All Chapters of Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Chapter 121 - Chapter 130

162 Chapters

Bab 121 Hadiah Kecil Untuk Istri Tercinta

Melihat Nara yang sedang terbaring di tempat tidur, itu membuat Ardhan segera menghampirinya. Ia menaruh sembarangan barang yang baru dibelinya, lalu duduk di samping Nara."Kamu kenapa, Ra? Kalau kamu lagi sakit, harusnya kamu bilang, jangan cuma nunggu saya pulang!" Ardhan mengomeli Nara karena rasa khawatirnya yang tak terbendung.Nara yang melihat Ardhan tampak begitu mencemaskan dirinya membuatnya senang karena ternyata ada rasa peduli yang dihadirkan untuknya. Ia tersenyum sembari memegang pipi Ardhan."Mas, aku tidak apa-apa, kok. Semuanya akan baik-baik saja.""Terus, kenapa kamu mual-mual? Apa kamu salah konsumsi makanan?" "Saya tidak tahu," sahut Nara sembari menggelengkan kepala. "Tapi, saya ingin mengetahui sesuatu."Ardhan mengernyitkan dahi penuh tanya.Nara menoleh ke arah wadah plastik yang baru saja dibawa Ardhan kala itu. "Tapi sebelumnya saya mau lihat dulu isi kantont plastik itu?"Ardhan menoleh ke belakang. Ia pun langsung mengambilkannya untuk Nara. Plastik it
Read more

Bab 122 Terwujudnya Impian Menjadi Bimbang

Ardhan masih tidak yakin dengan instingnya yang mengatakan bahwa Nara tengah hamil. Terlebih lagi kini ia belum membuktikannya sendiri karena memang Rico pun belum kembali dari toko serba ada.Berkali-kali Nara melihat ke pintu. Ia sangat tidak sabar ingin segera memeriksakan dirinya."Kenapa si Rico belum kembali juga?" gumamnya.Sampai pada saat Nara membicarakannya, Rico datang ke kamar itu dengan membawa dua testpack sekaligus.Rico berlari-lari kecil dengan keringat di dahi. "Tuan, Nyonya muda, maaf saya tadi--....""Tidak apa-apa," sahut Nara dengan tangan menjulur ke arah testpack yang sedang dipegang oleh Rico.Sontak, Rico pun langsung memberikan testpack itu kepada Nara. Ardhan yang ada di sana hanya diam saja. Dirinya dilanda rasa bimbang yang membuat kata 'mandul' itu seolah terus berlarian di kepala.Kini, testpack itu sudah ada di tangannya. Tetapi, ia malah bingung sendiri. 'Kalau memang benar aku hamil, apa aku siap menjadi seorang Ibu? Lalu, setelah itu .... Apa yang
Read more

Bab 123 Penyesalan Selalu Terakhir

Ardhan merasa belum bisa memutuskan segalanya sendiri. Ia tidak mau salah paham dengan Nara seperti kala itu. Perasaan yang mulai mendalam membuat Ardhan ingin segera menyelesaikan masalah yang ada ini dengan baik.Bruuumm!"Sepertinya aku harus menanyakan hal ini kepada Kakek!" ujar Ardhan dalam mobilnya ketika dirinya mulai tancap gas pergi.Sepanjang perjalanan, Ardhan merasa tidak tenang karena apa yang diinginkannya hanyalah sebuah kejelasan akan keraguan yang dirasakannya tersebut.Di rumah ....Nara hanya merasa bimbang dengan apa yang dilakukan suaminya, tidak tahu juga bagaimana ia menyikapi hal ini.Tatapan mata kosong dengan tubuh diam mematung, Nara terus melakukan itu. Sampai malam tiba, Nara mengerjap. Ia menutup mulutnya yang kembali terasa mual.Sementara itu, di rumah Reyhan sendiri, Reyhan dalam perawatan karena sakit yang dideritanya membuatnya menyesal. Ia menyesal karena telah berbuat jahat kepada Ardhan. Ketika itu, ia baru menyadari kebaikan Ardhan."Kenapa ka
Read more

