Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 61 - Bab 70

162 Bab

Bab 61 Kembali Pulang

"Kenapa aku tidak mendengar kabar apapun?" batin Rivanto. Ia panik sekaligus khawatir terjadi sesuatu dengan orang suruhannya.Nara yang melihat Rivanto bengong pun langsung membangunkan ia dari lamunannya. "Pa, Papa mikirin apa?" tanya Nara.Tetapi, Rivanto masih saja bengong. Sampaj Nara menepuk halus pundaknya. Rivanto terhenyak kaget dan langsung berkata. "Iya, kenapa, Nak?" "Papa mikirin apa?" tanya Nara serius.Rivanto menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Papa serius tidak apa-apa.""Karena sudah selesai makan malam. Saya pribadi juga mohon maaf karena tidak bisa berlama-lama. Sekarang kami permisi pulang!" ucap Ardhan berpamitan.Begitu juga dengan Nara yang ikut berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Pa, kami pamit pulang dulu." Nara bersalaman kepada Rivanto. Tetapi, matanya mencari keberadaan Verra yang tak ada di sana. "Mama mana, ya, Pa?" tanya Nara.Tak lama dari itu, Verra datang ketika dirinya mendengar samar Nara mencari keberadaannya."Mama di sini, Nak. Loh,
Baca selengkapnya

Bab 62 Munculnya Rasa Curiga

Tidak mau terus diikuti. Nara pun langsung mengatakan hal tegas. "Kamu tidak perlu mengikuti saya! Sekarang kamu kembali ke tempat semula!" perintahnya.Tetapi, bodyguard itu tidak tunduk dengan perintah Nara. Ia hanya menuruti apa yang telah diperintahkan oleh Rico, yang merupakan ajudan pribadi Ardhan."Tidak bisa, Nyonya muda. Saya akan mengikuti Anda sampai Anda masuk ke dalam rumah."Ketika itu Ardhan pun tidak langsung pergi. Dari luar gerbang rumah, ia terus memantau Nara dari jarak jauh."Sudah kuduga, dia pasti menolak diperlakukan begitu."Ardhan paham dengan sikap Nara. Ia sudah mengenal Nara yang cukup keras kepala. Jika dibandingkan dengan dirinya, ia jauh lebih keras kepala. Tetapi, ia tidak mempermasalahkan keras kepalanya Nara. Sebab, ia pun merasa bahwa dirinya memang keras kepala melebihi istrinya sendiri.Nara menoleh ke arah belakang. "Apa jangan-jangan di sana Mas Ardhan belum pergi?" gumam Nara sembari menoleh ke arah belakang karena perasaannya mengatakan demiki
Baca selengkapnya

Bab 63 Balasan Atas Kejahatan

BRAAKK! Pintu terbuka dengan kerasnya.Suara langkah kaki yang tidak lagi ramah memasuki ruangan. "Buka semua penyamarannya!" perintah Ardhan kepada bodyguardnya. Rico yang mendapat tugas jaga pun berdiri di sana dan siap menerima perintah apapun dari majikannya tersebut. Tetapi, karena kedua bodyguard itu lebih dahulu melakukan tugasnya, sehingga Rico hanya menunggu untuk mendapat tugas selanjutnya."Tuan, apa yang perlu dilakukan lagi?" tanya Rico.Setelah kedua bodyguard membuka masker, rambut palsu dan dan topinya. Ardhan langsung berjalan ke arah pria itu dan mengitarinya. Yang mana ternyata pelakunya adalah Reyhan, sepupunya sendiri."Saya tidak tahu tujuan yang sebenarnya kamu apa. Entah menginginkan uang itu atau dengan Nara sekaligus. Tapi, sekarang kamu tidak bisa menutupi topengmu lagi. Kebohongannya selama ini sudah terungkap, kebusukan dibalik senyum palsu itu sudah terlihat!"Ardhan membungkukkan tubuhnya, ia menatap tajam wajah Reyhan dengan amarah yang menggunung. "
Baca selengkapnya

