Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 101 - Bab 110

162 Bab

Bab 101 Berusaha Semampuku Saja

Ardhan menepikan mobilnya di depan sebuah tempat berkuda. Ia memasuki tempat itu dan melihat-lihat beberapa kuda yang ada di sana. Dirinya memang memiliki salah satu kuda yang dirawat oleh seseorang yang ia tugaskan khusus untuk merawatnya.Suara langkah kaki terdengar dari arah belakang. Ia langsung menghadap Ardhan dengan hormat."Pak Ardhan, ke mana saja Anda selama ini baru datang? Hibo pasti merindukan Anda," ucapnya.Hibo ini adalah nama kuda kesayangan Ardhan. Kuda putih yang telah terlatih. Tetapi, semenjak menikah dengan Nara, banyak hal yang harus ia urus. Sehingga, dirinya menjadi jarang datang ke tempat itu.Masalah terus berdatangan ketika bersama Nara, sampai kini .... Ia sendiri yang mendapatkan masalah dengan Nara. Namun, ia tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Sebab, pikirannya seperti buntu dalam memecahkan masalah ini."Sekarang dia agak kurusan. Apa kau tidak beri dia makan?" seloroh Ardhan, mengalihkan pembicaraan ke arah lain karena dirinya tidak mau menja
Baca selengkapnya

Bab 102 Sesuatu Yang Menyakitkan

"Karena aku datang ke sini untuk bertemu Ardhan, jadi katakan saja di mana dia sekarang, jangan banyak basa-basi!"Nara menoleh ke arah bodyguard yang beberapa menit yang lalu memberitahukannya. "Ma, duduk saja dulu, biar saya buatkan minuman segar," ucap Nara dengan sopan."Tidak perlu! Kamu ini jangan sok baik di depanku! Dasar wanita murahan!!!"Nara tidak mengerti, kenapa Sarah sampai mengatainya dengan hal menjijikan semacam itu."Apa maksud Mama mengatakan hal itu? .... Mama boleh membenci saya, tapi tolong jangan berkata kotor semacam itu. Mama jangan menuduh saya dengan tuduhan yang tidak benar!!!"Sarah yang tidak percaya dengan ucapan Nara dan lebih mempercayai wanita pilihannya, itu membuatnya meremehkan."Dasar munafik! Ke laut saja kamu daripada terus menempel sama anakku, seperti benalu saja!" caci Sarah.Nara semakin sakit hati. Ia merasa semakin tidak dihargai. Tetapi, kemudian ia ingat akan kejadian semalam yang membuatnya langsung menghubungkan hal itu dengan yang ba
Baca selengkapnya

Bab 103 Bertemu Mantan Istri

Setelah mengirimkan pesan singkat dengan sebuah bukti foto yang menyeret Nara pada kasus yang menurutnya ini sangat menguntungkan baginya."Baguss .... Aku suka ini. Dengan begini, aku bisa dengan mudah membuat mereka berpisah! Aku yakin, Ardhan pasti akan sangat marah kepada wanita menjijikan itu!" gumam Sarah ketika berada di dalam mobil dengan mata yang seolah tengah membayangkan kejadian yang diharapkannya sejak lama.Karena Sarah sudah tidak tahan dengan kabar yang ingin ia beritahukan, sehingga dirinya memilih jalan instan dengan mengirimkan foto Nara yang tengah saat bersama dengan pria asing malam itu.Ardhan yang dalam keadaan kesal pun membuat emosinya semakin menyala. Bak lilin yang tersulut api. "Nara!!! Beraninya kamu bersama pria lain di belakang saya!" teriaknya dalam sebuah mobil.Ardhan menyalakan mesin mobil itu dan kemudian langsung tancap gas pergi. Di jalan raya, ia menggunakan kecepatan penuh kemudi mobilnya.Saat dalam keadaan hancur, ia bahkan tidak memikirkan
Baca selengkapnya