Bab 124 Solusi Dari Masalah

Ardhan menunduk, seolah memberikan kode bahwa dirinya tengah dilanda masalah pikiran yang begitu memberatkannya. "Apa yang terjadi? Katakan sama Kakek sekarang!" ujar Kakek Heraldo dengan antusias.Keduanya saling berhadapan satu sama lain. Kakek Heraldo menatap tajam wajah Ardhan yang memang tampak sekali tengah menyembunyikan sesuatu jauh di dalam pikirannya."Katakan sama Kakek sekarang, apa yang mau kamu bicarakan, karena sepertinya ada sesuatu yang sedang kamu pendam!" lanjutnya ketika melihat Ardhan.Ardhan mengangkat kepalanya perlahan, ia menatap wajah Kakek Heraldo sembari mengatakannya secara perlahan."Sebenarnya aku butuh pendapat Kakek mengenai diri aku ...."Ardhan menghela nafas sejenak. Saat Ardhan membuka mulut untuk melanjutkan kalimatnya, Kakek Heraldo langsung menyela."Memangnya apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu malah menanyakan pertanyaan konyol seperti itu!" Kakek Roland kembali berujar. Kakek Roland merasa aneh dengan Ardhan yang secara mendadak menanya
Read more

Bab 125 Belum Ada Kepastian

Setelah melakukan perbincangan panjang semalam suntuk. Akhirnya, Ardhan pun memilih untuk tidur di rumah Kakek Heraldo. Ia tidak menghubungi Nara atas kepergiannya untuk sesaat. Sebab, ia merasa bahwa dirinya memang perlu menghindar untuk sementara waktu.Namun, masalah yang baru tidak membuatnya melupakan masalah lama. Ia tetap akan mengupas tuntas masalah tersebut.Sampai pada pagi harinya ...."Kek, aku mau pergi sekarang!" ujar Ardhan kepada Kakek Heraldo."Sarapannya belum habis!" sahut Kakek Heraldo. Kala itu mereka sedang berada di ruang makan. Mereka tengah menikmati sarapan bersama, karena jarang-jarang mereka begini."Aku sudah selesai, Kek. Sekarang masih ada banyak urusan yang perlu diurus."Kakek Heraldo paham betul dengan kesibukan cucunya itu. Ia tidak ingin menganggu, tetapi ...."Kalau sudah pasti dia mengandung anakmu, nanti kabari Kakek, ya!" pesan Kakek Heraldo dengan wajah tersenyum.Ardhan pun menanggapinya dengan santai. "Iya, Kek. Nanti, ya. Sekarang aku harus
Read more

Bab 126 Kesalahpaham Seperti Duri

"Mas, kamu pergi ke mana saja semalaman?" tanya Nara dengan santai tetapi antusias. Ia bergegas menuju Ardhan.Namun, saat itu Ardhan seolah tidak ingin tersentuh oleh Nara. Sekalipun dirinya belum dapat mengetahui jelas mengenai kebenarannya. Hatinya masih terus berprasangka kepada Nara."Mas!" seru Nara sekali lagi. Tetapi, Ardhan masih tampak abai. Ia bersikap seolah tidak peduli dengan Nara yang ada di dekatnya. Dirinya terus berjalan menaiki tangga tanpa henti.Suminah yang menyaksikan kejadian itu juga menjadi heran saat melihat Ardhan yang tiba-tiba cuek kepada Nara, padahal kemarin terlihat antusias begitu mengetahui kondisi Nara yang terbaring di tempat tidur. Sebelumnya Ardhan tampak mencemaskan keadaan Nara."Kenapa Tuan tiba-tiba begitu kepada Nyonya, ada apa ini?" gumam Suminah. Ia mendekati Nara yang tampak sedih menghadapi kenyataan itu.Nara merasa heran dengan sikap Ardhan pagi ini yang langsung berubah begitu saja. "Apa dia memang tidak suka kalau aku hamil? Tapi ke
Read more

Bab 127 Membuat Sarang Jebakan

"Nyonya muda, Nyonya tidak apa-apa?" Suminah berjalan ke arah Nara. Ia langsung memeluknya dari samping, karena saat itu ia melihat Nara yang menangis terisak. Nara memeluk Suminah, ia mencoba mencari ketenangan dari pelukan itu. "Kenapa Mas Ardhan mengabaikan saya, Bi? Apa yang telah saya lakukan sampai membuatnya tampak kecewa begitu?" ucap Nara sembari menangis.Suminah terus mengelus kepala Nara yang bersandar kepadanya. "Yang sabar ya, Nya. Saya tahu ini bukan sesuatu hal yang mudah buat Nyonya hadapi. Tapi, percaya saja kalau semuanya akan baik-baik saja," ungkap Suminah mencoba menenangkan Nara yang tampaknya masih dalam keadaan bersedih.Sementara itu, Ardhan sepanjang jalan dirinya tidak bisa berhenti memikirkan Nara. Mengemudi pun menjadi terganggu dan tidak bisa sepenuhnya terfokuskan pada jalan raya, sebab Nara memenuhi pikirannya."Kenapa hatiku merasa sedih?"Ikatan batin di antara mereka seolah membuat keduanya bisa saling merasakan apa yang salah satunya dirasakan.N
Read more

