Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 111 - Bab 120

162 Bab

Bab 111 Karena Maksud Tertentu

Tok Tok Tok! Suara ketukan pintu kembali terdengar di rumah Rivanto. Menciptakan rasa penasaran dalam benak penghuni rumah."Ma, buka pintunya, siapa tahu orang penting!" pinta Rivanto kepada Verra.Kakek Roland yang sementara waktu tinggal di sana pun semakin penasaran."Iya, Pa," sahut Verra. Ia beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu depan.Kriiieeet! Verra membuka pintu itu perlahan.Dilihatnya Kendra yang ternyata pagi-pagi datang ke sana. "Ada apa lagi dia datang ke sini?" batin Verra sembari memandangi sosok yang ada di hadapannya tersebut."Boleh saya masuk, Tante?" tanya Kendra dengan wajah ramah. Bibirnya tersenyum dan seolah memperlihatkan harapan agar diperbolehkan memasuki rumah itu. "Ya, silakan," sahut Verra sembari tersenyum simpul. Ia memberi jalan kepada Kendra untuk masuk ke dalam rumahnya.Di ruang makan, Rivanto bergegas menuju ruang tamu. Kendra yang melihat Rivanto berjalan ke arahnya, ia segera menghampiri."Selamat pagi, Om," ucapnya sa
Baca selengkapnya

Bab 112 Hikmah Setelah Diberi Masalah

"Kamu lagi masak apa, Ra?" tanya Ardhan ketika sampai di dapur untuk menyusul Nara.Hubungan mereka yang mulai kembali membaik pun membuat Nara dan Ardhan merasa tenang. Rupanya, masalah yang datang kemarin-kemarin itu kini membuat hubungan mereka menjadi lebih kuat. Keduanya menjadi lebih terbuka dibanding sebelumnya."Saya lagi buatkan sarapan sekaligus buat nanti kamu makan siang, Mas," sahut Nara sembari menoleh ke arah Ardhan.Ketika itu, Nara hanya mengenakan baju tidur warna merah dengan rambut yang masih terurai. Ardhan memperhatikan Nara dari belakang. Ia melihat Nara yang berkali-kali pula membetulkan rambutnya yang menghalangi dirinya saat sedang memasak. Hingga, Ardhan melihat sebuah karet yang kemudian ia ambil. Lalu, ia menghampiri Nara dan langsung mengambil rambutnya secara perlahan.Deg Deg Deg!Jantungnya berdebar kencang, Nara yang awalnya sedang mengaduk makanan pun langsung terdiam. Ia melirik sedikit ke belakang dengan tubuh mematung."Kenapa dia jadi romanti
Baca selengkapnya

Bab 113 Aku Siap Memanjakanmu

Sampai akhirnya Nara selesai membuatkan Ardhan bekal makan siang. Ia pun baru duduk di kursi yang tersedia. "Mas, saya baru ingat juga ada yang mau saya katakan sama kamu." Nara memasang wajah serius.Begitu pula dengan Ardhan. "Saya juga mau menanyakan sesuatu sama kamu.""Kalau begitu, kamu saja, Mas."Ardhan merasa penasaran dengan apa yang akan Nara katakan, sehingga menurutnya lebih baik jika Nara yang mengatakannya lebih dulu."Tidak, lebih baik kamu saja dulu. Biar saya nanti setelah kamu."'Memangnya apa yang sebenarnya mau dia tanyakan? Apa itu sesuatu yang kurang penting? Kenapa malah membiarkan sesuatu dulu?!' Nara terus memandangi wajah Ardhan sembari memikirkan itu. Tetapi, karena harus segera mengatakannya. Akhirnya, Nara pun menceritakannya. "Memangnya tidak apa-apa kalau saya dulu? Siapa tahu pertanyaan Mas jauh lebih penting dibanding saya," ungkap Nara.Ardhan tersenyum tipis. "Sebenarnya cukup penting. Tapi, saya juga penasaran sama pertanyaan kamu." "Ya sudah,
Baca selengkapnya