Bab 64 Posesif dan Penurut

"Kamu tidak boleh bersama dengan pria lain, kecuali kalau di sana ada saya."Sembari menyimak, Nara juga membayangkan isi dari perjanjian pernikahan mereka sebelumnya."Lalu?""Itu artinya kamu tidak boleh bersama siapapun.""Tapi waktu itu Mas tidak melarang saya untuk bersama dengan sepupumu? Bukankah dia sama juga seorang pria?"Nara masih penasaran dengan segala yang terjadi. Tetapi, Ardhan pun tidak merasa lelah untuk menjelaskan. Baginya, semuanya memang harus jelas dan dapat dipahami oleh Nara."Itu karena ada sesuatu yang perlu saya ketahui. Dan kini kecurigaan itu telah terbukti. Besok saya akan mengajak kamu ke suatu tempat!" jelasnya.Nara terdiam, ia masih tidak paham dengan ucapan suaminya itu. "Kecurigaan yang seperti apa?"Ardhan melihat ke arah leher Nara yang terluka. Tetapi, saat itu Nara malah berpikir jorok. Ia berpikir jika Ardhan akan mencium lehernya. Seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. "Kamu mau apa, Mas?" Ardhan mendekatkan wajahnya, tetapi matanya te
Baca selengkapnya

Bab 65 Menyembunyikan Luka

"Bi Minah, kemarilah!" pinta Ardhan.Suminah melangkah memasuki kamar itu untuk menghadap Ardhan."Iya, Tuan. Ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?""Tolong kamu antarkan Dokter Fiko ke kamar tamu. Biarkan dia istirahat di sana!""Baik~!" sahutnya dengan tubuh agak membungkuk sopan.Suminah pun langsung mengarahkan jalannya kepada Dokter Fiko. "Mari Dokter, biar saya tunjukkan kamarnya!" kata Suminah.Sebelum pergi, Dokter Fiko pun mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Ardhan. "Pak Ardhan, terima kasih karena sudah mengizinkan saya tidur di rumah ini malam ini."Ardhan mengangguk. "Selamat beristirahat, Dok.""Mari~!"Dokter Fiko pun keluar dari kamar Nara, lalu mengikuti ke mana Suminah malam itu pergi. Ia yang tidak tahu letaknya ada di mana hanya bisa mengikuti arahan dari asisten rumah tangga itu.Ketika tinggal hanya mereka berdua, Ardhan kembali mengambil kesempatan itu untuk berbicara dengan Nara yang kini hanya terdiam. Masih merasakan perih pada leher dan pergelangan tanga
Baca selengkapnya

Bab 66 Suapan Romantis

Malam telah berganti. Cahaya terang mulai terbit di ufuk timur. Seperti biasa, bangun dari tidurnya Nara langsung bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Tak lupa, ia juga menyiapkan pakaian dan bekal untuk suaminya. Tetapi, karena tangannya masih terasa sakit, sehingga Nara sering berhenti sejenak dan mendiamkan tangannya yang terasa sakit."Aku harus bisa. Aku tidak boleh lemah hanya karena luka kecil seperti ini.""Sudah kuduga dia bangun lebih lagi lagi. Dia memang tidak pernah mengkhawatirkan kesehatannya sendiri," gumam Ardhan. Ia beranjak duduknya mencari ponsel sebentar dan keluar dari kamar itu.Ia menyusul Nara yang kini berada di dapur."Ardhan, kamu belum siap-siap pergi ke kantor?" tanya Kakek Heraldo yang mendongak ke arah tangga -- tepat saat Ardhan menuruninya.Sebelum menjawab, Ardhan menyelesaikan anak tangga yang tersisa. Setelah itu, barulah ia menjawabnya. "Hari ini aku akan pergi ke kantor, tapi tidak akan lama. Karena masih ada urusan yang perlu diselesaikan," ja
Baca selengkapnya

Bab 67 Demi Kebaikan Istri

Ardhan mengambil satu suap dan mencoba mencicipi masakan Nara. Dan benar saja, ia dibuat terus ingin menyantap nasi goreng itu."Bagaimana, Mas?" tanya Nara sembari melihat ke arah Ardhan yang fokus mengunyah, menikmati makanan yang ada di hadapannya tersebut."Enak. Sini saya suapi kamu!" sahut Ardhan sembari mengambil sesendok nasi goreng dan mengarahkannya pada mulut Nara.Nara pun menerimanya. Bagi Nara, tidak ada yang paling spesial. Rasanya masih sama, sebab ia sering membuatnya ketika sebelum menikah dengan Ardhan.Hanya sekarang-sekarang saja ia kembali menggunakan skill memasaknya lagi."Oh iya, Kakek penasaran ... Mama kamu kenapa tidak pulang ke sini? Ke mana perginya dia?" tanya Kakek Heraldo, penasaran.Akhir-akhir ini memang tidak terlihat di rumah itu karena memang Ardhan telah memindahkannya ke sebuah hotel miliknya. Sarah tinggal di penthouse milik Ardhan dengan fasilitas yang cukup memadai."Aku sudah memindahkannya, Kek.""Di mana? Kakek tidak mau kalau dia sampai m
Baca selengkapnya

