All Chapters of Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Chapter 51 - Chapter 60

162 Chapters

Bab 51 Saling Melontarkan Perhatian

Walaupun kedua mertuanya terlihat begitu terbuka dan seolah menunggu kedatangan Ardhan, tetapi ia tidak menyahut. Hanya memberikan senyuman tipis dengan hati yang merasa tidak nyaman. Seolah sudah tahu bahwa kedua mertuanya hanya menggunakan topeng saja."Mari kita masuk, Nak, ayo!" ajak Rivanto dengan tangan menggiring Ardhan menuju sofa yang ada di sana.Di belakang Ardhan, Rivanto seolah memberi kode isyarat mata agar pergi ke dapur. Verra sudah paham dengan maksud suaminya, ia pun bergegas menuju dapur. Tetapi, sebelum itu ia mengatakan sesuatu."Ya sudah, kalian anteng-anteng, ya, di sini. Mama mau buat minuman dulu." Verra pun melempar pandangannya ke arah Ardhan. "Mau minum apa, Nak?" "Apa saja, Ma." Ardhan tidak mau merepotkan Ibu mertuanya. Ia hanya ingin menghargai apa yang nantinya disajikan oleh Verra."Mama serius tanya sama kamu, kamu mau minum apa biar Mama buatkan yang paling spesial buat kamu?" tanya Verra dengan pandangan terus mengarah kepada Ardhan."Mas, kalau b
Read more

Bab 52 Jus Mangga Enak

Praaanggg! Rivanto langsung terhenyak kaget saat mendengar suara gelas pecah. Saat itu, tangan Nara memang sedikit licin karena baru saja memegang mangga. Ia lupa untuk mencuci tangannya terlebih dahulu, dirinya malah fokus pada gelas yang harus ia ambil.Pada saat itulah, setelah dari bubuk yang terdapat dalam botol kecil berukuran ibu jari. Kini, bubuk itu hanya tersisa sedikit saja. "SIALAN!!!" umpat Rivanto dalam hatinya dengan perasaan geram.Buru-buru, Rivanto menuangkan sisa bubuk tersebut ke dalam sebuah blender yang berisi jus mangga tersebut. Ia juga segera membersihkan bubuk yang berceceran di sana dengan sebuah lap meja.Ia sampai berkeringat di dahi karena panik. "Pyuuuhh!" Rivanto membuang nafas lega. Nara yang baru saja mengambil gelas pun kembali ke tempat semula untuk menyajikan jus itu ke dalam gelas kaca yang agak tinggi. Tak hanya sampai di situ, Nara juga menambahkan sedikit potongan buah mangga berbentuk dadu kecil diatasnya."Pa, bukannya Papa juga mau ini?"
Read more

Bab 53 Mengundang Rasa Curiga

Perut yang awalnya terasa nyaman, tiba-tiba seolah ada sesuatu yang bergejolak didalamnya. Ardhan langsung diam mematung sembari memegang perutnya -- menahan apa yang dirasakannya sore itu."Mas, kamu kenapa?" tanya Nara yang menyadari bahwa Ardhan tengah merasakan sesuatu yang tidak nyaman.Ardhan menoleh ke arah Nara. "Toilet ada di mana?" tanya balik seraya bangkit dari duduknya.Ada sesuatu yang semakin mendesak untuk keluar dari dalam perutnya tersebut. Ia sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi."Kamu mau ke toilet? Ya sudah, sini ikuti saya!" pinta Nara. Ia beranjak dari duduknya dan bersiap pergi, menoleh ke arah Ardhan dengan posisi menyamping. Karena tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Sembari menahan rasa mulas pada perutnya, Ardhan pun terus berjalan. Langkahnya semakin ia percepat."Cepat ada di mana?"Nara pun menghentikan langkah kakinya di sebuah dapur. Di sana ia langsung menunjuk pada sebuah pintu toilet berwarna biru muda.Ardhan pun langsung membukanya dan masuk
Read more

