Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 41 - Bab 50

162 Bab

Bab 41 Dipantau Suamiku

Nara pun bergegas untuk melakukan pekerjaan yang telah diperintahkan oleh Ardhan sebelumnya. Pada saat Nara tidak ada di ruangan itu, Ardhan sengaja berjalan-jalan untuk melihat para karyawan yang tengah bekerja. Ruangan yang awalnya ramai karena gosip yang melibatkan Nara itu, seketika menjadi sepi dan semuanya fokus bekerja saat suara langkah kaki Ardhan terdengar. Suara langkah kaki Ardhan ini memang sudah dikenali oleh mereka. Langkah santai Namun terdengar berat dan tegas. Mereka juga mencium aroma khas yang langsung menyebar di ruangan itu.Ardhan berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Dari jarak jauh ia memperhatikan Nara yang tengah memprint file yang akan digunakan untuk rapat nanti.Namun, karena Nara fokus bekerja, sehingga ia tidak menyadari hal itu. Hanya beberapa karyawan yang gemar menggosipkannya saja yang menyadari bahwa Ardhan datang ke ruangan itu bukan tanpa tujuan.Setelah selesai memprint, Nara pun segera keluar dari ruangan itu dengan mem
Baca selengkapnya

Bab 42 Bagaimana Bisa Tahu?

Krosaakkk! Terdengar suara dibalik semak dan pepohonan yang ada di dekat kantor. Ardhan menoleh, ia merasa seperti ada orang yang sedang mengawasinya."Ada apa? Apa ada sesuatu?" tanya Sarah saat melihat Ardhan yang hanya terdiam sembari memasang telinga untuk mendengarkan sekali lagi.Namun, saat Ardhan tengah mendengarkan dengan serius, suara itu tak lagi terdengar."Tidak ada, Ma. Ayo!"Ardhan menaiki mobilnya, diikuti dengan Sarah. Mereka duduk di depan. "Mama heran sama kamu. Kenapa kamu suka dengan wanita itu? Dan ... Kenapa juga dia masih harus bekerja di kantor ...? Mama tahu ini berlebihan, tapi ... Seharusnya dia itu di rumah saja kalau sudah menikah!" "Masih ada lagi unek-uneknya, Ma?" sahut Ardhan. Ia membelokkan mobilnya dan langsung tancap gas pergi dari kantor menuju tempat tujuannya."Belum. Mama masih belum menerima kalau kamu mendapat istri yang tidak layak seperti dia!"Walaupun Sarah mengungkapkan apa yang mengganjal di hatinya, tetapi Ardhan berpikir bahwa ini
Baca selengkapnya

Bab 43 Eksekusi Rencana

Mobil menepi, dua pasang kaki turun dari mobil. Sambutan sejuknya angin mengusir gerah kala panas mentari mengundang keringat."Ma, mana Kakeknya?" tanya Ardhan sembari mengedarkan pandangannya di taman itu."Kita ngadem dulu yuk di sana!" ajak Sarah sembari mendorong perlahan tubuh bagian belakang Ardhan.Pada saat itulah, Sarah mengambil ponselnya dari dalam tas dan kemudian memberitahu Valencia -- wanita yang kali ini telah ia pilih untuk dijodohkan dengan Ardhan untuk datang ke sana."Mama tidak bohong sama saya, 'kan?" tanya Ardhan dengan penuh curiga."Ya ampun, Nak. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama yang tidak-tidak."Mereka pun duduk di sebuah kursi berwarna putih di samping sebuah pohon rindang yang sedang berbunga.Ting! ["Aku sudah ada di taman, Tan. Tante sekarang ada di mana?"] Sebuah balasan pesan yang membuat Sarah begitu antusias untuk mempertemukan keduanya. Kali ini, sengaja Sarah tidak terang-terangan karena memang Ardhan selalu menolak. Dan ia berpikir bahwa kali
Baca selengkapnya

