Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 81 - Bab 90

162 Bab

Bab 81 Mendapat Titik Tengah

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sekitar 7 menitan dari sana. Nara, Ardhan dan Budiman pun kini telah telah sampai di tempat tujuan mereka sebelumnya.Namun, rupanya drama sebelumnya belum selesai. Kini, ia mereka kembali mempermasalahkan tempat duduk. "Kamu duduk dengan saya!" ujar Ardhan dengan nada dingin.Nara pun duduk di sebelah Ardhan. Sedangkan Budiman yang merasa terkalahkan, membuatnya tidak terima ketika melihat gebetannya mau direbut orang lain yang padahal istri dari rivalnya itu sendiri."Eh, kenapa di sana? Lebih nyaman dengan saya di sini," celetuk Budiman."Wah, ternyata dia belum paham dengan peringatan tadi!" batin Ardhan, geram. Tatapannya seakan semakin menghujam jantung Budiman.Namun, Budiman mengabaikannya. Ia berusaha untuk merebut wanita pujaan hatinya tersebut.Ardhan semakin merasa panas, hatinya ingin mengungkap hubungannya dengan Nara. Tetapi, ada sebuah alasan kuat yang membuatnya hanya bisa bersabar saja. Dirinya belum bisa mengungkapkan hal i
Baca selengkapnya

Bab 82 Sosok Tua Yang Mengejutkan

"Saya mau pesan makanan yang paling laris saja di sini!" ujar Ardhan tanpa menjelaskan dengan pasti apa yang diinginkannya. Dirinya hanya menyerahkan dan mempercayakan pesanannya itu kepada pramusaji tersebut.Budiman pun malah memberikan jawaban yang tak terduga. "Saya juga sama!" jelasnya.Ardhan terdiam. Tetapi, ia menduga jika sebenarnya Budiman tidak terlalu menginginkan makan bersama dengannya. Sebab, ada Nara yang menjadi incarannya kala itu."Baik, kalau begitu mohon tunggu sebentar, ya~!" ucap pramusaji itu, lalu melangkah pergi dari meja nomor 9.***Tok Tok Tok Suara ketukan pintu terus terdengar di telinga Verra. Bahkan, suara itu terdengar lebih sering, seakan tidak mau menyerah begitu saja ketika pintu masih tertutup dan tak kunjung dibuka.Kala itu, Verra tengah berada di ruang keluarga, menyaksikan acara televisi. Suara ketukan pintu yang tak kunjung berhenti, membuatnya langsung mengecilkan volume televisi tersebut."Siapa itu? Tidak mungkin kalau Nara datang ke sini
Baca selengkapnya

Bab 83 Dua Lelaki Yang Memilih

"Nara sudah menikah tiga minggu yang lalu. Sekarang dia tinggal bersama suaminya!" jelas Verra.Kakek Roland pulang bukan tanpa tujuan. Ia datang ke rumah mereka karena ingin bertemu dengan Nara."Kalau begitu, bisa tolong berikan alamat rumah suaminya?!" Rivanto menoleh ke arah Verra -- istrinya. "Ambilkan pulpen dan kertas!" pintanya.Lantas, Verra pun bangkit dari duduknya. Ia melangkah pergi sesegera mungkin untuk mengambil buku kecil beserta pulpen hitam."Papa, kalau saja aku tahu Papa masih hidup, aku sudah pasti akan menyusul ke tempat Papa. Tapi ketika itu ada kabar mengejutkan yang menyatakan kalau Papa sudah meninggal. Dan bodohnya waktu itu langsung percaya begitu saja dengan berita palsu itu!" tutur Rivanto.Tak lama dari itu, Verra kembali dengan membawa apa yang diminta oleh suaminya tersebut. Verra segera duduk di kursi yang bersebelahan dengan Rivanto sembari menyodorkan dua barang yang dipegang di tangan kanannya. "Ini."Tanpa berlama-lama, Rivanto pun menerimanya.
Baca selengkapnya

