Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 31 - Bab 40

162 Bab

Bab 31 Tips Mengusir Halus Mantan

Gerbang tinggi, besar dan kokoh itu terbuka lebar dengan sendirinya. Mobil pun memasuki halaman rumah, lalu menepi di dekat sebuah air mancur yang ada di halaman rumah tersebut.."Kita sudah sampai, Tuan," ucap Rico.Nara menoleh ke arah sekeliling rumah. Tetapi, melihat Ardhan yang masih berbaring di kursi panjang mobil tersebut membuatnya hanya diam. Ia tidak pergi ke mana-mana.Kakek Heraldo bangkit dari duduknya. Sebelum turun dari mobil limousine-nya, ia menoleh ke arah Ardhan dan Nara."Kalian tidak turun?" tanya Kakek Heraldo kepada keduanya.Nara menoleh dengan wajah agak terangkat. " Kakek duluan saja, nanti saya dan Mss Ardhan akan segera menyusul.Kakek Heraldo pun berjalan keluar dari mobil untuk memasuki rumah. "Kenapa kamu menunggu saya?" tanya Ardhan kepada Nara. Dirinya terus menahan perutnya yang masih terasa agak perih."Karena kamu suami saya. Saya harus melayanimu dengan baik. Lagi pula, saya tidak ingin memasuki rumah itu sendiri tanpa pemiliknya."Ardhan merasa
Baca selengkapnya

Bab 32 Dari Pijatan

"Tuan, ini kopernya!" ujar Rico.Ardhan pun memberi jalan. "Kamu taruh saja di sana!" Begitulah pesannya.Rico pun buru-buru menaruh koper itu di dalam kamar dekat ranjang. Setelah itu, ia pun berpamitan pergi dari sana."Kalau begitu, saya permisi," ucap Rico."Iya. Jangan lupa makan. Sepertinya kamu bekerja terlalu banyak!" ungkap Ardhan kepada Rico yang merupakan orang kepercayaannya.Nara yang mendengar hal itu langsung tercengang karena Ardhan ternyata memang perhatian pada semua orang. "Ternyata dugaanku selama ini memang salah. Dia memang baik pada semua orang. Tidak mungkin dia memperlakukan aku dengan spesial, kalau dia saja tidak mencintai aku sama sekali," batin Nara.Tanpa disadarinya sendiri, rupanya Nara merasa kecewa terhadap sikap Ardhan yang ternyata memang baik pada semua orang. "Kenapa aku malah memikirkan hal itu? Ya, biarkan saja. Lebih bagus kalau dia memang peduli pada semua orang. Sudah seharusnya manusia saling peduli dan sudah seharusnya juga aku tidak berha
Baca selengkapnya

Bab 33 Hanya Melakukan Tugas

Hari telah berganti ...Pada kesekian kalinya, Ardhan dan Nara melewati malam dengan tidur bersama. Nara menyibak selimut, ia menoleh ke samping yang ternyata memang Ardhan. Ia mengingat kejadian semalam, yang mana selepas memijat Ardhan ia mengantuk dan tanpa sadar malah tertidur."Apapun yang terjadi, aku hanya melakukan tugasku sebagai seorang istri saja. Tapi, aku tetap tidak boleh terciut dengan segala macam perlakuannya," batin Nara.Ia turun dari ranjang tempat tidurnya. Saat itu, Ardhan masih dalam keadaan tidur nyenyak."Sebaiknya aku mandi duluan karena hari ini sudah mulai ngantor lagi," gumam Nara sembari berjalan menuju kamar mandi. Ia menutup rapat kamar mandi tersebut.Selepas mandi, Nara berjalan keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan pakaian kantor yang biasanya ia kenakan. Untungnya, di rumah itu sudah tersedia berbagai macam pakaian yang ia perlukan. Saat itu, Nara mengenakan rok sepaha dengan atasan kemeja merah muda. Begitu keluar dari walk in closet, ia meliha
Baca selengkapnya

