Share

Bab 40 Yang Tersalahkan

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Makanan sudah datang, tetapi Nara merasa bahwa wanita yang katanya kekasih Reyhan tak kunjung datang.

"Mana dia? Kenapa belum datang?" gumam Nara sembari terus melihat ke pintu.

Reyhan yang mendengar gumaman Nara pun langsung menyahutnya. "Mungkin sebentar lagi."

Nara berpikir bahwa Reyhan mungkin saja berbohong kepadanya, walau ia sendiri masih ragu. Ia berpikir bahwa tidak mungkin jika Reyhan masih menginginkan dirinya.

"Aku harap dugaanku ini salah," batin Nara.

Lantas, tanpa berlama-lama lagi, Nara pun langsung menyantap makanan yang ada di meja itu. Ia menyuap makanan ke mulutnya secara perlahan.

Dari jarak agak jauh itu Rico terus memperhatikan. Ia tidak mau sampai kehilangan jejak mereka.

Nara yang tampak kepanasan saat menyantap makanan itu membuatnya segera membantu.

"Jangan buru-buru, sini aku bantu tiupkan buat kamu," ujar Reyhan berinisiatif.

Tetapi, Nara langsung menolaknya. "Tidak usah. Ini tidak sepanas itu, kok. Lagi pula aku sedang banyak pekerjaan di kantor, aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 41 Dipantau Suamiku

    Nara pun bergegas untuk melakukan pekerjaan yang telah diperintahkan oleh Ardhan sebelumnya. Pada saat Nara tidak ada di ruangan itu, Ardhan sengaja berjalan-jalan untuk melihat para karyawan yang tengah bekerja. Ruangan yang awalnya ramai karena gosip yang melibatkan Nara itu, seketika menjadi sepi dan semuanya fokus bekerja saat suara langkah kaki Ardhan terdengar. Suara langkah kaki Ardhan ini memang sudah dikenali oleh mereka. Langkah santai Namun terdengar berat dan tegas. Mereka juga mencium aroma khas yang langsung menyebar di ruangan itu.Ardhan berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Dari jarak jauh ia memperhatikan Nara yang tengah memprint file yang akan digunakan untuk rapat nanti.Namun, karena Nara fokus bekerja, sehingga ia tidak menyadari hal itu. Hanya beberapa karyawan yang gemar menggosipkannya saja yang menyadari bahwa Ardhan datang ke ruangan itu bukan tanpa tujuan.Setelah selesai memprint, Nara pun segera keluar dari ruangan itu dengan mem

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 42 Bagaimana Bisa Tahu?

    Krosaakkk! Terdengar suara dibalik semak dan pepohonan yang ada di dekat kantor. Ardhan menoleh, ia merasa seperti ada orang yang sedang mengawasinya."Ada apa? Apa ada sesuatu?" tanya Sarah saat melihat Ardhan yang hanya terdiam sembari memasang telinga untuk mendengarkan sekali lagi.Namun, saat Ardhan tengah mendengarkan dengan serius, suara itu tak lagi terdengar."Tidak ada, Ma. Ayo!"Ardhan menaiki mobilnya, diikuti dengan Sarah. Mereka duduk di depan. "Mama heran sama kamu. Kenapa kamu suka dengan wanita itu? Dan ... Kenapa juga dia masih harus bekerja di kantor ...? Mama tahu ini berlebihan, tapi ... Seharusnya dia itu di rumah saja kalau sudah menikah!" "Masih ada lagi unek-uneknya, Ma?" sahut Ardhan. Ia membelokkan mobilnya dan langsung tancap gas pergi dari kantor menuju tempat tujuannya."Belum. Mama masih belum menerima kalau kamu mendapat istri yang tidak layak seperti dia!"Walaupun Sarah mengungkapkan apa yang mengganjal di hatinya, tetapi Ardhan berpikir bahwa ini

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 43 Eksekusi Rencana

    Mobil menepi, dua pasang kaki turun dari mobil. Sambutan sejuknya angin mengusir gerah kala panas mentari mengundang keringat."Ma, mana Kakeknya?" tanya Ardhan sembari mengedarkan pandangannya di taman itu."Kita ngadem dulu yuk di sana!" ajak Sarah sembari mendorong perlahan tubuh bagian belakang Ardhan.Pada saat itulah, Sarah mengambil ponselnya dari dalam tas dan kemudian memberitahu Valencia -- wanita yang kali ini telah ia pilih untuk dijodohkan dengan Ardhan untuk datang ke sana."Mama tidak bohong sama saya, 'kan?" tanya Ardhan dengan penuh curiga."Ya ampun, Nak. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama yang tidak-tidak."Mereka pun duduk di sebuah kursi berwarna putih di samping sebuah pohon rindang yang sedang berbunga.Ting! ["Aku sudah ada di taman, Tan. Tante sekarang ada di mana?"] Sebuah balasan pesan yang membuat Sarah begitu antusias untuk mempertemukan keduanya. Kali ini, sengaja Sarah tidak terang-terangan karena memang Ardhan selalu menolak. Dan ia berpikir bahwa kali