Bab 84 Sungguh Mencengangkan

[Halo, kenapa, Pa?] Nara langsung mempertanyakan hal itu begitu dirinya menjawab telepon dari Rivanto. Ia yang tidak punya waktu banyak, tidak mau jika hanya buang waktu untuk basa-basi saja.Sebab, ia pun tahu bagaimana Rivanto basa-basi. Ia sendiri pun takut jika ada orang yang mendengar obrolannya ini bahkan lebih parahnya jika sampai melaporkannya kepada Ardhan -- suaminya sendiri.[Kenapa kamu tanyakan hal itu? Sepertinya kamu tidak suka berbicara dengan Papamu sendiri!]Rivanto terdengar kesal dal telepon itu. Nadanya menjadi dingin dan berbeda. Ia tidak seceria seperti sebelumnya.[Bukan begitu, Pa. Tapi--....][Padahal Papa cuma mau mempertemukan kamu dengan Kakekmu!]"Seingatku, aku sudah tidak punya Kakek. Semuanya sudah tiada dan hanya ada orang tuaku saja," gumam Nara sembari terus mengingat. Ardhan yang ketika itu mendengar kata 'Pa' membuatnya semakin menyembunyikan dirinya."Papa? Kalau begitu, kenapa dia sampai bersembunyi begitu kalau cuma berbicara dengan Papa mer
Baca selengkapnya

Bab 85 Aku Tetap Memilihmu

[Cepat sekarang kamu ke sini!] ajaknya dengan tegas.Nara tidak bisa langsung memutuskan. Ia menoleh ke belakang. Ardhan yang tengah memantau pun langsung menyembunyikan kepalanya yang sempat keluar dari tempat persembunyiannya tersebut.[Iya, Pa. Tapi harus izin dulu.][Kamu kerja di perusahaan suami kamu sendiri, mana mungkin dilarang! Kalau sampai melarang, kamu bilang sama Papa, biar Papa omeli dia!][Eh, jangan begitu, Pa. Iya nanti aku bakal pergi ke sana. Sekarang aku sudahi dulu teleponnya. Nanti aku kabari lewat pesan teks saja.][Awas kamu, jangan sampai tidak ke sini!]Nara menghela nafas lembut. [Iya-iya. Ya sudah, sampai nanti, Pa. Tapi jangan terlalu menunggu juga.]Ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Entah akan mendapat izin atau malah larangan keras dari Ardhan. Sebab, ia sendiri pun tidak memahami betul jalan pikiran suaminya yang dengan mudahnya berubah pikiran dan sikap.Tuutt.Tanpa melakukan basa-basi apapun lagi, Nara pun langsung mematikan teleponnya begitu sel
Baca selengkapnya

Bab 86 Ketidakjelasan Yang Ada

"Tenang saja, Pa. Nara pasti akan datang ke sini. Hanya saja mungkin dia butuh waktu dan izin dari suaminya dahulu!" kata Rivanto kepada Kakek Roland dengan antusiasnya.Kakek Roland pun senang mendengarnya. "Kalau begitu, kita harus melakukan penyambutan untuk Nara! Aku sudah tidak sabar mau bertemu cucuku yang cantik!" sahutnya dengan wajah gembira. Verra yang baru saja menyelesaikan memasaknya pun kembali dari dapur. "Papa mertua, makanan sudah siap! Sekarang kita makan siang dulu!" ajaknya dengan sopan."Aku belum lapar. Nanti saja kalau Nara sudah datang ke sini!" sahut Kakek Roland.Namun, Verra khawatir jika Nara tidak datang dengan cepat ke sana. "Tapi, nanti makanannya keburu dingin. Kalau buat Nara, nanti aku bisa memasak lagi," ujar Verra mencoba memberi pengertian kepada Kakek Roland.Sementara itu, Nara kini sudah memasuki mobil dan duduk berdampingan di dalam sana. Ardhan tidak langsung menyalakan mesin mobilnya. Salah satu tangannya memegang setir mobil, sedangkan yan
Baca selengkapnya

Bab 87 Maafkan Aku Yang Menyembunyikan Sesuatu Darimu

"Saya cuma mau minta izin sama kamu supaya mengizinkan saya untuk pulang sebentar saja bertemu mereka."Ardhan terdiam. Dirinya menoleh ke arah Nara yang tampak gelisah.Nara sendiri memang bingung entah apa yang terjadi. Antara percaya atau tidak dengan kehadiran Kakeknya yang mana dahulu sudsh dinyatakan meninggal."Ada apa sebenarnya? Katakanlah!"Nara menggelengkan kepala, ia menoleh ke arah Ardhan sembari tersenyum. Tetapi, senyuman itu tampak terpaksa. Seperti ada beban yang dipikul dalam pikirannya."Jangan mencoba menyimpan semuanya sendirian! Kamu tahu sendiri 'kan kalau .... Meskipun pernikahan kita ini kontrak, tapi sadarilah kalau kita ini suami-istri dan sudah seharusnya kamu berbagi masalah dengan saja!" jelas Ardhan. Ia tidak mengerti dengan pola pikir Nara yang serba menyimpan semuanya sendiri tanpa mau menceritakan masalahnya."Mas, saya tahu kita memang masih keluarga. Tapi, untuk masalah yang satu ini .... Saya mohon, jangan ikut campur."Ardhan langsung menyalakan
Baca selengkapnya