Bab 54 Rona Pipi Yang Memerah

Nara terdiam sejenak. Banyak kalimat di dalam kepala yang seakan mau meledak. Segalanya menjadi tak terkendali. Rona mata memerah dibarengi rasa curiga. Ia menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya sejenak. Matanya bahkan sampai terpejam demi menenangkan dirinya sendiri."Pa, aku mau tanya sesuatu sama Papa ..... Apa Papa lihat ada orang yang mencurigakan yang memasukkan sesuatu ke dalam jus yang aku buat tadi?""Oh, jadi kamu nuduh Papa!" sahut Rivanto dengan geram. Manik mata Rivanto seakan memerah begitu melihatnya. Ia merasa kesal dengan pertanyaan Nara yang seakan menyudutkan dirinya.Padahal Nara tidak bermaksud demikian, ia hanya bertanya baik-baik dan memastikan yang sebenarnya. Walaupun dalam hatinya ia merasa curiga, tetapi ia tetap berusaha menanyakan kepastian sebelum menduga."Bukan nuduh, Pa. Aku cuma menanyakan apa yang membuat aku penasaran, karena aku melihat Mas--...!"Belum selesai Nara bicara, Rivanto sudah memotong ucapan Nara. "Itu buktinya!" Rivanto bersikera
Read more

Bab 55 Mendekati Secara Halus

"Tuh Mama saja sudah paham dengan kondisi lawan jenis yang sudah sah!" celetuk Ardhan dengan santainya di hadapan Verra.Nara yang mendengar hal itu langsung menyenggol lengan Ardhan. "Mas!" bisiknya dari samping dengan raut muka yang seakan memberi isyarat untuk tidak sembarangan bicara hal semacam itu. Namun, Verra hanya tertawa kecil sembari menutup mulutnya ketika kalimat singkat itu terlontar keluar dari mulut Ardhan begitu saja."Dia memang tidak punya rasa malu. Begitu percaya dirinya dia bisa membicarakan hal semacam itu," umpat Verra.Setelah tertawa kecil, Verra pun kemudian membalikkan badannya. "Ya sudah, Mama tidak mau ganggu kemesraan kalian. Selamat menikmati hari-hari yang indah berdua!" Verra melangkah pergi dari sana tanpa menoleh lagi.Walaupun Verra tahu dan masih belum lupa dengan dendamnya. Tetapi, hal itu tidak membuat Verra melarang Nara atau meniauhkannya dari Ardhan. Verra ini memang memiliki pemikiran yang mulai agak berbeda dari Rivanto. Ia berpikir akan
Read more

Bab 56 Kamu Pergi Ke Mana?

"Heh! Rasakan kamu tidak bisa bersama Nara!" umpat Rivanto dalam hatinya dengan pandangan licik mengarah pada Ardhan."Sekarang aku paham maksudmu, Papa mertua. Tapi, aku juga akan melakukan sesuatu untuk apapun yang terjadi. Kalau mau adu skill, saya tidak akan menolak!" batin Ardhan.Perseteruan batin terus terjadi, keduanya dengan misi masing-masing. Ardhan yang sudah tahu cara halus Rivanto untuk menjauhkan dirinya dengan Nara."Sekarang, jebakan atas diri saya akan menjadi senjata makan tuan buatmu, Papa mertua!" batin Ardhan.Ardhan memegang perutnya. Ia pun lantas bangkit dari duduknya tersebut. Sontak, itu membuat Rivanto langsung bereaksi. "Kamu mau pergi ke mana? Acara bolanya belum selesai!" kata Rivanto dengan tegasnya melarang Ardhan untuk pergi. "Perut saya masih terasa sakit, Pa. Izin ke toilet dulu!" kata Ardhan dibarengi wajah meringis, berakting seolah dirinya benar-benar merasa sakit pada bagian perutnya tersebut.Rivanto yang kembali teringat dengan apa yang tel
Read more

Bab 57 Penculik Terkena Jebakan

Sampai akhirnya sinar harapan muncul dalam benak Ardhan. Panggilan suara yang sebelumnya selalu tak terjawab, kini terjawab sudah. Ardhan sudah tak sabar ingin mendengar suara Nara dibalik telepon itu."Nara, kamu sudah mulai berani mengabaikan panggilan dariku? Kamu tahu 'kan apa yang kemungkinan akan saya lakukan sama kamu?" ucapnya.Namun, Ardhan tidak mendengar jawaban pasti dari Nara. Bahkan, ia sama sekali tak mendengar suara itu. Yang terdengar hanyalah sedikit suara keributan."NARA?!" Suara itu semakin terdengar berat dan besar. Ardhan merasa ada sesuatu hal ganjil yang terjadi di luar sana."Itu siapa? Kamu masih ingat 'kan dengan perjanjian kita waktu itu?" Ardhan yang mendengar suara keributan yang agak samar ini malah menduga bahwa Nara malah bermain belakang dengan pria lain di luar sana. "Nara?" Kali ini ia semakin dibuat bingung dengan keadaan yang seakan mempermainkan dirinya. Terlebih, suara tawa muncul mengiringi. "Siapa kamu? Mana istri saya?!" tegasnya denga
Read more