Bab 128 Mengatur Strategi

"Saya sudah melakukan apa yang Anda minta. Sekarang biarkan saya bebas!" pinta Tini."Belum selesai. Sekarang saya antar kamu ke tempat itu. Masuk!""Kenapa tidak Anda sendiri saja yang menemuinya, Pak?!" "Bawa dia ke dalam!" perintah Ardhan kepada kedua bodyguard yang tengah menjaganya di dua sisi kanan dan kiri.Tini pun diseret masuk ke dalam mobil yang ada di sana. Lalu, menutup pintu itu dengan rapat. "Tuan, apa yang harus kami lakukan lagi setelah ini?""Kalian ikut di belakang, tapi nanti jangan ikut masuk ke restoran itu. Masalah itu biar menjadi urusan saya saja!" Begitu pesan Ardhan kepada para bodyguardnya."Baik!" jawab kedua bodyguard itu serentak.Lantas, semuanya pun memasuki mobil itu dengan cepat. Tini yang sudah berada di dalam mobil tidak bisa lagi keluar atau bahkan berontak. Dirinya terpaksa harus melakukan semua itu demi keselamatan dirinya.Walaupun awalnya Tini tidak ingin melakukan hal itu, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain lagi karena memang ingin bebas
Read more

Bab 129 Ketika Penjahat Memasuki Perangkap

"Bagus! Sekarang kamu temui dia!" perintah Ardhan.Belum sampai di sana, rupanya Tini harus menjalankan banyak tugas yang dibebankan kepada karyawan yang telah mengkhianati Nara.Namun, Tini tidak begitu bermasalah selama dirinya tetap aman dan tidak dipenjarakan."Baik, Pak."Tanpa berlama-lama, Tini pun melangkahkan kakinya memasuki sebuah restoran. Dari belakang dalam jarak yang agak jauh, Ardhan terus memantau pergerakan Tini yang tidak bisa ia biarkan begitu saja. Sebab, Tini tidak bisa ia percaya sepenuhnya."Kenapa dia begitu teliti sekali. Dia seperti detektif, tidak mau kehilangan jejak sedikitpun. Sepertinya, aku memang tidak bisa melarikan dari pekerjaan ini. Alasan apa yang harus aku katakan kalau ada sesuatu yang terjadi di luar kendaliku."Tini sudah tahu bagaimana Valencia ketika bersemangat ingin menemuinya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika rencana ini sampai tercium oleh Valencia."Semoga saja aku aman." Tini terus berharap dalam benaknya.Sesekali, kepa
Read more

Bab 130 Kejadian Tak Terduga

Dari balik pagar besi yang tinggi, tepatnya dari arah luar itu Kendra mulai berbicara kepada bodyguard yang tengah berjaga di dekat pagar."Saya mau menemui Nara! Tolong katakan kalau saya ada di depan gerbang!" pinta Kendra kepada kedua bodyguard yang ada di sana.Kedua bodyguard itu menghampiri Kendra dengan lebih dekat lagi. Kedua saling menatap satu sama lain. "Nyonya muda sedang tidak ingin diganggu! Silakan Anda pergi dari sini!" ujar salah seorang bodyguard mengusirnya dengan cara halus.Namun, Kendra masih tidak percaya dengan ucapan itu sebelum dirinya bertemu langsung dengan Nara."Pokoknya kalian harus buka gerbang ini! Saya mau bertemu Nara!" Kendra bersikukuh dengan keinginannya.Sementara itu, Bodyguard yang tidak mau jika sampai ada keributan lagi di rumah itu terus berusaha untuk teguh pada pencurian dengan tidak membuka gerbang pada sembarang orang. Terlebih lagi, mereka tidak mengenal lelaki itu sama sekali.Mereka memang tidak mengenalnya karena ini baru pertama k
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status