Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 131 - Bab 140

162 Bab

Bab 131 Kebaikan Hati

"Nyonya muda, ayo makan dulu! Tuan pasti akan sangat sedih sekali kalau Anda telat makan begini," ucap Suminah sembari membawa piring yang sudah ada nasi putih, timun dan ayam goreng.Nara yang masih menunggu sembari memikirkan suaminya itu membuat Nara kehilangan nafsu makan. Ia tidak merasa lapar sekalipun perutnya kosong."Saya belum laper, Bi. Nanti saja kalau lagi laper," jawab Nara dengan lemas.Tatapan matanya kosong dengan salah satu tangan memegang perutnya."Toh, dia juga sudah tidak peduli dengan saya, buat apa saya jaga kesehatan."Nara menoleh ke arah Suminah yang tepat berada di sampingnya. "Bi, apa Mas Ardhan marah sama saya? Kenapa dia tampak berbeda sekali? Sepertinya dia tidak suka kalau saya hamil begini," lirihnya bertanya kepada Suminah."Tidak, Nyonya muda. Saya harap Anda jangan berpikir semacam itu. Anda harus yakin kalau Tuan tidak pernah menyesal atau marah dengan kehamilan Anda. Dalam hubungan tidak selalu manis, jadi tolong berpikirlah positif," tutur Sumin
Baca selengkapnya

Bab 132 Saling Menyalahkan

Suminah kembali membawa kotak P3K dan air hangat dalam wadah kecil. Ia langsung menyodorkan barang itu kepada Nara."Maaf Nyonya kalau saya lama," ungkap Suminah."Iya."Nara segera membukanya dan mengambil kapas banyak-banyak yang kemudian ia celupkan ke dalam air hangat tadi."Tolong bantu buka pakaiannya!" pinta Nara.Bodyguard itu pun langsung membuka satu persatu kancing bajunya. Ia juga mencoba untuk melepas bagian lengannya secara perlahan, karena dirinya melihat temannya yang tampak begitu kesakitan.Setelah semua pakaian dibuka, barulah Nara melakukan pertolongan pertama untuk luka tersebut. Awalnya, ia membersihkan dahulu darah yang mengucur itu. Lalu, ia mengobatinya dengan obat merah. Setelah itu, barulah ia memberikan perban dengan kain kasa, agar darahnya berhenti."Sudah. Sekarang lebih baik kamu bawa dia ke rumah sakit terdekat, supaya mendapatkan penanganan lebih lanjut.""Terima kasih banyak, Nyonya muda," ucap bodyguard yang terluka itu.Nara tersenyum senang karen
Baca selengkapnya

Bab 133 Sebuah Penundaan

"Apa kalian yakin tidak ada yang mau mengaku?" Ardhan memang Valencia dan Tini secara bergantian.Namun, di sini, Ardhan merasa bahwa memang Valencia lah yang menjadi pelakunya. Ia merasa demikian karena dia sudah mendengar ceritanya sendiri dari Tini.Selain itu, ia pernah melihatnya di taman. Yang mana memang sepertinya wanita yang dijodohkan oleh Sarah dengannya."Katakan dengan jujur dan akui sekarang juga sebelum saya melakukan hal yang lebih kejam lagi! Sekarang saya bisa bersimpati karena melihat kalian sebagai wanita, tapi tidak berlaku jika kalian tidak ada yang mengaku!" "Ambil ponselnya!" perintah Ardhan kepada bodyguard yang ada di sana.Bodyguard yang menerima perintah itu pun langsung melakukannya. Ia merogoh isi tas dan mencari ponsel tersebut."Apa yang mau kamu lakukan dengan ponsel saya itu?!" Valencia tampak ketakutan. Ia takut jika ponselnya sampai diambil oleh Valencia.Setelah mencari beberapa saat, akhirnya bodyguard itu menemukan ponsel tersebut. Ia mendapatka
Baca selengkapnya

