Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 21 - Bab 30

162 Bab

Bab 21 Menerka-nerka

"Kita nikmati semua camilannya dulu, foto bersama untuk dikirim ke Kakek ... Setelah itu kita langsung pulang. Bagaimana?" tanya Nara. Ardhan berpikir sejenak. Ia memikirkan apa yang dikatakan oleh Nara. "Baiklah." Setelah hampir tiga menit berpikir, Ardhan pun setuju. Menurutnya, ide Nara kali ini lebih baik daripada sebelumnya."Sekarang saja kita berswafoto!" ajak Ardhan. Ia kembali mengambil ponselnya dari dalam saku celananya dan langsung merangkul Nara agar lebih dekat.Nara tampak gugup, itu terlihat dari bahu serta wajahnya yang tampak menegang. Tentu saja, ini karena Ardhan merangkulnya dari samping begitu saja.Ardhan menoleh ke arah Nara. "Berikan senyuman termanismu, supaya Kakek percaya kalau kita akrab," ujar Ardhan.Ia merasa bingung, senyum dalam keadaan hati yang buruk sungguh menyakitkan. Tetapi, meskipun begitu kesedihan itu tetap harus ia sembunyikan dalam-dalam dari semua orang termasuk Kakek Heraldo."Baiklah, aku harus bisa," batin Nara, menguatkan dirinya sen
Baca selengkapnya

Bab 22 Suami Yang Royal

Namun, Ardhan seolah tidak mendengar ucapan Nara. Pertanyaan yang terlontar keluar dari mulut Nara seolah senyap di telinga Ardhan. "Mas!" seru Nara sekali lagi.Tetapi, Ardhan masih tidak menyahut. Pria itu terus mengayunkan langkah kakinya pada seorang wanita yang ia pikir adalah wanita yang sama saat ia lihat di jalan.Melihat suaminya yang berjalan ke arah seorang wanita, Nara pun lekas menghentikan langkahnya. "Siapa wanita itu?" gumam Nara.Ardhan terus mendekat, ia menyentuh lengan wanita yang ada di hadapannya. Hal itu membuat wanita tersebut menoleh ke arah Ardhan. Namun, ...."Maaf, siapa ya?" ucap wanita itu begitu melihat sosok Ardhan yang tampak asing baginya.Ardhan yang salah orang pun langsung meminta maaf, karena ia tidak mau disangka pria cabul. "Saya minta maaf, sepertinya saya salah orang," ucap Ardhan dengan kedua tangan menyatu di depan dada.Sebelum Ardhan membalikkan badan, Nara sudah terlebih dahulu pergi. Ia kembali ke sebuah kursi pantai dan menikmati cam
Baca selengkapnya

Bab 23 Terlalu Posesif

Rivanto yang mendengar Notif langsung kegirangan. Dirinya pun dengan semangat langsung pergi menuju bank untuk mengambil uang tersebut.[Terima kasih, Nara. Papa kira kamu lupa karena dari kemarin belum mentransfer uangnya ke Papa] Satu pesan singkat yang masuk ke ponsel Nara. Nara langsung membacanya, lalu membalas.[Maaf, Pa, Mas Ardhan yang kelupaan. Tapi, Papa senang 'kan karena sudah mendapatkan uangnya?] [Iya, Nak. Papa sangat senang sekali. Lain kali Papa akan memberitahu kamu kalau membutuhkan uang lagi]Di sela-sela waktu senggang itu, Nara pun membalasnya kembali. Ini untuk terakhir kali setelah dirinya mentransfer uang.[Baiklah]"Ayo kita kembali ke hotel sekarang!" ajak Ardhan.Ardhan pergi begitu saja dengan Nara menuju tempat parkir. Setelah keduanya menaiki mobil, Ardhan pun memarkirkan mobil tersebut untuk pulang. Di dalam perjalanan, Nara masih dibuat bingung dengan ucapan Reyhan serta tindakan Ardhan yang tampak berbeda. "Aku harus membuktikan semuanya. Tapi, ..
Baca selengkapnya

