Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 71 - Bab 80

162 Bab

Bab 71 Terhalang Gengsi

"Saya minta maaf. Saya cuma ...." Nara tak kuasa menjelaskannya. Terlebih ketika reaksi Ardhan yang seolah tidak peduli alasannya tersebut. " .... Saya cuma berharap Mas dapat memahami situasi saya saat ini," tambahnya, lalu menelan ludah.Ardhan menoleh ke arah Nara dengan dingin. "Apakah harus selalu saya yang memahami kamu? Lalu, bagaimana dengan saya? Siapa yang bisa memahami keadaan saya ini?" balas Ardhan.Ia sedikit kecewa dengan Nara yang tidak jujur sejak awal. Walaupun sebenarnya ini tidak ada dalam kontrak. Tetapi, entah mengapa Ardhan merasa tidak nyaman begitu mengetahui kebenaran itu. "Seperti pada saat malam pengantin, sepertinya Reyhan datang ke kamar itu bukan karena ingin mencari saya? Kalian bertemu diam-diam, benar begitu, 'kan?" tuduh Ardhan."Mas, saya memang mantan Reyhan .... Tapi, saat di kamar itu, tidak ada hal yang spesial. Karena hubungan kami setelah putus pun saya sudah menganggap semuanya telah berakhir," tutur Nara menjelaskan."Sekarang saya mau ke
Baca selengkapnya

Bab 72 Ajakan Mendadak Menyimpan Keanehan

[Kamu betulan lupa atau cuma pura-pura lupa sama Mama dengan janji kamu pagi tadi?]Ardhan terdiam sejenak. Ia berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Menata ulang apa yang tersimpan di dalam isi kepalanya. Sampai pada akhirnya ia ingat dengan apa yang sempat ia katakan secara terburu-buru.[Oh ya, Maaf, Ma.]Selepas itu, Ardhan pun membuka salah satu aplikasi digital. Ia menggunakan aplikasi itu untuk mentransfer uang itu ke nomor rekening Sarah. [Sudah, Ma.]Sarah yang mendengar hal itu pun langsung mengecek aplikasi mobile dari salah satu perusahaan bank tersebut. Setelah betulan masuk, Sarah pun menjadi tersenyum ceria. Bibirnya tidak lagi kecut. [Iya, sudah Mama terima jumlahnya. Terima kasih banyak, Nak, walaupun jumlahnya masih agak kurang. Tapi tidak masalah.][Pakai dulu yang ada itu, Ma. Tapi cobalah untuk mengatur pengeluaran lebih baik lagi, Ma. Karena hidup tidak akan selalu sama.]Satu peringatan yang Ardhan tunjukkan khusus untuk Sarah lewat telepon itu. Nam
Baca selengkapnya

Bab 73 Mulai Menemukan Titik Terang

"Ra, kenapa malah bengong lagi? Kita karaokean saja, yuk, nanti!" ajaknya sekali lagi dengan antusias.Tetapi, Nara tetap merasa lemas tanpa gairah. Dirinya tidak bersemangat untuk melakukan hal itu."Gimana nanti saja, ya, Tin.""Ya sudah, deh. Sepertinya lagi gak mau diganggu," celetuk Tini, lalu melangkah pergi dari hadapan Nara.Saat ini bukan Nara tidak membutuhkan hiburan. Hanya saja ia lebih tertarik untuk menyelesaikan masalahnya. Walaupun begitu, ia belum memberikan keputusannya karena memang bisa saja sewaktu-waktu berubah. "Kalau aku pergi ke tempat karaoke, nanti Mas Ardhan marah," gumam Nara.Sementara itu, kini Ardhan tengah berada di salah satu butik yang ada di kota tersebut. Dirinya membeli baju karena memang sedang tidak ingin bolak-balik ke rumah. "Sepertinya pakaian ini cocok untukmu. Bagaimana, mau coba?" tanya pemilik butik tersebut.Ardhan melihatnya sejenak dan kemudian mengambilnya. Ia pergi ke tempat ganti baju untuk mengganti pakaiannya tersebut.Saat ten
Baca selengkapnya