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 44 Menjaga Dari Wanita Lain

    ["Kamu kamu memang sudah tidak mau menjalankan rencana ini. Terserah! Biar Papa saja yang melakukannya!"] sentak Rivanto dibalik telepon.["Bukan begitu, Pa. Tapi ...."]Nara kembali dibuat bingung karena tidak tahu bagaimana ia menjelaskan hal itu kepada Rivanto. Ayahnya sungguh keras kepala, ia terllau berambisi dengan misi yang membutakan akal sehatnya.Tuutt.Baru saja Nara memikirkan sesuatu untuk ia katakan agar Ayahnya tidak salah paham, tetapi Rivanto memutus teleponnya secara sebelah pihak.Sementara itu, dari arah luar, Rico memasuki ruangan Ardhan. Ia berniat untuk mengembalikan ponsel milik atasannya tersebut. Tetapi, sesampainya di sana hanya ada Nara sendirian sembari memandang ke arah luar. Merenung memikirkan sesuatu."Permisi, Nyonya muda. Apa Anda tahu di mana Tuan sekarang berada?" tanya Rico di belakang Nara dengan kepala agak menunduk sopan.Nara pun membalikkan badannya perlahan, ia melihat ke arah pintu. "Ssstt. Selama di kantor, kamu jangan panggil saya 'Nyonya

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 45 Informasi Baru

    Rico yang sudah sampai di restoran pun langsung mencari keberadaan Lala -- temannya. Ia mencari ke dapur restoran karena dirinya sangat memerlukan informasi itu."Lala!" serunya.Sampai akhirnya Lala mendengar suara yang dikenalnya. Ia pun langsung menghampiri suara tersebut."Padahal kalau mau sesuatu kamu bisa menghubungiku saja. Kenapa malah harus capek-capek datang ke sini?"Ketika itu, Reyhan sudah tidak ada di restoran. Ia sudah beberapa jam pergi karena tujuannya tak ada di sana. Melihat Nara pergi, itu membuat Reyhan merasa bahwa dirinya harus mengatur rencana lagi. "Aku perlu waktumu sebentar. Bisa?"Lala mengangguk. Mereka berjalan ke tempat yang agak tersembunyi dari keramaian, lalu setelah itu menepi."Katakan padaku sekarang. Informasi apa yang kamu dapatkan selama aku tidak ada di sini?" Rico terlihat begitu antusias saat menginterogasi temannya. Matanya terlihat seolah tidak ingin tertinggal informasi apapun."Tidak banyak, sih, cuma ....""Cuma apa?""Kamu tambahin la

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 46 Bermanja Pada Istri

    "Tuan!" seru Rico sembari mengejar Ardhan yang hendak memasuki kantornya. Saat itu, Rico memang sengaja menunggu di depan kantor karena ingin mengembalikan ponsel Ardhan tanpa harus dicurigai oleh Nara.Ardhan menoleh. "Ada apa?" Ia menghentikan langkah kakinya sejenak.Rico pun langsung menyodorkan ponsel milik majikannya tersebut. "Ini saya mau mengembalikan ponsel Anda, sekaligus ingin memberikan informasi mengenai Reyhan."Ardhan melihat ke sana kemari. "Nanti saja. Sekarang kamu ikut saya!" ujarnya, lalu melanjutkan langkah kakinya kembali.Mereka berjalan menuju lift executive, yang mana memang hanya orang tertentu saja yang bisa menaikinya. "Katakan informasi apa yang kamu dapatkan hari ini?" tanya Ardhan dengan tubuh tegak dan wajah serius.Rico yang berdiri setengah langkah di belakang Ardhan pun kemudian menjelaskannya secara perlahan."Setelah saya simpulkan, sepertinya Pak Reyhan ini memang ingin menghabiskan waktu dengan Bu Nara."Ardhan yang mendengarnya langsung menoleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 47 Hampir Ketahuan