Bab 34 Antara Hadiah dan Beban

Nara dibuat bingung dengan kunci yang dilemparkan kepadanya. "Loh, Mas ... Kamu mau kita berangkat bareng?" tanya Nara. Namun, rupanya Nara salah mengira. Ia salah paham dengan maksud Ardhan memberikan kunci mobil kepadanya."Kamu pergi sendiri dengan mobil itu. Biar saya pakai mobil yang lain!" jelasnya."Tidak usah, Mas. Biar saya pesan ojek online saja," jawabnya.Tetapi, Ardhan tidak setuju dengan ide Nara."Ojek online itu bikin kamu kepanasan. Saya tidak mau kalau kulit kamu jadi rusak akibat polusi!"Saat itu, Ardhan tidak langsung pergi. Ia melirik ke arah totebag yang membuatnya penasaran. Tetapi, ia tidak bertanya dan kemudian melangkah pergi dari dapur. Nara melihat punggung Ardhan yang hampir tak terlihat lagi di dapur. Tangannya mengepal erat kunci mobil itu. "Apa yang aku lakukan? Jusnya belum aku masukkan ke dalam wadah."Ia pun bergegas memasukkan jus mangga susu yang dibuatnya itu ke dalam dua botol 250 ml. Setelah itu, ia pun memasukkan kedua botol itu ke dalam t
Baca selengkapnya

Bab 35 Drama Menu Sarapan Pagi

Nara berdiri sopan dengan kedua tangan di depan. "Mohon maaf, ada apa ya, Pak Ardhan?" tanya Nara.Seperti yang Ardhan inginkan, Nara bersikap sebagaimana dirinya memperlakukan atasan. Ia tidak bersikap sebagaimana istri terhadap suaminya. Jika dilihat sekilas, mereka tampak seperti orang asing."Tadi, wanita itu ... Ada yang kalian bersamanya?" tanya Ardhan sembari menatap kedua mata Nara. Tatapannya seolah tengah mengintai apa yang dipikirkan istrinya tersebut. Sebab, mata adalah jendela hati. Sehingga, Ardhan berpikir bahwa dirinya mungkin bisa mengetahui jawaban Nara, entah itu sedang berbohong atau jujur.Nara tersenyum. "Tidak ada sesuatu hal yang penting, Pak. Kami hanya bertegur sapa saja." Sengaja Nara menyembunyikan hal itu dari Ardhan, karena dirinya tidak mau jika hal ini malah menjadi boomerang baginya.Walaupun sebelumnya Nara sempat berpikir bahwa pemberian mobil dari Ardhan terlalu berlebihan, tetapi kini ia mulai menikmati kenyamanan itu. Dengan membawa kendaraan sen
Baca selengkapnya

Bab 36 Demi Sebuah Alasan

"Itu tidak masalah."Meskipun begitu, Ardhan tetap menginginkan bubur tersebut."Kalau baru dibeli, pasti masih terpisah dan belum teraduk," batin Ardhan berpikir ulang."Mana buburnya. Saya mau itu, kamu makan yang ini saja!" Dengan santainya Ardhan mengatakan hal tersebut.Sejujurnya Nara sangat keberatan, tetapi ...."Mas, kenapa kamu tidak bilang mau bubur?" "Kamu sendiri yang tidak menawari saya itu!" pungkas Ardhan dengan kedua alis terangkat. "Benar. Harusnya tadi aku tawari saja yang aku mau beli," batin Nara tampak lemas."Ya sudah, kalau begitu Anda makan saja, tidak apa-apa. Biar saya beli lagi saya nanti," ungkap Nara sembari menyodorkan bubur ayam untuk sarapan paginya.Ardhan menerimanya dengan senang hati, saat itu ia tampak sangat puas karena sudah berhasil menukar makanan dengan milik Nara.Tok Tok Tok "Ini aku, Reyhan. Apa boleh masuk?" Ardhan dan Nara bersamaan menoleh ke arah pintu. "Ya, masuklah!" sahut Ardhan dari dalam ruangannya. Saat itu, Nara tengah berdi
Baca selengkapnya

Bab 37 Kecurigaan Besar

Nara dan Reyhan sudah keluar dari lobi, tetapi Nara penasaran tujuan Reyhan menginginkan dirinya mengantar untuk bertemu kekasih Reyhan tersebut.Rasa penasaran yang melonjak itu menjadikan langkah kakinya seolah manja dan tidak mau meneruskan melangkah.Hal inilah yang membuat Nara berhenti berjalan. "Tunggu sebentar!" ujar Nara tiba-tiba.Reyhan pun berhenti. Ia menoleh dan berdiri di tempat."Tenang saja ... Aku sengaja mengajak kamu ke suatu tempat, supaya kamu bisa terbebas dari kekangan suami kamu."Tetapi, Nara tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Reyhan. Ia hanya mengatakan seperlunya saja, karena sadar bahwa kini dirinya masih ada di lingkungan kantor. Tidak bisa sembarang mengatakan sesuatu."Kamu mau pergi ke mana? Kita pakai mobil ini saja!" ujar Nara sembari memperlihatkan kunci mobilnya sendiri.Reyhan langsung melihat ke arah kunci mobil itu. "Kamu yakin tidak mau naik mobilku?" "Pakai mobilku saja!" "Memangnya kita akan pergi ke mana? Katakan dengan jelas!" Na
Baca selengkapnya