Bab 74 Suatu Keanehan

Perjalanan kali ini begitu terasa melelahkan, Ardhan berjalan memasuki ruangannya dengan tubuh yang tampak kurang bersemangat. Ia bahkan tidak menyapa Nara kala melewatinya."Pak Ardhan!" seru Nara.Namun, Ardhan terus berjalan menuju kursi dan langsung terduduk di sana. Ia membuka laptopnya -- berusaha mengalihkan pikiran tidak karuannya dengan lebih terfokus pada pekerjaannya."Apa dia masih marah?" gumam Nara sembari melihat Ardhan yang tampak dingin.Sebelumnya, sikap Ardhan memang terlihat dingin, tetapi masih menyahut apa yang ia katakan. Walaupun tidak sepenuhnya mendapat respon.Nara yang dalam keadaan itu kembali dibuat bingung. Tetapi, karena dirinya harus bersikap profesional, sehingga membuatnya memberanikan diri untuk mendekat ke arah Ardhan.Tuk Tuk Tuk.Suara sepatu hak tinggi yang terdengar di telinga Ardhan membuatnya melirik. Tetapi, lirikan itu tidak lebih dari sepuluh detik.Lalu, Nara berdiri di samping Ardhan. "Pak Ardhan, saya mau memberi tahukan jadwal kita h
Baca selengkapnya

Bab 75 Hasutan Tak Terduga

[Tapi, kamu janji tidak akan marah sama Papa?]Nara semakin merasa aneh mendengarnya. [Kenapa harus marah, Pa, kalau Papa tidak melakukan sesuatu yang buruk?]Namun, Nara mikir-mikir lagi. Ia berpikir, mungkin saja Rivanto memang melakukan sesuatu niat jahat yang selama ini telah direncanakannya. Tetapi, rencana apa?"Tidak! Sebaiknya tidak aku katakan apa yang sebenarnya terjadi!" pikir Rivanto memutuskan. Yang awalnya hendak ia katakan apa yang sebenarnya telah terjadi, kini dirinya memilih untuk menyembunyikan hal itu dari Anaknya.Nara yang tengah berdiri sembari menunggu kepastian pun ia bersedia mendengar cerita yang memberinya harapan seolah akan diceritakan kepada Nara mengenai sebuah kebenaran. Namun, nyatanya ....[Jadi, Papa meminta tolong sama kamu. Papa sudah menemukan orang yang menculik kamu, sekarang Papa minta supaya kamu mau melepaskan orang yang terkena tuduhan itu!]Ucapan Rivanto terlalu berkelok, Nara harus berpikir keras untuk mencernanya. [Maksud Papa apa? T
Baca selengkapnya

Bab 76 Merasa Terkekang

Tuk Tuk TukBegitu suara langkah kaki terdengar mengarah padanya. Ardhan segera menyibukkan dirinya dengan laptop, bersikap seolah-olah tidak peduli dengan apa yang telah Nara lakukan."Siapa yang menelepon?" tanya Ardhan dengan nada dingin, tetapi pandangannya tetap pada laptop yang ada di hadapannya."Dia memang tidak berubah. Selalu ingin tahu soal apapun!" umpat Nara dalam benaknya.Ia menghentikan langkah kakinya dan berdiri dua langkah di samping Ardhan."Saya tanya sama kamu. Kenapa malah diam saja?!"Nara tersenyum tipis, ia mencoba sabar dengan pertanyaan itu. Berusaha memaklumi suaminya yang selalu ingin tahu apa saja mengenai dengan siapa saja ia berbicara."Tadi Papa saya menelepon. Biasa, ada sedikit kepentingan, Pak.""Mana mungkin selama itu," balas Ardhan dengan nada yang seakan tidak percaya dengan ucapan Nara.Tidak tahu lagi Nara harus bagaimana menjelaskan hal itu kepada suaminya. Tetapi ...."Mau percaya atau tidak, keputusan ada pada Anda. Yang penting saya sudah
Baca selengkapnya

Bab 77 Bertemu Klien Lama

"Kalau begitu, saya minta maaf karena selalu merepotkan Anda di waktu yang tidak terduga," ungkap Nara dengan tubuh agak membungkuk sopan.Ardhan yang melihat Nara semacam itu membuatnya sedikit merasa bersalah. Ia pun kemudian terdiam dan berpikir ...."Apakah perkataanku salah? Kenapa malah jadi begini? Apa dia tersinggung?" batin Ardhan.Nara segera melihat ke jam tangannya. Ia melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.20. Matanya langsung membelalak."Kenapa waktu berjalan begitu cepat?" gumam Nara."Ada apa?" tanya Ardhan begitu melihat reaksi Nara yang tampak syok."Kita harus segera menemui klien kita. Kali ini tidak boleh sampai terlambat!" ungkap Nara. Dirinya pun menyiapkan segalanya.Ardhan bangkit dari duduknya. Ia membereskan semua yang diperlukan untuk rapat nanti bersama kliennya."Bawa semua yang diperlukan. Dan ini ... Tolong bawa juga!" perintah Ardhan kepada Nara.Nara pun langsung mengambil semua yang diperlukan untuk rapat nanti.Tak lama dari itu, ponsel Nara
Baca selengkapnya