    Ardhan pun menoleh ke arah Rico yang selalu mendampingi dirinya itu. Tangannya seolah memberi isyarat untuk pergi dari sana."Kamu jaga di luar!""Baik, Tuan." Rico menunduk paham, ia pun melangkah keluar dari dalam ruangan. Ia berdiri di depan ruangan Ardhan untuk berjaga-jaga.Ardhan yang melihat bahwa situasi sudah aman, ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan perhatian lebih dari Nara."Karena kamu ninggalin saya makan siang, jadi kamu harus terima resikonya."Jantung Nara berdetak tidak karuan, gemuruh hebat dengan pertanyaan dalam benaknya membuatnya tidak tenang. "Semoga saja resikonya tidak menyusahkanku lagi," batin Nara dengan mulut komat-kamit.Ardhan menoleh. Ia melihat Nara yang tampak terdiam dengan mulut komat-kamit tidak jelas."Cepat kamu suapi saya!" ujar Ardhan dengan nada cuek.Wajahnya bahkan tidak memperlihatkan keramahan sama sekali. "Pak Ardhan, kita sedang di kantor. Jangan begini, saya mohon.""Kamu sudah tahu 'kan kalau sekarang aman. Jadi, itu

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 48 Panggilan Penting

    Wajah Rico sudah pasrah karena saat itu ia mengira bahwa dirinya pasti akan mendapat omel dari Ardhan akibat kelalaiannya tersebut.Rico memasuki ruangan itu dengan tubuh lemas. Tetapi, meskipun begitu ia tetap menunjukkan kalau dirinya siap menerima perintah apapun."Iya, Pak Ardhan.""Kemari kamu!" Ardhan meminta Rico untuk mendekat kepadanya.Rico pun berjalan mendekat."Duduk!" Rico duduk, kedua tangannya di paha dengan kepala agak menunduk. Menunjukkan jika dirinya telah melakukan kesalahan yang tadi."Maafkan saya, Tuan. Tadi wanita itu berusaha memaksa untuk masuk.""Kamu ini. Saya 'kan sudah bilang supaya jaga pintu jangan sampai ada yang masuk! Begitu saja sampai kebobolan!"Rico yang sadar akan kesalahannya pun menunduk menyesal. "Saya benar-benar minta maaf, saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.""Pak Ardhan, makanannya masih ada. Mau dilanjut atau sudah selesai?" tanya Nara."Saya sudah kenyang."Nara pun kemudian duduk kembali di kursi, ia merapik

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 162 Pengungkapan Rasa (TAMAT)

    "Papa mau ketemu dengan istriku. Apa dia ada di sini?" tanya Rivanto."Ada, Pa. Tunggu sebentar biar saya panggilkan dulu!" sahut Ardhan sembari bangkit dari duduknya.Ardhan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia membuka pintu itu perlahan. Rupanya, di depan pintu sana sudah ada Nara yang tampak khawatir sekaligus penasaran dengan pembicaraan antara Ardhan dengan Rivanto -- Ayahnya."Bagaimana kondisinya sekarang, Nak?" tanya Verra dengan antusias."Dia bicarakan soal apa sama kamu, Mas?" tanya Nara dengan serius.Ardhan pun perlahan menjawabnya satu persatu."Ma, katanya Papa mau ketemu."Tanpa mendengarkan kalimat lanjutan dari Ardhan, Verra pun bergegas masuk untuk melihatnya.Nara menarik tangan Ardhan dan mengajaknya untuk bicara sambil duduk di kursi tunggu itu."Mas, ceritakan sama saya, apa yang Papa katakan sama kamu. Dia tidak mengatakan hal yang aneh-aneh, 'kan?"Ardhan tersenyum senang. Ia menatap lekat-lekat sepasang mata Nara."Papamu sepertinya sudah sanga

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 161 Indahnya Perdamaian

    Kakek Roland yang yang menyaksikan Verra terduduk lemas di lantai pun bergegas menghampiri."Ada apa? Kenapa?" tanyanya dengan santai. Verra merasa kesal. Dalam hati ia menggerutu sembari menatap wajah Kakek Roland yang penuh ambisi itu.'Kalau bukan karenamu, dia pasti tidak akan mengalami ini? Kenapa dia memiliki Ayah seperti dirimu?' Hidungnya berkerut dengan tangan mengepal di lantai.Air mata itu disekanya dengan tangan. Ia memegang ujung meja dan berusaja bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha bangkit untuk pergi menemuinya suaminya yang terbaring di rumah sakit."Kenapa malah diam saja? Beritahu aku kenapa? Ada apa ini?"Verra menoleh. "Suamiku mengalami kecelakaan!" jawabnya ketus.Alih-alih peduli dengan Rivanto, Kakek Heraldo yang mengetahui musibah ini malah menyalahkan Ardhan atas apa yang terjadi."Ini semua karena pria itu! Kalau saja tidak membawa Nara pergi, pasti suamimu tidak akan menyusul mereka sampai mengalami kecelakaan