Bab 24 Memainkan Trik

Waktu terus berjalan. Kini sudah memasuki malam, Nara yang berada di dalam hotel tanpa melakukan apapun itu membuatnya bosan. "Mas, saya mau keluar sebentar," ucap Nara."Tidak boleh!" jawab Ardhan. Jawaban singkat dengan tegas. Sepertinya Ardhan memang tidak akan membiarkan Nara pergi sendirian."Tapi saya lapar, Mas. Saya mau mencari makanan sebentar saja ...."Sekali Ardhan melarang, tentu saja itu tidak bisa ditawar dengan apapun. Ardhan memang keras kepala jika sudah melarang sesuatu.Sebetulnya, saat itu Nara tidak tahu harus melakukan apa. Jika berjalan-jalan di luar, sepertinya tidak akan terlalu membosankan. Begitulah yang ada di dalam pikiran Nara."Kalau mau makan, kita bisa memesannya! Tinggal kamu bilang saja mau makan apa?!" Nara tidak punya alasan lagi, akhirnya ia pun mengatakan hal yang sebenarnya. "Saya bosan, Mas. Kamu tahu 'kan kalau malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang karena sampai sekarang belum juga mengantuk.""Kalau begitu, bagaimana kalau kita
Baca selengkapnya

Bab 25 Senjata Makan Tuan

Tak ada rasa lapar dalam perut Ardhan. Itu hanya ia jadikan alasan, agar Nara tidak bepergian dan dirinya bisa dengan bebas mencari tahu apa isi dari ponsel istrinya tersebut.Rasa penasaran berlebih itu yang membuatnya memutar otak. Mencari tahu dengan trik cerdiknya. Tetapi, Nara yang sejak awal sudah memiliki rencana dalam pernikahan ini. Membuatnya tidak mau kalah atau tidak mau dibodohi. Ia pun memainkan trik halusnya."Kamu saja yang dahulu makan.""Tapi kamu pesan makan sebanyak ini. Kalau tidak sama kamu, kenapa kamu pesan juga?"Ardhan masih belum berselera makan. Kalaupun makan, ia harus memastikan terlebih dahulu mengenai apa yang dicarinya. Dirinya tidak mau membuang kesempatan ini."Kalau aku makan, bagaimana kalau ponselnya mati lagi. Alasan apa lagi yang harus aku cari agar bisa mencari tahu tentang dirinya?" Itulah pemikiran Ardhan selama di samping Nara.Wanita itu tampak sangat jengkel. Rupanya, Ardhan masih sangat curiga dengan dirinya. "Ini berbahaya kalau dia teru
Baca selengkapnya

Bab 26 Akibat Sok Kuat

Nara segera bangkit dari duduknya. Ia mencuci tangannya sebentar. "Sekarang kamu malah pergi begitu saja tanpa mau tanggung jawab sama sekali!" sentak Ardhan.Namun, saat itu Nara hanya tersenyum. Ia tidak langsung tersulut emosi, karena dirinya pun mengerti bahwa Ardhan pasti merasa tidak nyaman.Nara berjalan keluar dari kamar hotel tanpa menjawab Ardhan ucapan Ardhan. Ia memasuki lift untuk kemudian pergi menuju minimarket terdekat. "Dia itu badan saja yang besar dan tinggi, tapi sama makanan pedas saja kalah," umpat Nara. Di sini, Nara pun merasa bersalah. Tetapi, saat ia mengingat apa yang dilakukan Ardhan kepadanya, itu membuatnya berpikir 'Sepertinya tidak salah, supaya dia sadar dan tidak berbuat sesuka hatinya saja'Nara keluar dari lift dan buru-buru menuju pintu keluar dari lobi tersebut. Perjalanan semakin terasa saat cuaca di luar semakin panas. Namun, hal ini tidak jadi masalah untuk Nara.Sementara itu, di kamar hotel itu Ardhan menggerutu kesal. Ia hendak menyusul, te
Baca selengkapnya

Bab 27 Mohon Jangan Menukarnya, Tuan!

Malam semakin larut, tetapi Ardhan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Perutnya terus bergemuruh meminta ke kamar mandi terus menerus. Ardhan terus memegang perutnya, menahan rasa tidak nyaman pada perut. Ia berusaha menahan agar tidak terus menerus ke kamar mandi. Tetapi, rasa mulas itu seolah terus mendobrak anusnya untuk mengeluarkan isi perutnya tersebut.Nara yang terlalu banyak makan pun membuatnya semakin cepat mengantuk. Ia tidur di sofa tanpa sempat pindah ke tempat tidur. Sampai, tidak terasa waktu sudah pagi. Cahaya matahari mulai menampakkan dirinya dan masuk melalui celah-celah jendela."Hoooaaamm!" Ardhan menguap. Jadwal mereka yang seharusnya sudah siap-siap untuk pulang, Ardhan malah dilanda rasa kantuk yang membuatnya tertidur.Pada saat yang sama, Nara terbangun. Ia menggeliat, lalu menoleh ke arah Ardhan yang masih tertidur. Nara pikir, suaminya masih tidur. Padahal, Ardhan baru bisa mengistirahatkan dirinya setelah semalaman ia bolak-balik ke kamar mandi."Padahal
Baca selengkapnya

