"Tolongggg …." Terdengar suara meminta tolong, teriakannya begitu halus dan sangat pelan– seperti halusinasi otak. Namun, Reigha merasa jika dia memang mendengarnya. Itu suara Ziea! Pendengaran Reigha sangat tajam dan-- dia tidak mungkin salah. Reigha buru-buru keluar dari air, berlari cepat mengikuti asal suara tersebut– arah angin bertiup. "Reigha, kau mau kemana?" teriak Haiden, spontan keluar dari air untuk menyusul Reigha yang berlari kencang. Sedangkan Rafael dan Serena, mereka hanya mengikuti dari belakang. Tak mungkin mereka berlari karena Serena tengah hamil. Jadi, mereka hanya menyusul dengan langkah biasa. Reigha berhenti melangkah, dia sudah jauh dari tempat semula dan sialnya dia tidak mendengar suara itu lagi. Rahang Reigha mengatup kuat, tatapan matanya menajam dan penuh kekesalan. Damn it! Tak ada siapapun di sini dan-- suara itu menghilang. 'Aku tidak berhalusinasi.' batinnya, mengepalkan tangan. Wajahnya kaku, berbalut perasaan kesal yang bercampur kekecewaan a
Baca selengkapnya