Bab 104 Kembalinya Masa Lalu

Lusi memalingkan wajahnya ke samping sembari sesekali melirik ke arah Ardhan. Di samping itu, terlihat dari matanya seolah tengah merencanakan sesuatu terhadap mantan suaminya."Ya sudah, sepertinya kamu memang tidak mau diganggu. Aku pergi saja. Jangan lupa jaga kesehatan, ya~!" ucap Lusi sebelum pergi menjauhi Ardhan.Ardhan terdiam sebentar, ia menoleh -- melihat Lusi yang melangkah pergi secara perlahan.Sembari melangkah, Lusi berharap jika Ardhan tiba-tiba memanggil dirinya."Apa perkataan saya terlalu jahat, kenapa saya jadi kejam begini kepadanya?" batin Ardhan sembari memikirkan ucapannya kepada Lusi. "Kalaupun berteman saja, mungkin tidak ada salahnya.""Tunggu sebentar!" seru Ardhan kepada Lusi.Sontak, Lusi pun langsung tersenyum senang. Tetapi, ia tidak menunjukkan di hadapan Ardhan. Dirinya masih memajang wajah sedih.Ia menoleh ke arah Ardhan. "Ada apa? Aku mau pergi, kamu malah manggil. Apa kamu mau mengataiku?" ujar Lusi.Kesal dengan Nara yang dekat dengan pria lain,
Baca selengkapnya

Bab 105 Kesenangan Di Atas Penderitaan Orang Lain

Waktu terus berjalan, cuaca di luar pun sudah tak lagi panas. Senja kuning kemerah-merahan sudah mulai pergi dan tergantikan dengan gelapnya malam."Kabar Kakek bagaimana?" tanya Lusi basa-basi kepada Ardhan.Kala itu, Ardhan sudah bersiap-siap untuk pulang."Kakek, baik," jawabnya singkat. Seolah tidak memberi sedikitpun harapan kepada Lusi untuk berbicara lebih banyak mengenai keluarganya.Lusi terdiam sejenak sembari memikirkan cara agar dirinya lebih dekat dengan Ardhan seperti awal mereka kenal dahulu. Meski sikap Ardhan kembali dingin, Lusi tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk merebut perhatian Ardhan kembali."Emm .... Sebenarnya aku kangen banget sama Kakek. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Kalau aku ikut ke rumahmu untuk menemuinya, boleh, 'kan?" tanya Lusi dengan kedua mata terus mengarah pada Ardhan.Ardhan menoleh ke arah Lusi. "Sebaiknya urungkan saja niatmu itu. Kalau mau menemuinya, temui saja sendiri!" jawabnya dengan ketus.Ketika itu, Ardhan sudah mer
Baca selengkapnya

Bab 106 Istri Yang Setia dan Tulus

Nara yang terus menunggu suaminya di ruang tamu pun kemudian langsung bergegas membuka pintu begitu terdengar suara langkah kaki dari luar.Kriieett! Dan benar saja sesuai instingnya. Ardhan pulang ke rumah, tetapi dalam kondisi yang tampak lelah. Sikapnya masih dingin dan tampak kesal kepada Nara."Mas, ke mana saja kamu seharian ini? Mama tadi datang ke sini, katanya kamu tidak ada di kantor."Ardhan terus berjalan tanpa menyahut. Ia bertingkah seolah tidak mendengar apa yang Nara katakan.Namun, Nara tidak menyerah. Ia terus mengikuti Ardhan untuk melayaninya."Sebaiknya tidak usah aku tanya dia marah atau tidak," batin Nara sembari terus berjalan.Sebetulnya, Nara semakin tidak enak hati ketika melihat Ardhan yang terus mendiamkan dirinya. Ia merasa tidak nyaman, tidak tahu pula apa yang harus ia perbuat untuk meluluhkan hatinya agar tidak marah kembali.Akan tetapi, ia tetap berusaha semampunya untuk membuat suaminya kembali bicara."Mas, kamu pasti lapar .... Saya buatkan makan
Baca selengkapnya

Bab 107 Hanyut Dalam Kelembutan

"Kalau kamu mau membuat salam perpisahan, lebih baik tidak usah. Saya tidak butuh salam perpisahan itu!" duga Ardhan ketika Nara memberikan perhatian lebih kepadanya.Ardhan takut jika Nara pergi, ia tidak bisa melupakan wanita yang mulai mengambil hatinya itu."Mas, tolong kamu jangan katakan hal itu. Saya tidak mau mendnegarnya!" balas Nara. Sama halnya dengan Ardhan, Nara pun tidak mau kehilangan pria yang Walaupun terkadang sikapnya dingin, tetapi selalu ada ketika dibutuhkan. Menjalani penyelamat kala masalah melanda.Ardhan beranjak dari tempat tidur dan mendekati Nara. "Lalu, apa maksudnya pria yang akan dijodohkan denganmu itu? Apa selama ini kamu tidak pernah mengatakan pada Kakekmu kalau dirimu sudah menikah, begitu?" pungkas Ardhan, geram.Nara meletakkan sepatu itu di samping sebuah meja. Lalu, dirinya pun duduk di samping Ardhan. Ia mencoba untuk menjelaskan semuanya secara perlahan. Karena, kesalahpahaman ini membuatnya seolah harus memikul beban yang begitu berat."Ma
Baca selengkapnya