Bab 114 Jadilah Baik Kepada Siapapun

Kendra terus mencoba menghubungi nomor telepon yang telah diberikan oleh Rivanto. Tetapi, panggilannya selalu tak terjawab. "Kenapa wanita itu tidak mau menjawabnya?!" umpat Kendra sembari terus mencoba mengemudi.Namun, hal itu terus terulang. Ingin bertemu Nara, tetapi dirinya tidak tahu harus mencari ke mana wanita itu.Sementara itu, Ardhan yang kini sudah siap untuk bekerja pun mulai berpamitan kepada Nara. "Mas, jangan lupa makan siangnya dimakan!" ujar Nara."Iya~," sahutnya dengan lembut.Perlahan, Ardhan memasuki mobilnya dengan membawa bekal makanan miliknya."Kamu hati-hati di rumah, jangan pergi sendirian! Kalau mau pergi, kamu harus dengan seseorang yang bisa dipercaya!" "Iya, Mas~!" sahutnya sembari melambaikan tangan kanannya begitu melihat Ardhan yang mulai menjalankan mobilnya tersebut.Setelah melihat suaminya pergi, Nara pun memasuki rumah kembali. Kini, ia mulai merasa bosan karena harus berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun."Sebaiknya aku mandi dulu,"
Baca selengkapnya

Bab 115 Yang Selalu Aman

"Sebenarnya siapa nomor baru ini? Kenapa terus menelepon? Apa aku jawab saja?" gumam Valencia ketika Kendra terus menghubungi nomor Nara.Ketika telepon itu kembali masuk, Valencia pun menerima panggilan telepon itu. Ia tidak berbicara, tetapi hanya mendengarkan untuk memastikannya saja.[Halo, Nara?]Satu kalimat singkat yang terlontar keluar dan terdengar oleh Valencia. Ia mengangkat salah satu alisnya penuh tanya. "Tapi seperti bukan suara Ardhan!" batinnya.Sekali lagi mencoba untuk mendengarkan.[Nara? Apa--...?]Sampai Kendra baru ingat jika Nara pernah mengatakan bahwa ponselnya hilang. Ketika itu Nara berbicara kepadanya di hotel."Kenapa orang ini tidak lanjut bicara?" batin Valencia penuh tanya.Setelah sadar bahwa itu bukan Nara, Kendra pun langsung mematikan teleponnya. Sementara itu, di dapur, Nara yang baru selesai memasak pun langsung membagi makanannya dengan Suminah."Bi, temani saya makan, ya!" ajaknya. "Tidak usah, Nyonya muda. Saya cuma mau bantu-bantu sedikit sa
Baca selengkapnya

Bab 116 Tertawalah Sebelum Menangisi

Tini melangkah pergi dengan wajah kesal karena diabaikan. Tetapi, di sisi lain dirinya merasa senang karena ternyata Nara tidak bersama Ardhan."Apa mungkin dia dibawa kabur oleh pria itu?" gumamnya sembari berpikir.Tetapi, yang pasti, saat ini ia berpikir untuk mengabarkan sesuatu kepada Valencia.Valencia yang saat itu sedang bersantai ria dengan Sarah pun kemudian menerima panggilan telepon itu tanpa berpikir apa-apa lagi. Hatinya merasa sangat penasaran ingin mengetahui kabar Nara saat ini.[Bagaimana? Apa kau melihatnya?] Valencia berbicara dengan nada pelan. Sarah yang ada di hadapannya hanya diam sembari menyantap makanan yang ada di meja kala itu.[Dia tidak ada bersamanya. Mungkin, Nara sedang dengan pria yang waktu itu.] Tini mengatakan hal itu dengan nada berbisik dan pandangan celinguk-celinguk ke sana kemari. Memastikan bahwa tidak ada yang mendengarkannya bicara.Valencia yang mendengar kabar itu langsung kegirangan.[Bagus. Aku sangat suka ini. Sekarang sudah dulu, na
Baca selengkapnya