Bab 68 Wanita Haus Uang

"Ikut saja dulu!" Ardhan menarik pergelangan tangan Nara keluar dari kamar itu. Mereka menuruni tangga dengan cukup cepat. Tetapi, karena terburu-buru, Ardhan sampai lupa kalau tangan Nara sedang terluka."Mas, tolong jangan tarik tangan saya!" pinta Nara sembari meringis kesakitan.Ardhan pun melepaskan pergelangan tangan istrinya itu. Ia memilih berjalan cepat tanpa menyentuh istrinya."Kalau begitu, ayo kita harus segera ke sana!" Ardhan sudah tidak sabar dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebab, ia memang telah merencanakan sesuatu. Ia pun ingin melihat bagaimana Reyhan sekarang. "Mas, kamu tidak khawatir dia bakal kabur?""Dia sudah dijaga. Jadi, sangat tidak mungkin kalau kabur." Ardhan meyakini hal itu. Ia meyakini anak buahnya yang pasti akan melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin tanpa mengecewakan dirinya."Mas, setelah ke tempat itu, kita akan pergi ke kantor atau bagaimana?" Kala itu, penampilan Ardhan masih tampak sangat biasa. Bahkan, ia belum mandi karen
Baca selengkapnya

Bab 69 Terungkapnya Kebenaran Yang Disembunyikan

"Sebenarnya Mas Ardhan ini mau membawa aku ke mana? Kenapa membawaku ke tempat semacam ini? Apa dia menyekap penculiknya di sini?" duga Nara dalam batinnya dengan mata terus melihat ke sekeliling bangunan yang tampak sudah tua itu.Ardhan menoleh ke arah Nara. "Ayo, Ra, kita masuk ke dalam!" ajaknya. Ia hendak memegang pergelangan tangan Nara yang satunya lagi.Nara pun mengikuti langkah kaki Ardhan. "Mas, kamu ajak saya ke sini buat apa?""Untuk memperlihatkan sesuatu sama kamu, Ra," jawabnya singkat.Perlahan, Ardhan membuka pintu itu. Ia memasuki bagian dari ruangan itu yang memang hanya ada satu ruangan saja di sana."Mas, memangnya ini gudang milik siapa? Kenapa tampaknya sudah sangat tua sekali?" tanya Nara. Pandangannya masih mengarah pada seisi ruangan yang mana cat dinding dari gudang itu memang tampak menggelembung dan di antaranya ada juga yang sudah mengelupas."Fokus pada langkah kakimu. Hati-hati nanti tersandung!" Ardhan memberi peringatan itu ketika melihat Nara yang h
Baca selengkapnya

Bab 70 Hasutan Mantan Licik

"Sekarang, saya mau tanya perasaanmu padanya? Apa selama ini kamu masih mencintainya?" tanya Ardhan.Nara langsung berpikir untuk segera menyelesaikan semuanya sebelum menjadi lebih rumit. Ia mendekat ke arah Ardhan dan langsung memegang tangan suaminya itu. Pandangannya mengarah pada Ardhan dengan serius."Mas, saya tidak mau masalah ini semakin rumit. Jadi, saya mau menjelaskan semuanya berdua sama kamu!" pinta Nara.Walaupun dirinya memang ingin menjelaskan, tetapi ia merasa akan menjadi sebuah kesalahan jika menjelaskan di tempat itu yang mana memang ada Reyhan. Ia khawatir mantan kekasihnya itu mengacaukan segalanya."Nara! Kamu lupa dengan aku? Kenapa setelah kita menjalin asmara waktu itu, sekarang kamu seolah tidak mengenal aku?" ungkap Reyhan dengan nada memelas. Ia menunjukkan sikap pura-pura di hadapan Ardhan.Lalu, Reyhan beralih pandangan ke arah Ardhan. "Kak, tolong jangan dengarkan Nara! Aku yakin dia pasti akan berbohong sama kamu, Kak!" tambahnya. Berusaha membuat si
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status