai. Leon menghela napas. Entah mengapa dia merasa ada sesuatu hal buruk ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-20
Baca selengkapnya

83. Kelakuan Lusi

"Mas, ingat aku istri kamu. Ibu dari putra kesayangan kamu," sahut Lusi berusaha meluluhkan hati sang suami. "Mulai detik ini kamu bukan istriku lagi, Lusi," putus Haris dengan lantang, "detik ini juga aku ceraikan kamu!"Tubuh Lusi membeku mendengar kata yang terlontar dari mulutnya Haris. " Mas, tolong jangan main-main dengan kata cerai," mohonnya sambil kembali memasang wajah nelangsa. Dia bahkan sengaja mengucek matanya agar terasa perih, lalu mengeluarkan air mata. "Aku nggak main-main, Lusi, detik ini kamu sudah bukan istri aku lagi. Leon dan Livia adalah saksinya.""Mas--""Pergi dari sini dan bawa semua barang-barang kamu jangan sampai ada yang ketinggalan!" usir Haris tidak terbantahkan. Lusi mengusap sudut matanya yang sedikit basah itu. "Oke, aku akan pergi dari rumah ini, tapi Al ikut dengan aku," ancamnya tegas. "Berani kamu membawa Al dari rumah ini, maka siap-siap kamu gak akan bisa melihat hari esok." Haris balas mengancam. "Mas Haris, kamu memang boleh punya uan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-20
Baca selengkapnya

84. Maling

"Aduh, Livia! Tolong jangan membuat kepala saya menjadi tambah pusing," omel Haris sedikit menggertak. "Kami sudah memesan taksi online tapi belum datang-datang juga," tambah Livia kian meyakinkan. "Pak, Adek Al tetap gak mau minum susu."Laporan dari suster Eva benar-benar membuat Haris menjadi pusing tujuh keliling. "Lusiii!" Akhirnya dia meneriakkan nama tersebut. Di dalam kamar Lusi bersorak senang mendengar namanya dipanggil oleh Haris. Namun dia membuat taktik dirinya tidak segera keluar. Wanita itu terus berpura-pura mengemasi barangnya. Dia baru Menoreh kala pintu ketika mendengar Haris menggelegar. "Ada apa?" tanya Lusi dengan santainya. "Cepat susui Alsaki!" titah Haris tajam. Bibir Lusi mencibir. "Aku belum pergi lho dari rumah ini, tapi kamu sudah lebih dulu membutuhkan aku.""Gak usah banyak bicara!" sergah Haris dingin, "malam ini aku izinkan kamu dan adik-adikmu menginap di sini, tapi besok pagi kalian harus segera angkat kaki dari sini."Setelah berkata demikian
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-20
Baca selengkapnya

85. Mengajak Kabur Bareng

Lusi memacu mobilnya dengan kecepatan yang lumayan kencang. Wanita itu menembus pekatnya malam. Jalanan yang cukup sepi memudahkannya untuk mengebut.Alamat Arman adalah tujuannya. Tentu siapa lagi yang bisa melindungi dirinya selain laki-laki itu menurut Lusi. Karena itulah dia sudah membulatkan hati untuk menyerahkan masa depannya bersama patner in crime-nya tersebut.Seharusnya butuh waktu sekitar enam puluh menit jika jalanan sedang padat. Namun, berkat kecepatan mobilnya yang lumayan tinggi Lusi sudah tiba di kediaman Arman setelah empat puluh menit berkendara.Lusi membunyikan klakson mobil. Dia berharap Arman segera keluar rumah untuk membukakan pintu pagar. Sayang sampai klakson yang kelima tidak ada tanda-tanda Arman menampakkan batang hidungnya."Hufff!" Lusi mendengkus kesal, "pasti dia sedang ngelayap."Lusi segera melepas sabuk pengamannya. Wanita itu turun dari sedan berwarna hitam metalik tersebut. Kakinya mengarah ke pintu pagar. Saat ia arahkan pandangannya pada halam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-21
Baca selengkapnya

86

"Kenapa aku harus menyerahkan diri ke polisi?" balas Arman dengan seringai sinis, "aku gak ada masalah dengan Haris jadi hidupku fine-fine aja," jelasnya dengan percaya diri."Saya gak ada masalah dengan Haris." Lusi mengulangi perkataan Arman dengan nada sinis, "Mas Haris bahkan sudah tahu tiap bulan kamu dapat aliran dari aku, itu kamu bilang nggak ada sangkut pautnya dengan dia?""Ck!" Arman hanya bisa berdecak."Inget juga kalo Mas Haris pernah mendapatkan foto-foto mesra kita pas belanja di super market," kata Lusi lagi, "belum lagi data tentang seberapa seiringnya aku check in di Sky hotel. Dan yang paling membuat aku gak bisa berkutik, Mas Haris mulai sadar kalau kita bekerja sama membuat fitnah untuk mendapat Miranti dari rumahnya.""Argghhh!" Arman meluapkan kekesalannya sang dengan meninju tembok rumah."Udah nggak usah banyak berpikir, Man, kita harus cepat meninggalkan rumah ini sebelum Polisi datang menjemput kita." Lagi-lagi Lusi mengingatkan."Gak semudah itu, Lusi.""A
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-21
Baca selengkapnya