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 160 Cinta Suami Yang Tulus

    Setelah suara kecelakaan itu terdengar sangat nyaring, orang-orang yang berseliweran di sana pun langsung terhenti dan menghampiri korban kecelakaan. Terutama mereka berkerumun hingga membentuk lingkaran sembari melihat kondisi Rivanto yang jauh lebih parah dibanding yang mengemudikan mobil.Darah bercucuran dengan banyak robekan pada kulitnya yang membuat orang-orang bersimpati. Tetapi, untungnya dengan gesit ada salah seorang di antara mereka yang langsung menghubungi ambulance."Mas, ayo kita lihat!" ajak Nara dengan antusias.Tanpa menyahut, Ardhan keluar dari mobil itu untuk mengikuti keinginan Nara. Dirinya akan mengusahakan apapun yang Nara inginkan, asalkan itu masih dalam batas wajar.Nara dengan cepat langsung berjalan memasuki kerumunan untuk melihat korbannya. Begitu melihatnya dengan jelas di depan mata. Sontak, tubuh Nara lemas dengan air mata mengalir deras melihat Ayahnya yang dalam keadaan tak berdaya.Ardhan yang mendengar suara tangisan Nara itu segera menghampiri

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 159 Entah Karma atau Apa?

    Tanpa mempedulikan apapun lagi, Nara berlari keluar dari rumah itu. Di susul oleh Ardhan yang melihat istrinya tengah dilanda kekecewaan yang mendalam.Rivanto yang tidak mau Nara benar-benar pergi sampai tidak bisa lagi ia temui pun membuatnya bergegas menyusul. Nara sudah memasuki mobil, begitu juga dengan Ardhan yang terus mengikuti istrinya, karena dirinya tidak mau jika sampai terjadi sesuatu kepada Nara tanpa sepengetahuan dari dirinya."Mas, tolong cepat jalankan mobilnya! Saya tidak mau kalau mereka mengejar saya dan tidak membiarkan saya menemui Mas lagi!" pinta Nara dengan gelisah.Rasa yang semakin tidak karuan membuat Nara seakan ingin menyalakan mobil itu sendiri. Tetapi, sayangnya yang saat itu menyetir adalah Ardhan.Begitu selesai menyalakan mesin mobil, Ardhan langsung tancap gas pergi. Bukan maksud Ardhan membuat Nara durhaka kepada orang tuanya, hanya saja ia juga tidak rela jika melihat Nara tersiksa. Terlebih lagi keadaan istrinya sedang hamil muda."Saya tahu ka

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 158 Bersama Melawan Badai

    Rico yang ada di luar rumah itu hanya menyimak. Dirinya sama sekali tidak berani ikut campur atas masalah keluarga majikannya."Pokoknya aku tidak setuju! Aku cuma mau Nara menikah dengan pilihanku!" Kakek Heraldo tetap menentang pilihan Nara. "Kamu tahu 'kan Kendra itu seperti apa orangnya? Dia itu anak yang baik dan lebih terpandang! Berasal dari lulusan ternama di luar negeri! Lalu, suamimu apa kelebihannya? Dia belum tentu sehebat Kendra!" sanjung Kakek Roland untuk Kendra di depan Nara, Rivanto dan Verra.Verra yang merasa hanya seorang wanita tidak berani membantah ataupun angkat bicara. Ia hanya terdiam ketika Ayah mertuanya cukup membuatnya geram."Kek! Kenapa Kakek ikut campur dengan urusan pernikahan aku? Tidak bisalah membiarkan aku bahagia dengan pilihanku? Aku mencintai Mas Ardhan, aku juga tidak mau kehilangan dia! Apapun keputusan Kakek, Kakek tidak bisa semena-mena mengatur hidupku! Aku ini juga manusia, bukan piala bergilir yang dapat dengan bebas diperebutkan oleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 157 Manusia Pengacau

