Brak'Ucapan Haiden seketika berhenti, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka secara kasar– memperlihatkan adiknya yang berada di ambang pintu, menyengir lebar sembari menaik turunkan alis. "Cik, yang dibicarakan datang," bisik Haiden ke ponselnya. 'Jangan matikan. Aku ingin mendengar suaranya.' Haiden mendengkus, menatap Ziea yang saat ini berjalan ke arahnya dengan langkah terburu-buru. "Kak Dan yang tampan, boleh bantu Ziea?" tanya Ziea dengan nada lemah lembut dan sangat sopan, tak seperti biasanya! Tentu saja, dia membutuhkan bantuan Kakaknya, jadi Ziea harus super manis dan imut dihadapan sang Kakak. 'Perasaanku tidak enak.' batin Haiden, menatap malas ke arah adiknya. "Bantu apa?" "Tolong berpura-pura jadi suami Ziea," ucap Ziea dengan cengengesan– Haiden membulatkan mata dan spontan menutup mikrofon HP, takut seseorang di seberang sana mendengarnya. "Bodoh!" ketus Haiden. "Cik. Apasih?! Ini-- mantan aku, Dion, terus menelponku. Kakak cuma angkat trus bilang 'tolong jangan h
Read more