Bab 44 Menjaga Dari Wanita Lain

["Kamu kamu memang sudah tidak mau menjalankan rencana ini. Terserah! Biar Papa saja yang melakukannya!"] sentak Rivanto dibalik telepon.["Bukan begitu, Pa. Tapi ...."]Nara kembali dibuat bingung karena tidak tahu bagaimana ia menjelaskan hal itu kepada Rivanto. Ayahnya sungguh keras kepala, ia terllau berambisi dengan misi yang membutakan akal sehatnya.Tuutt.Baru saja Nara memikirkan sesuatu untuk ia katakan agar Ayahnya tidak salah paham, tetapi Rivanto memutus teleponnya secara sebelah pihak.Sementara itu, dari arah luar, Rico memasuki ruangan Ardhan. Ia berniat untuk mengembalikan ponsel milik atasannya tersebut. Tetapi, sesampainya di sana hanya ada Nara sendirian sembari memandang ke arah luar. Merenung memikirkan sesuatu."Permisi, Nyonya muda. Apa Anda tahu di mana Tuan sekarang berada?" tanya Rico di belakang Nara dengan kepala agak menunduk sopan.Nara pun membalikkan badannya perlahan, ia melihat ke arah pintu. "Ssstt. Selama di kantor, kamu jangan panggil saya 'Nyonya
Baca selengkapnya

Bab 45 Informasi Baru

Rico yang sudah sampai di restoran pun langsung mencari keberadaan Lala -- temannya. Ia mencari ke dapur restoran karena dirinya sangat memerlukan informasi itu."Lala!" serunya.Sampai akhirnya Lala mendengar suara yang dikenalnya. Ia pun langsung menghampiri suara tersebut."Padahal kalau mau sesuatu kamu bisa menghubungiku saja. Kenapa malah harus capek-capek datang ke sini?"Ketika itu, Reyhan sudah tidak ada di restoran. Ia sudah beberapa jam pergi karena tujuannya tak ada di sana. Melihat Nara pergi, itu membuat Reyhan merasa bahwa dirinya harus mengatur rencana lagi. "Aku perlu waktumu sebentar. Bisa?"Lala mengangguk. Mereka berjalan ke tempat yang agak tersembunyi dari keramaian, lalu setelah itu menepi."Katakan padaku sekarang. Informasi apa yang kamu dapatkan selama aku tidak ada di sini?" Rico terlihat begitu antusias saat menginterogasi temannya. Matanya terlihat seolah tidak ingin tertinggal informasi apapun."Tidak banyak, sih, cuma ....""Cuma apa?""Kamu tambahin la
Baca selengkapnya

Bab 46 Bermanja Pada Istri

"Tuan!" seru Rico sembari mengejar Ardhan yang hendak memasuki kantornya. Saat itu, Rico memang sengaja menunggu di depan kantor karena ingin mengembalikan ponsel Ardhan tanpa harus dicurigai oleh Nara.Ardhan menoleh. "Ada apa?" Ia menghentikan langkah kakinya sejenak.Rico pun langsung menyodorkan ponsel milik majikannya tersebut. "Ini saya mau mengembalikan ponsel Anda, sekaligus ingin memberikan informasi mengenai Reyhan."Ardhan melihat ke sana kemari. "Nanti saja. Sekarang kamu ikut saya!" ujarnya, lalu melanjutkan langkah kakinya kembali.Mereka berjalan menuju lift executive, yang mana memang hanya orang tertentu saja yang bisa menaikinya. "Katakan informasi apa yang kamu dapatkan hari ini?" tanya Ardhan dengan tubuh tegak dan wajah serius.Rico yang berdiri setengah langkah di belakang Ardhan pun kemudian menjelaskannya secara perlahan."Setelah saya simpulkan, sepertinya Pak Reyhan ini memang ingin menghabiskan waktu dengan Bu Nara."Ardhan yang mendengarnya langsung menoleh
Baca selengkapnya

Bab 47 Hampir Ketahuan

Ardhan pun menoleh ke arah Rico yang selalu mendampingi dirinya itu. Tangannya seolah memberi isyarat untuk pergi dari sana."Kamu jaga di luar!""Baik, Tuan." Rico menunduk paham, ia pun melangkah keluar dari dalam ruangan. Ia berdiri di depan ruangan Ardhan untuk berjaga-jaga.Ardhan yang melihat bahwa situasi sudah aman, ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan perhatian lebih dari Nara."Karena kamu ninggalin saya makan siang, jadi kamu harus terima resikonya."Jantung Nara berdetak tidak karuan, gemuruh hebat dengan pertanyaan dalam benaknya membuatnya tidak tenang. "Semoga saja resikonya tidak menyusahkanku lagi," batin Nara dengan mulut komat-kamit.Ardhan menoleh. Ia melihat Nara yang tampak terdiam dengan mulut komat-kamit tidak jelas."Cepat kamu suapi saya!" ujar Ardhan dengan nada cuek.Wajahnya bahkan tidak memperlihatkan keramahan sama sekali. "Pak Ardhan, kita sedang di kantor. Jangan begini, saya mohon.""Kamu sudah tahu 'kan kalau sekarang aman. Jadi, itu
Baca selengkapnya