    Nara memegang perutnya, lalu ia mengelus-elusnya secara perlahan. Rivanto terdiam, ia terus memperhatikan anaknya yang bertingkah aneh baginya."Kamu .... Jangan hilang kamu ....?" Rivanto mulai menduganya. Tetapi, ia belum berani untuk mengatakan hal tersebut."Benar, Pa. Papa tidak salah lagi kalau mengira aku lagi hamil. Sekarang ini aku memang lagi mengandung janin dari Mas Ardhan. Setelah tahu ini, aku harap Papa tidak lagi memikirkan dendam lama Papa. Aku hanya ingin keluarga kita tenang dan damai!" tutur Nara dengan lirih. Nada bicaranya sudah terdengar pasrah. Nara hanya mengusahakan, agar dirinya menjadi tenang. "Tidak Nara! Papa 'kan sudah memperingatkanmu supaya jangan sampai hamil anaknya!"Verra yang tak sengaja mendengar kabar kehamilan Nara itu langsung mendekat dan duduk di samping Nara. "Benarkah, Nak?" Berbeda dengan Rivanto yang kecewa karena Nara mengandung anak Ardhan, Verra malah tampak senang karena dirinya akan memiliki cucu. Sudah sekian lama ia menantikan k

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 156 Usaha Untuk Pembebasan

    "Bagaimana kalau saya pergi ke rumahmu sekarang untuk membuktikan?" tanya Budiman. Ia tidak sabar untuk membuktikan apa yang sempat Ardhan katakan kepadanya."Baik. Kita pergi sekarang!" Budiman dan Ardhan pun berjalan beriringan menuju lift. Mereka keluar dari lift ketika sudah sampai di lantai paling bawah dan lanjut menuju tempat parkir.Sementara Ardhan dan Budiman perjalanan menuju ke rumah, Nara yang sudah sekitar tiga menit yang lalu pergi. Ia berusaha fokus dan terkadang agak menaikkan kemudi mobilnya, karena ia bepergian tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Ardhan.Ardhan tidak tahu jika Nara sedang pergi. Ia hanya berpikir bahwa Nara beristirahat di rumah.Di jalanan, mobil Ardhan dan Budiman kadang berdampingan karena jalanan sedang tidak begitu ramai. Tetapi, kadang juga Ardhan menyusul dan Budiman hanya mengikuti di belakang mobil Ardhan.10 menit lengang.Ardhan sampai di rumahnya. Mereka menepikan mobilnya masing-masing di halaman rumah itu. Perlahan, Ardhan menu

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 155 Memberitahu

    "Saya serahkan sisanya kepada Anda, Pak! Kalau begitu saya permisi!" ungkap Ardhan. Ia pun melangkah keluar dari sana menuju mobil. Kini, waktunya ia pergi ke kantor karena proyek yang sebelumnya belum selesai.Namun, Nara yang dalam keadaan hamil dan tidak pergi ke kantor pun membuatnya hanya sendirian saja.Setibanya di kantor ....Di kantor itu, sudah ada Budiman -- kliennya yang selalu menginginkan kehadiran Nara di kantor itu."Selamat siang, Pak. Tadi ada klien kita yang ingin bertemu!" ungkap salah seorang karyawan kantor yang mendapat titipan pesan lisan dari Budiman."Baiklah." Ardhan melihat ke sekitar. "Tapi sekarang dia ada di mana?" tanya Ardhan. "Ada di ruang rapat.""Baik, terima kasih."Ardhan pun melanjutkan langkah kakinya untuk menaiki lift yang sebelumnya hendak ia naiki, namun sempat sedikit terganggu oleh karyawan itu.Selama di dalam lift, Ardhan hanya terdiam dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.Ting! Pintu lift terbuka.Ardhan keluar dari san

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 154 Demi Sebuah Keadilan

    Hari berganti, Ardhan kembali melanjutkan rencananya. Kini, ia pergi kembali ke kantor polisi untuk menyerahkan rekaman untuk memperkuat bukti yang ada. Dirinya tidak mau membuang-buang waktu dan menunggu lebih lama lagi. Ia mengemudikan mobilnya lebih cepat, hingga tak lama kemudian sampai di tempat tujuannya.Tak lama dari itu, telepon dari Rico masuk. Ia pun lekas menjawabnya.[Tuan, orangnya sudah berhasil ditemukan!]Atas kecerdikan ajudan pribadinya, Rico dapat membawa pria itu ke hadapan Ardhan. Pria itu tidak menyadari jika dirinya sedang dicari, sehingga tidak menyembunyikan dirinya.[Bawa dia ke kantor polisi!]Ardhan memerintahkan itu sewaktu dirinya berada di kantor polisi sendirian. Ia duduk sebentar dan hatinya seolah mengatakan untuk tidak pergi terlebih dahulu.[Baik, Tuan!]Tuuutt. Panggilan berakhir.Ardhan kembali melanjutkan pembicaraannya dengan salah seorang polisi. "Pak, saya sudah memiliki bukti yang lebih kuat dari kemarin. Sekarang Anda tidak boleh berlama-

DMCA.com Protection Status