Bab 88 Bujuk Rayu Dalam Situasi Kelabu

Kakek Roland memasuki mobil civic yang terparkir di depan rumah sana. Ia memarkirkannya sebentar dan langsung tancap gas pergi. "Aku tidak menyangka kalau Papa akan kembali," gumam Rivanto. "Tapi ini kabar baik, sepertinya dengan begini... aku bisa mendapatkan banyak pertolongan untuk menjalankan misiku."Kakek Roland menaruh alamat rumah dalam secarik kertas itu di depan. Ia berusaha mencari alamat tersebut dengan semangat."Aku harus menemukan rumahnya!" Walaupun sudah tua, tetapi Kakek Roland masih dapat melihat dengan jelas tanpa perlu menggunakan kacamata. Hingga, setelah mengelilingi jalanan di kota, ia berhasil menemukan alamat yang dicarinya tersebut. Ia menepikan mobil di depan sebuah rumah yang besar nan mewah itu. Ia membuka pintu mobil itu perlahan dan segera turun. Para bodyguard yang melihat Kakek tua ada di depan gerbang sana, memunculkan rasa curiga dalam benak mereka. "Siapa orang Itu?" tanya salah seorang bodyguard yang tengah berjaga dengan gagahnya.Lalu, body
Baca selengkapnya

Bab 89 Mudah Tertipu Bujuk Rayu

Nara belum menjawab, tetapi Tini dengan cepat menariknya keluar dari kantor untuk ikut bersamanya. "Apa tidak ada salahnya aku ke tempat karaoke sebentar?" batin Nara.Ia memilih hal itu, karena untuk pulang ke rumah pun rasanya tidak begitu nyaman. Dirinya yang sedang perang dingin dengan Ardhan, membuatnya ingin mencari hiburan sebentar."Kenapa malah melamun? Ayo, kita harus bersenang-senang! Lagi pula, jarang-jarang juga kita bisa pergi bareng ke tempat karaoke begitu!" kata Tini.Nara yang ada di sampingnya pun kemudian melanjutkan langkah kakinya. Mereka memasuki lift yang ada di sana."Tapi, kalau aku pergi begini, apa Mas Ardhan akan baik-baik saja? Aku khawatir dia malah semakin marah," batin Nara.Matanya tampak melamun. Ia hanya terdiam tanpa banyak bicara, meskipun saat itu Tini begitu tampak senang dan antusias untuk pergi dengan Nara."Apa yang kamu pikirkan, Nara?" tanya Tini dengan kepala miring ke arah Nara. Pintu lift terbuka, mereka pun segera keluar dari dalam sa
Baca selengkapnya

Bab 90 Antara Hati dan Pikiran

Tini menepikan mobil tepat di depan sebuah tempat karaoke. Di sana, Ardhan pun menepikan mobilnya. Sedangkan Ardhan, ia tertinggal di belakang dan kini tengah mencari mobil dengan flat mobil yang diikutinya. Karena terlalu jauh, dirinya sampai tertinggal. "Ke mana perginya mereka? Sekarang saya tertinggal!" Ardhan menggebrak setir mobilnya dengan kesal.Nara baru pertama kali datang ke tempat karaoke. Ia hanya duduk di mobil sembari memandangi bagian depan dari tempat karaoke tersebut."Ini tempatnya?" tanya Nara sembari menoleh.Tini mengangguk semangat. "Iya. Ayo!" ajaknya.Karyawan sekantor dengan Nara yang bernama Tini itu keluar dari sana dan langsung membukakan pintu mobil untuk Nara keluar."Ayo, cepat! Kita sudah ditunggu di sana!" ajaknya sekali lagi."Lho!" Nara keheranan. Ia pikir hanya mereka berdua yang datang ke sana. Rupanya, Tini sudah mengajak seseorang untuk karaoke bersama mereka.Yang awalnya Nara setuju, kini ia mulai diragukan seseorang yang tidak diketahuinya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status