Bab 78 Rahasia Yang Bocor

"Mengenai kerjasama bisnis kita kali ini, saya mau melibatkan istri Anda untuk hal ini!" kata Budiman.Ardhan langsung syok mendengarnya. Raut wajahnya seolah mengatakan. Bagaimana dia bisa mengetahui kabar pernikahanku, sedangkan aku saja tidak mengundang banyak orang ke acara pesta itu?Namun, dengan tenangnya Budiman melanjutkan kalimatnya. "Saya memang mengetahui hal ini. Tapi, saya harap Anda tidak bertanya siapa yang memberitahukan hal ini kepada saya. Jika setuju, maka saya akan langsung menandatangani perjanjian kontrak ini sekarang juga."Ardhan menoleh ke arah Nara. Ia menjadi khawatir jika hal ini sampai tersebar lebih luas lagi. Hatinya merasa geram, karena menurutnya pasti ada orang dalam keluarganya yang membocorkan hal semacam ini."Reyhan!!!" batin Ardhan sembari mengepalkan salah satu tangannya. Nara sendiri tidak tahu bagaimana orang itu bisa mengetahui hal tersebut."Kenapa sampai ada yang tahu mengenai pernikahan kami?" Nara melirik ke arah Ardhan. Lalu, perlahan
Baca selengkapnya

Bab 79 Gertakkan Karena Terlalu Lancang

Secara perlahan, Nara menjelaskan dengan nada berbisik. Walaupun Ardhan agak memuakkan untuk dirinya, tetapi tetap saja ia berpikir bahwa ada sisi baik Ardhan yang masih teringat dan tidak mungkin hanya mengingat keburukannya saja."Pak Ardhan, tadi Anda tampak melamun. Sekarang klien kita sedang menunggu pembahasan kita selanjutnya."Di depan Nara, Ardhan tetap jaga image ketika sebelumnya ia merasa melakukan sesuatu yang memalukan dengan melamun."Kontraknya cepat berikan pada dia!" bisik Ardhan."Sudah, Pak. Klien kita sudah menandatanganinya. Sekarang dia sedang menunggu Anda," balas Nara berbisik berusaha menjelaskan perlahan akan hal itu.Ardhan yang merasa bahwa beberapa saat yang lalu dirinya telah mengabaikan Budiman pun langsung mengarahkan tubuhnya kembali pada klien tersebut."Oh ya, bagaimana kalau sekarang kita makan siang bersama di luar?" ajak Ardhan untuk mencairkan suasana kembali setelah beberapa saat membeku. Budiman mengubah posisi duduknya sebentar. Ia sedikit m
Baca selengkapnya

Bab 80 Dicemburui Suami Sekaligus Atasan

Ardhan kembali pada posisinya semula. Yang awalnya agak condong ke telinga Budiman, kini ia kembali tegap dengan mimik wajah yang biasa. Ardhan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.Sementara Budiman, ia hanya melongo saja menanggapi apa yang sempat dikatakan Ardhan sebelumnya."Apa ini? Kenapa aku harus menyerah? Lagi pula, tidak ada kepastian mengenai hubungan mereka. Mengapa aku harus mundur hanya karena omong kosong seperti itu?" batin Budiman.Peringatan Ardhan yang sebelumnya tidak berpengaruh apa-apa bagi Budiman. Dirinya malah semakin tertantang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya tersebut. "Baiklah, kalau melarangku untuk mendapatkannya. Maka, aku akan melakukan segala cara dengan caraku sendiri. Hah, wanita mana yang tidak tergoda dengan pria yang banyak uang!" batin Budiman.Ardhan menoleh ke arah Nara. Ia memberikan tatapannya yang tajam. Sepasang matanya seolah mengatakan 'Jangan menerima lelaki manapun! Mau harus ingat itu!' Nara yang melihat hal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status