87. Perjalanan

Malam telah berganti pagi. Perlahan gelapnya malam berangsur terang. Kini bahkan di ufuk timur mentari mulai mengintip di balik bukit. Arman masih mengendarai mobil. Pria itu melirik ke samping tampak Lusi yang tengah tertidur. Dia mendengkus pelan. Sebenarnya Arman sudah cukup lelah. Namun, dia belum menemukan tempat yang pas untuk beristirahat. Dirinya juga harus berhati-hati memilih tempat. Arman tidak mau ada yang sampai mengenalinya kendati sekarang sudah jauh ke luar dari kota Jakarta. Akhirnya setelah berjam-jam Arman menemukan tempat untuk berehat. Di sebuah kedai makan pria itu menepikan mobil. "Bangun!" Arman cukup keras menonyor kepala Lusi. Hal tersebut membuat kepala Lusi sedikit terantuk sehingga mengenai kaca jendela mobil. Otomatis Lusi terbangun karenanya. Entah ke mana perginya rasa cinta yang pernah singgah di hati pria itu pada Lusi. Sehingga dengan entengnya Arman melakukan hal tersebut. Arman sendiri memang mulai ilfil bahkan muak sama Lusi ketika merasa di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-22
Baca selengkapnya

88. Daftar Pencarian Orang

"Ada nih." Arman menyahut dengan wajah yang semringah. Pria itu segera memasang kartu tersebut ke ponselnya sendiri. Lusi sendiri cukup senang melihat muka Arman cerah. Karena itu tandanya mood Arman sedang baik. "Punya kamu mana?" tanya Arman kemudian. "Ada tuh di dalam tas," sahut Lusi sambil fokus mengemudi. Arman meraih tas Lusi yang ada di jok belakang. Dia pun segera memasang kartu SIM yang satunya ke ponsel tersebut. Dirinya merasa beruntung ada perdana yang sudah aktif. Sehingga tidak lagi repot-repot registrasi. Karena saat ini baik Arman maupun Lusi tentu tidak membawa Kartu KK sebagai salah satu syarat resgistrasi nomor. Akhirnya setelah dipasang kartu perdana yang ada quota internetnya, Arman bisa searching hotel-hotel terdekat. Seperti biasa dirinya memilih beristirahat di hotel bintang tiga. Selain untuk berhemat dan memang tidak ada juga hotel bintang lima di kawasan tersebut. Arman memesan satu kamar untuk berdua. Tiba di kamar dia dan Lusi langsung menjatuhkan b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-22
Baca selengkapnya

89. Lolos

Arman meneguk ludah. Pria itu tengah berpikir keras bagaimana caranya menghindari razia tersebut."Aduh gimana dong, Man?" keluh Lusi cukup panik sambil menggoyangkan lengan Arman."Bisa diam gak sih?" hardik Arman langsung menyingkirkan tangan Lusi, "ini juga aku lagi mikir cari jalan keluarnya," ocehnya kesal."Ah coba tadi kita stay di hotel dulu jadinya gak ketemu razia." Lusi kembali mengomel.Arman tidak menggubris. Pria itu menatap sekeliling. Hingga akhirnya lewat kaca spion dia melihat ada sebuah warung makan di belakang sana. Tanpa berpikir panjang pria itu memutar balikkan mobilnya."Ngapain ke warung makan lagi, Man?" tanya Lusi saat Arman memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah makan. "Kita udah makan lho tadi di hotel," imbuhnya mengingatkan."Diem!" Arman menaruh jari telunjuknya di bibir Lusi, "kita pura-pura makan di sini dulu sampai razia di depan sana selesai.""Ohhh." Mulut Lusi membulat lebar. "Tapi aku gak makan ya, Man. Perut aku masih kenyang."Arman memut
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

90. Persaingan Gibran dengan Gavin

Gadis berkerudung hitam itu sedikit merasa kasihan. Akhirnya dia menuruti perintah Lusi dengan menemui bosnya di dalam toko. Tidak berselang lama dia kembali bersama bosnya.Lusi sendiri langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Perempuan itu bergegas melepas cincin perkawinannya."Ini berlian asli."Pemilik toko berwajah oriental itu segera memeriksa cincin yang Lusi sodorkan. "Ada kwitansinya?""Seperti yang sudah dibilang tadi, saya dan suami saya itu nggak ada rencana buat jual cincin ini, tapi kami kecopetan di jalan makanya kami butuh uang."Bapak pemilik toko terus mengamati cincin milik Lusi."Apa perlu saya panggil suami saya yang ada di mobil?" Lusi menantang dengan sopan."Gak usah." Pria berkacamata itu menggeleng, "baik karena tidak ada kwitansinya saya akan bayar sebanyak dua puluh juta."Mata Lusi langsung membulat kaget. "Suami saya belinya itu hampir seratus ratus lebih lho, Pak," ujarnya sedikit hiperbola.Pemilik toko menggeleng. "Saya tahu harga pasarannya. Kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status