Bab 134 Aku Bisa Meluluhkanmu, Mas

Pengejaran terhadap Kendra terus dilakukan. Duga mobil hitam beriringan mengejar mobil putih yang terus berkendara dengan kecepatan penuh."Aku tidak boleh sampai lengah!" batin Kendra sembari terus mengemudi. Sesekali, ia melihat ke arah kaca spion samping untuk memantau ketiga mobil bodyguardnya Ardhan.Para terus mengejar, mereka tidak mau kehilangan jejak. Tetapi, Kendra berusaha untuk meninggalkan jejaknya. Sampai di depan sana ia menemukan tiga jalan yang tampak bercabang, dirinya semakin mempercepat kemudinya dan pergi ke arah kiri jalan.Di sana, ia menepikan mobilnya dan memasuki sebuah toko mainan dan kemudian berjalan mencari jalan belakang yang pikirnya bisa ia gunakan untuk pergi lewat sana."Pintu belakang ada di mana?" tanya Kendra kepada pelayan toko mainan sana.Pelayan toko mainan itu merasa heran ketika Kendra datang, karena datang tanpa membawa seorang anak kecil. Biasanya, pelanggan yang datang selalu datang dengan anaknya.Selain itu, pelayan itu juga merasa aneh
Baca selengkapnya

Bab 135 Lucunya Ketika Mengidam

Di dalam kamar itu, Ardhan mondar-mandir. "Nara, Nara, Nara. Kenapa kamu membuat saya seperti ini? Mata kamu itu kenapa bisa menghipnotis saya?" gumam Ardhan dengan perasaan tidak karuan dalam hatinya.Cklek.Mata membelalak, ia mencoba bersikap cool dan segera membuka kancing bajunya."Mas, kamu belum mandi?" tanya Nara.Ardhan mencoba bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa sebelum Nara datang ke kamar itu. "Iya, tadi saya .... Biasa istirahat dulu sebentar di sini. Gerah!" Ardhan mengipas-ngipasi tubuhnya dengan semua kancing baju yang sudah terbuka tetapi belum ia lepas.Nara memasuki kamar itu untuk bersiap-siap. Ia pikir suaminya sudah selesai mandi, rupanya belum juga. "Kalau begitu, nanti saja." Nara kembali menutup pintu kamar dan pergi ke lantai bawah sembari menunggu Ardhan selesai mandi.Di luar kamar, Nara tertegun sejenak memikirkan itu. "Perasaan sudah hampir setengah jam, kenapa dia belum mandi-mandi juga? Tubuhnya tidak terlalu kelihatan berkeringat," gumamnya.
Baca selengkapnya

Bab 136 Pelayanan Terbaik sang Suami

Ardhan melakukan itu dengan hati-hati, sampai akhirnya rambut Nara kering. Tetapi ...."Mas, saya belum pakai baju," ungkap Nara. Ia bangkit dari duduknya dan melangkah pergi dari hadapan Ardhan.Ardhan menoleh ke arah Nara melangkah. Ia menaruh hair dryer itu kembali.Sementara itu, Nara yang sedang berada di walk in closet pun hanya diam seraya memandangi wajahnya di cermin, ketika kedua belah pipi terasa hangat dengan jantung yang berdebar hebat.Ardhan yang tengah menunggu di kursi pun hanya memegang dadanya sebentar, merasakan debaran indah yang jauh lebih berbeda dari biasanya."Apa aku mulai jatuh cinta lagi?" batin Ardhan.5 menit lengang.Nara kembali dengan pakaian kasual yang dipakainya. Ia mengenakan celana jeans panjang dan baju kemeja putih, ia menggulung bagian lengannya.Belum sampai di sana, Nara melanjutkan langkah kakinya menuju meja rias untuk sedikit merias wajahnya yang tampak pucat tanpa make up. Sebab, ia ingin melihat wajahnya agar tampak lebih segar.Ardhan h
Baca selengkapnya

Bab 137 Suami Terbaik

Ardhan menepikan mobilnya di salah satu rumah sakit. Ia sudah mengetahui keberadaan salah seorang bodyguard itu dari bodyguard lain yang sempat ia hubungi sewaktu di dalam perjalanan ke sana bersama Nara."Mas, pulang nanti kita beli mangga, 'kan?" tanya Nara, seolah mengingatkan kepada Ardhan akan hal itu."Iya, nanti kita beli mangga yang banyak. Beli yang paling bagus juga," jawab Ardhan sembari membuka sabuk pengaman yang masih mengikatnya. Setelah Ardhan menyetujuinya, barulah Nara tidak berbicara lagi. Tetapi, Nara terdiam sejenak. Ia memandangi Ardhan dan belum membuka sabuk pengamannya itu."Ayo kita masuk ke dalam!" ajaknya.Nara masih memandangi suaminya dengan kepala miring. Ia seakan tengah membawa isi pikiran Ardhan yang hendak keluar dari dalam mobilnya tersebut.Ardhan menoleh ke arah Nara ketika ajakannya tidak mendapat sahutan apapun. "Kenapa masih diam di sana? Ayo kita pergi ke sana sama-sama! Kamu jangan nunggu di sini, saya khawatir ada orang jahat!" ujar Ardhan
Baca selengkapnya