Bab 28 Aku Siap Melayanimu

"Mas, setelah makan bersiaplah, hari ini kita akan pulang!" ujar Nara sembari membereskan bekas makanannya. Nara beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya sebentar."Saya akan siapkan pakaian buat kamu. Jadi, bersiaplah, Mas!" ujar Nara sekali lagi.Walaupun Nara hanya kebagian salad sayuran, tetapi Nara tetap menghabiskannya dan kini ia sudah merasa kenyang. Nara membuka tutup botol air minum dan kemudian meneguknya secara perlahan."Kenapa buru-buru sekali?" sahut Ardhan dengan santainya.Pria itu melangkah menuju kamar mandi dengan langkah malas. Ia seolah tidak mau cepat-cepat pergi dari tempat itu.Sembari menunggu Ardhan selesai mandi, Nara menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh suaminya hari ini. Ia menyiapkannya dengan hati-hati. "Walaupun pernikahan ini tanpa cinta, tapi aku adalah seorang istri. Bagaimanapun juga, aku harus tetap melakukan tugasku. Tapi, aku juga akan terus menjaga hatiku agar tidak mencintainya," batin Nara sembar
Baca selengkapnya

Bab 29 Nyaris Ketahuan

Setelah beberapa menit di dalam toilet untuk menenangkan gemuruh pada jantungnya, Nara pun keluar dari dalam sana.Ia berjalan menuju sebuah koper dan mengemas yang masih tersisa. Setelah semuanya siap, Nara pun mengambil ponsel dan menyeret kopernya keluar dari kamar itu. Ardhan yang melihat Nara tampak kesulitan karena barang yang dibawanya berat, membuat Ardhan antusias merebut koper itu. "Biar saya saja yang bawa. Kamu jalan saja!" "Tidak usah, Mas," sahut Nara.Tetapi, Ardhan bersikeras merebut koper tersebut dan berjalan keluar dari kamar hotelnya tersebut.Namun, keadaan berbeda dengan di rumah. Reyhan yang masih berada di rumah Ardhan itu tak kunjung pergi. Pria itu terus mendekati Kakek Heraldo. Berharap agar Kakek Heraldo mau memberikannya kepercayaan mengelola sebuah posisi tinggi di perusahaan itu.Kakek Herlado yang ingat bahwa hari ini adalah jadwal kepulangan Ardhan dan Nara dari pulau dewata, itu membuatnya bergegas pergi."Kakek mau pergi ke mana?" tanya Reyhan."Ma
Baca selengkapnya

Bab 30 Nama Yang Tidak Kusangka

Dua jam perjalanan telah berlalu dan pesawat pun mendarat dengan selamat. Ardhan dan Nara turun dari pesawat tersebut dengan hati-hati. Keduanya berjalan berdampingan."Mas, kamu sudah kasih tahu Kakek?" tanya Nara. Karena sebelumnya Nara sempat mendengar bahwa Ardhan akan memberitahu Kakek Herlado saat sudah sampai bandara, sehingga Nara mengingatkan hal itu begitu dirinya menyadari bahwa Ardhan tak kunjung menghubungi Kakek Heraldo.Ardhan menoleh ke arah Nara. "Belum." Ardhan berhenti sejenak, ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel lalu menyodorkannya kepada Nara."Saya, Mas?" tanya Nara sembari menunjuk ke dirinya sendiri."Iya, memangnya siapa lagi?" balas Ardhan dengan santai.Ardhan melanjutkan langkah kakinya kembali, sedangkan Nara ... Ia sibuk sendiri dengan ponsel Ardhan yang ada di genggaman tangannya. Ia mencoba mencari nomor Kakek Heraldo dalam langkahnya.Sampai Nara tertinggal agak belakang, sekitar dua langkah dari sana. "Nanti kamu bilang saja sama Kakek k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status