Bab 38 Dijebak

Di mana lokasinya? Kamu katakan saja, supaya aku bisa langsung ke tempatnya!" Reyhan menoleh ke arah Nara, matanya seolah tengah menyiratkan sesuatu. "Ke jalan. Melati dekat sebuah minimarket. Kita pergi ke sana," ujar Reyhan dengan nada santai.Nara pun langsung menambah kecepatan kemudinya. Tetapi, mobil mewah yang dibawa ini sangat menarik bagi Reyhan."Sepertinya aku mengenal mobil ini," ucap Reyhan."Ini mobil suamiku. Kenapa memangnya?" "Wah, enak sekali jadi suami kamu. Dia memiliki banyak sekali mobil, tapi di sisi lain tampaknya dia tidak pernah puas dengan itu." Reyhan kembali menoleh ke arah Nara. "Sekarang kamu pasti sudah sangat bahagia karena memiliki suami yang kaya. Kalau aku ajak kembali pun pasti sudah tidak mau," Reyhan berandai-andai.Nara yang mendengarnya langsung berkedip cepat. Ia kembali teringat kenangan akan masa lalu, tetapi dirinya mencoba sadar bahwa sesuatu yang sudah menjadi masa lalu tidak akan bisa kembali dan sama."Jangan bahas ke sana. Tujuan ki
Baca selengkapnya

Bab 39 Memantau

"Gawat kalau dia pergi! Rencanaku bisa gagal!" batin Reyhan.Melihat Nara yang sudah bersiap untuk pergi. Sebelum hal itu terjadi, Reyhan pun segera menahannya."Kamu jangan dulu pergi ke mana-mana, Nara. Bukannya kamu sudah setuju untuk menemani aku."Namun, saat itu Nara hanya terdiam. Tak sekalipun ia memiliki keinginan untuk menyahut perkataan mantan kekasihnya tersebut."Jujur saja, aku tidak terlalu nyaman berada di sini, apalagi hanya berdua," batin Nara.Meskipun begitu, Nara berusaha menahan segala kekesalan yang tersimpan dalam benaknya tersebut. " ... Sambil menunggu, bagaimana kalau kita pesan makanan dulu? Kebetulan aku sudah sangat lapar sekali," ungkap Reyhan. Mencari-cari kesempatan dibalik perangkap yang telah dibuatnya tersebut.Nara yang ada di sana pun belum menyadari tentang apa yang dipikirkan Reyhan. Ia hanya berpikir bahwa mantan kekasihnya memang akan bertemu dengan seorang wanita. Walaupun ia sendiri belum membuktikan siapa orangnya.Dibalik wajahnya yang ter
Baca selengkapnya

Bab 40 Yang Tersalahkan

Makanan sudah datang, tetapi Nara merasa bahwa wanita yang katanya kekasih Reyhan tak kunjung datang."Mana dia? Kenapa belum datang?" gumam Nara sembari terus melihat ke pintu.Reyhan yang mendengar gumaman Nara pun langsung menyahutnya. "Mungkin sebentar lagi."Nara berpikir bahwa Reyhan mungkin saja berbohong kepadanya, walau ia sendiri masih ragu. Ia berpikir bahwa tidak mungkin jika Reyhan masih menginginkan dirinya. "Aku harap dugaanku ini salah," batin Nara.Lantas, tanpa berlama-lama lagi, Nara pun langsung menyantap makanan yang ada di meja itu. Ia menyuap makanan ke mulutnya secara perlahan.Dari jarak agak jauh itu Rico terus memperhatikan. Ia tidak mau sampai kehilangan jejak mereka.Nara yang tampak kepanasan saat menyantap makanan itu membuatnya segera membantu. "Jangan buru-buru, sini aku bantu tiupkan buat kamu," ujar Reyhan berinisiatif. Tetapi, Nara langsung menolaknya. "Tidak usah. Ini tidak sepanas itu, kok. Lagi pula aku sedang banyak pekerjaan di kantor, aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status