Bab 138 Aku Butuh Diyakinkan

Mata Nara yang tampak agak menyipit menandakan bahwa wanita itu tampak bosan sekaligus mengangguk dan Ardhan memahami itu."Kamu jangan dulu pulang, menginap saja di sini semalam. Besok juga tidak usah kerja dulu kalau belum kuat!" ujar Ardhan. "Jangan khawatirkan biaya apapun, karena biaya menginap di rumah sakit ini sudah saya bayar!" tambahnya.Dengan kepala menunduk sopan, Bikuri -- bodyguardnya mengungkapkan rasa syukurnya. "Terima kasih banyak, Tuan. Entah dengan cara apa saya harus membalas atas kebaikan Anda ini.""Tidak usah dipikirkan. Sekarang, yang terpenting kau selamat dan lukanya masih bisa diobati."Ardhan yang tidak mau membuat Nara menunggu lama, ia pun segera berpamitan sebelum meninggalkan tempat itu."Ya sudah, semoga lekas sembuh. Saya harus pulang sekarang!" Ardhan menoleh ke arah bodyguardnya yang lain. "Hei, kau jaga dia dengan baik!""Baik, saya pasti akan menjaganya di sini, Tuan. Anda juga berhati-hati di jalan!" ungkapnya."Baik, kami pergi dulu!"Ardhan
Baca selengkapnya

Bab 139 Kejujuran dan Terbuka

Rasa bahagia yang tak terkira membuat hati berbunga-bunga. Walau dirinya masih sedikit bingung dengan Ardhan, tetapi sikapnya melebihi kalimat 'aku mencintaimu'."Sudah sampai!" ujar Ardhan yang kemudian menepikan mobilnya d tempat parkir dan kemudian keluar dari dalam sana.Mereka pun menuju sebuah supermarket terbesar di kotanya. "Mas, buah-buahan di pasar biasa juga banyak. Kalau kita ke sini, nanti pulangnya kemaleman," ucap Nara sambil berjalan di samping Ardhan.Ardhan melirik ke tangan Nara yang terlihat menganggur. Ia pun menggenggamnya. "Hati-hati. Jangan jauh-jauh!" ujar Ardhan yang malah lebih fokus dengan keselamatan Nara dibanding apa yang dibicarakan Nara saat itu."Buat kesehatan janin, kita harus membeli buah-buahan dengan kualitas yang baik. Makanya saya bawa kamu ke sini saja!" Barulah Ardhan menjawabnya.Nara berpikir sejenak. "Tapi, Mas, takutnya kamu kelelahan.""Kalau ngidamnya sesederhana ini, beli buah mangga ke luar negeri juga bukan masalah!" ungkap Ardhan
Baca selengkapnya

Bab 140 Ketakutan Pada Boneka

Selepas mendapatkan barang yang diinginkan Nara, kini Ardhan memikirkan sesuatu untuk membeli sesuatu juga."Nanti kita mampir sebentar, ya!" ujar Ardhan sembari mesin mobil dan tancap gas pergi meninggalkan tempat belanja itu.Ia terus mengemudi tanpa henti dengan kecepatan sedang. "Mas, kamu tumben beli daging sapi slice?" tanya Nara sembari melihat-lihat plastik belanjanya yang banyak itu."Kan saya sudah bilang tadi buat makan malam bersama," jawab Ardhan dengan sabar ketika istrinya membuat dirinya sedikit kesal karena mempertanyakan hal yang sama.Ardhan melihat-lihat ke samping, tepatnya pada beberapa toko yang dilewatinya saat itu. Ia tidak mau sampai melewatkan toko yang menjadi tujuannya.Ckiiitt! Ardhan menepikan mobilnya pada sebuah toko yang tampaknya masih buka. Ia melihat tokonya yang ternyata tidak terlalu ramai.Namun, Ardhan merasa senang karena dirinya tidak perlu mengantre saat akan melakukan pembayaran di kasir nanti."Kamu tunggu di sini sebentar!" ungkap Ardha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status