Bab 48 Panggilan Penting

Wajah Rico sudah pasrah karena saat itu ia mengira bahwa dirinya pasti akan mendapat omel dari Ardhan akibat kelalaiannya tersebut.Rico memasuki ruangan itu dengan tubuh lemas. Tetapi, meskipun begitu ia tetap menunjukkan kalau dirinya siap menerima perintah apapun."Iya, Pak Ardhan.""Kemari kamu!" Ardhan meminta Rico untuk mendekat kepadanya.Rico pun berjalan mendekat."Duduk!" Rico duduk, kedua tangannya di paha dengan kepala agak menunduk. Menunjukkan jika dirinya telah melakukan kesalahan yang tadi."Maafkan saya, Tuan. Tadi wanita itu berusaha memaksa untuk masuk.""Kamu ini. Saya 'kan sudah bilang supaya jaga pintu jangan sampai ada yang masuk! Begitu saja sampai kebobolan!"Rico yang sadar akan kesalahannya pun menunduk menyesal. "Saya benar-benar minta maaf, saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.""Pak Ardhan, makanannya masih ada. Mau dilanjut atau sudah selesai?" tanya Nara."Saya sudah kenyang."Nara pun kemudian duduk kembali di kursi, ia merapik
Baca selengkapnya

Bab 49 Ketika Harus Memilih

"Mama mau tanya sama kamu. Kamu itu lebih cinta sama Ardhan atau orang tua kamu sendiri?" tanya Verra tiba-tiba.Ini pertanyaan mendadak yang membuat Nara bingung. Ia tidak bisa memilih karena dirinya pun belum siap menjanda."Kenapa tiba-tiba Mama menanyakan hal ini?" balas Nara, bingung. Dirinya sama sekali tidak mengerti dengan Verra yang memberinya pilihan itu."Aku sayang Mama-Papa, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan suamiku sendiri."Verra menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam. "Kamu ini. Bukan itu yang Mama maksud.""Terus?" Nara bingung, ia tidak tahu sebenarnya apa yang Verra inginkan. Ia memang sempat berpikir bahwa mungkin Verra berkata demikian karena dirinya yang sempat menolak keinginan Rivanto dalam menjalankan misi mereka. Tetapi, yang membuatnya bingung adalah kenapa dirinya harus memilih?Verra menajamkan pandangannya ke arah Nara. "Kamu yakin masih belum paham dengan apa yang Mama bilang barusan?""Ma, kalau Mama meminta aku memilih. Tentu saja aku tida
Baca selengkapnya

Bab 50 Topeng Kepalsuan

Rivanto dan Verra yang sedang menasehati Nara pun langsung terdiam. Mereka menoleh ke belakang dengan perasaan bertanya-tanya."Siapa itu? Mama pesan barang lagi dari toko online?" tanya Rivanto. Ia menduga demikian karena hobi Verra memanglah berbelanja. Ini tak jauh dari dirinya. Bedanya, Rivanto lebih senang berbelanja barang yang sekiranya bisa ia gunakan untuk usahanya.Verra yang diduga demikian pun langsung menggelengkan kepala dengan kedua alis bertautan. "Nggak, Pa. Papa kali yang belanja.""Mana pernah Papa belanja online begitu, Ma. Kalaupun belanja, mau belanja apa? Sekarang kita punya menantu kaya raya, buat apa beli barang diskonan!" sergah Rivanto, membenarkan atas dugaan Verra yang menurutnya salah.Verra yang semakin dibuat penasaran pun langsung bangkit dari duduknya. "Biar Mama lihat sebentar!" katanya berinisiatif. Nara yang tidak berpikir mengenai Ardhan itu membuatnya hanya diam tanpa memikirkan apapun. Ia tidak mau ambil pusing dengan hal itu. Karena dirinya p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status