Bab 108 Pepatah Dari Suami

Kala Nara tengah membersihkan kemeja Ardhan yang terkena kotoran jus, Ardhan dengan sigap menghentikan tangan Nara. Pandangannya lurus menatap dalam kedua belah mata istrinya."Mas, kemejanya masih kotor," ucap Nara dengan jantung berdetak kencang. Nara tidak bisa berucap banyak, sebab tatapan kuat itu seolah menusuk ke relung hatinya yang terdalam. Membuat kedua pipi merah merona."Apa kamu mencintai pria itu? .... Dan meninggalkan saya sendirian?" Tatapannya terus pada Nara, ia mengatakannya dengan begitu serius seakan benar-benar dari hatinya yang terdalam."Kenapa kamu menanyakan hal semacam itu?"Ardhan mendekatkan wajahnya, hingga kedua bibir itu nyaris bersentuhan. Nara yang ada di hadapannya sudah memejamkan mata. Tetapi, Ardhan langsung memalingkan wajahnya. Ia menghindari Nara tanpa ada alasan yang jelas."Karena saya tidak mau kamu pergi begitu saja."Nara segera melepaskan dirinya dari genggaman Ardhan. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain."Sudah, Mas. Lebih baik sekaran
Baca selengkapnya

Bab 109 Penjelasan Ringan

"Ya jelas tidak tahu-lah, Mas. Kalau saya tahu dia berbuat begitu, mana mungkin saya datang ke sana. Walaupun waktu itu saya ....""Waktu itu kenapa?" tanya Ardhan dengan antusias."Saya sempat memilih untuk tidak memasuki tempat karaoke itu karena perasaan saya tidak nyaman.""Kamu begitu, lalu kenapa kamu malah masuk?!"Ardhan menepuk jidat tidak percaya dengan apa yang didengarnya ini. Ia sungguh tidak menyangka jika istrinya sepolos itu sampai dengan mudahnya tertipu rayuan orang lain."Saya 'kan sudah bilang kalau rasa tidak enak ini tiba-tiba muncul lagi. Jadi, saya tidak bisa menolaknya," ungkap Nara, jujur kembali dengan alasan yang sama.Ardhan tidak bisa memarahi Nara, karena ia sendiri pun merasa bersalah sebab hari itu ia mengabaikan Nara. Padahal, ia sendiri tahu bahwa istrinya ini tidak membawa kendaraan ke kantor."Lanjutkan ceritanya ...."Nara menghela nafas sejenak. Lalu, setelah itu melanjutkan cerita yang sempat terpotong dengan sebuah perdebatan kecil dengan Ardha
Baca selengkapnya

Bab 110 Kembali Harmonis

Mereka terus berbincang sampai pada akhirnya Ardhan berpikir sendiri dan berencana untuk menyelidiki orang dibalik pencemaran nama baik Nara ini."Mas, tapi kamu juga jangan terlalu kesal dengan pria yang waktu itu ke rumah orang tua saya. Soalnya dia yang nolong. "Ardhan tidak percaya dengan itu. Alih-alih mereda, ia malah semakin kesal karena Nara membicarakan pria lain. Walau yang dibicarakan itu bukan sesuatu yang terdengar spesial. Tetapi, tetap saja Ardhan merasa tidak terima."Dibanding saya, orang itu tidak ada apa-apanya sama sekali. Saya yakin, dia punya maksud terselubung yang mungkin saja maksudnya buruk!" Ardhan berusaha membanggakan dirinya di depan Nara. Dirinya tidak mau kalah begitu saja dari pria yang tampaknya akan dijodohkan dengan istrinya itu."Jangan suka berprasangka buruk, Mas," ucap Nara, mengingatkan. "Dan jangan terlalu polos kalau jadi orang! Karena kamu yang begini ini, jadinya kena tipu. Kamu dibohongi orang!"Tak terasa mereka sudah berbicara banyak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status