Bab 58 Rencana Yang Matang

Memang tidak salah lagi Ardhan dalam menjalankan rencananya. Perkiraannya tidak pernah meleset. Bahkan, kini ia telah membuat penculik itu harus memutar otaknya agar dapat menghasilkan uang yang banyak."Bagaimana ini? Aku tidak mungkin melakukan sesuatu yang jahat sampai membunuhnya kepada Nara. Kalau Nara mati, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya mendapatkan uang itu?" batin penculik itu panik.Nara melirik ke arah penculik itu. Sampai suatu ketika, di mana Nara melihat tahi lalat kecil pada leher samping penculik itu. Dan hal tersebut mengingatkannya kepada seseorang yang pernah singgah di dalam hidupnya."Tidak mungkin aku salah lihat!" batin Nara sembari terus memandangi tahi lalat yang mencuri perhatiannya, berusaha memastikan bahwa dugaannya itu benar.Pria yang menculik Nara saat itu mengenakan pakaian serba hitam dengan masker hitam pula, termasuk topi yang dipakainya. Namun, masih memperlihatkan bagian lehernya karena tidak tertutup dengan apapun."Tahi lalatnya mirip seka
Read more

Bab 59 Tidak Membeda-bedakan

Setelah mencapai rencananya, Ardhan pun melangkah pergi. Ia juga mematikan panggilan vidio itu tanpa banyak lagi bicara. Dirinya tersenyum bangga pada Rico yang ternyata diluar dugaannya sudah melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa harus ia suruh.Ardhan kembali masuk ke dalam rumah, ia duduk di ruang tamu dengan santai. Kakinya menyilang dengan kepala menoleh ke arah foto Nara yang ditaruh di meja."Kalau kamu tahu saya suka melakukan drama, harusnya kamu sadar dengan apa yang saya katakan beberapa saat yang lalu. Karena itu tidak benar. Hanya rencanaku saja supaya dirimu tetap selamat. Saya tidak mungkin membiarkan kamu mati percuma tanpa memenuhi kontrak perjanjian kita!" batin Ardhan sembari tersenyum tipis.Tak lama dari itu, Nara datang bersama dengan Rico. Ketika itu, lehernya sudah memakai plester.Sejak pertama kali masuk, Ardhan sudah menduga bahwa itu Nara. Dan memang benar saja bahwa itu memanglah Nara yang baru datang.Sontak, Ardhan pun langsung bangkit dari duduknya.
Read more

Bab 60 Luka Akibat Serangan

Nara yang melihat hal itu yakin pasti ada sesuatu yang penting. Tetapi, untuk lebih jelasnya ia sendiri tidak tahu. "Siapa yang tengah berbicara dengan Mas Ardhan?" batin Nara hingga kedua alis saling bertautan. Ia berpikir keras mengenai itu.Setelah dirasa cukup jauh dari jangkauan mereka. Ardhan pun mulai leluasa berbicara dengan salah seorang bodyguard yang menjaga penculik itu.[Ya, kenapa?][Kami sudah sampai di tempat biasa. Sekarang apa yang harus kami lakukan? Oh ya, kami juga belum membuka penutup wajah pria itu. Kata Rico, biar Anda saja yang membukanya!] Bodyguard itu memperjelas apa yang diperintahkan Rico kepadanya. Tetapi, saat itu mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Sedangkan, saat itu Ardhan belum kunjung muncul di sana.[Lakukan penjagaan ketat! Setelah makan malam di rumah mertua, saya akan segera datang ke sana!] Begitulah katanya.[Baik, Tuan. Laksanakan!]Karena sudah selesai menjelaskan apa yang memang ingin dijelaskan kepada Ardhan. Bodyguardnya
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status