Bab 117 Balasan Atas Kejahatan

Pada sore harinya, Tini tampak senang karena hari ini ia berpikir bahwa pasti akan mendapat bayaran tambahan dari Valencia setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi ....Seseorang dari belakang membekap mulutnya, menggusurnya ke dalam mobil hitam.Walaupun meminta tolong, tetapi semuanya percuma. Orang itu melakukannya secepat kilat. Tak hanya itu, Tini pun diikat dengan sebuah tali hingga tak dapat berbuat apa-apa lagi selain pasrah dengan orang tersebut.Wajahnya tidak terlihat jelas, sebab ia mengenakan pakaian serba hitam yang sangat tertutup sekali."Siapa kamu berani sekali memaksaku seperti ini?!" teriaknya dalam mobil sembari terus berontak. Ia meronta-ronta meminta untuk dilepaskan.Namun, pria itu hanya diam sembari terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.Sampai tak lama kemudian ia sampai di suatu tempat. Dua orang pria yang berpenampilan layaknya bodyguard mendekat dan langsung membawanya masuk ke dalam sebuah gudang."Lepaskan!!!" teriaknya.Namun, tidak ad
Baca selengkapnya

Bab 118 Apa Dia Sungguh Kakek?

Jauh di gerbang sana, Rivanto memaksa untuk terus meminta kepada bodyguard yang berjaga di sana agar membukanya. Namun, mereka belum berani melakukan itu sebelum Rico kembali."Tunggu sebentar, Pak!" ujar salah seorang bodyguard.Nara terus berjalan menuju gerbang. Ia dengan cepat menghampiri Rivanto dan ....Langkah kakinya langsung terhenti sekitar tiga meter dari sana begitu melihat ada Kakek Roland di tempat itu."Kakek?" gumamnya.Dari sana ia langsung merasa bahwa mungkin datang ke sana hanya untuk menjemputnya pergi.Rivanto dengan cepat langsung menyeru begitu melihatnya anaknya itu datang. "Ayo buka pintunya, Nak! Ini Papa mau ketemu sama kamu!" ujarnya.Namun, hati Nara tidak dapat dibohongi. Hatinya seolah mengatakan bahwa mereka memang bermaksud untuk menjemputnya."Benar. Kami mau ketemu sama kamu!" sahut Kakek Roland, membenarkan perkataan Rivanto."Masa kamu tega membiarkan kami terus berada di sini, kamu tidak lihat juga keadaan panas begini!" ujar Rivanto.Di sini Nar
Baca selengkapnya

Bab 119 Cara Elegan Menghadapi Mereka

"Bi Sumi!" serunya dengan lembut.Tanpa menunggu lama, Suminah datang dengan tubuh agak membungkuk sopan. Ia bertanya. "Iya, Nyonya muda, saya di sini.""Tolong buatkan minuman sama bawakan camilan, ya!" pintanya. "Baik, Nyonya muda, segera saya laksanakan."Suminah pun bergegas menuju dapur. Ia melakukan apa yang dipinta oleh Nara dan itu tidak memerlukan waktu lama. Suminah datang dengan membawa minuman serta camilan di atas nampan perak.Nara mengambil nampan itu dari tangan Suminah. Ia sendiri yang menatanya di atas meja sana."Silakan dinikmati camilan sama minumannya!" ujar Nara dengan ramah kepada Rivanto dan Kakek Roland.Karena merasa haus, Rivanto pun langsung mengambil gelas minuman rasa jeruk yang ada di hadapannya. Ia meneguknya sampai tersisa seperempatnya."Bibi boleh kembali. Kalau perlu sesuatu, nanti saya akan panggil," katanya ketika melihat Suminah yang berdiri di sana sembari menunggu perintah selanjutnya.Tetapi, setelah mendapat kepastian itu, Suminah pun kemu
Baca selengkapnya

Bab 120 Tanda-tanda Kecil

Reyhan tidak menyangka jika ternyata Ardhan membawanya ke rumah Reyhan itu sendiri.Ardhan menepikan mobilnya di depan rumah dan langsung membawanya ke sebuah rumah mewah milik Reyhan.Reyhan langsung melongo begitu melihat huniannya yang dapat ia lihat kembali. "Apa maksudmu dengan membawaku ke sini?""Bawa dia ke dalam!" Kedua bodyguard itu memapahnya dari dua sisi ke dalam rumah tersebut."Jaga dia di sana! Kurung di kamarnya!" perintah Ardhan.Kini, Ardhan ingin fokus menyelesaikan masalahnya satu persatu. Walaupun dirinya sempat kecewa dengan apa yang dilakukan Adik sepupunya, tetapi ia pun masih berperikemanusiaan ketika melihat Adik sepupunya sakit.Setelah menaruh Reyhan di dalam kamarnya, kedua bodyguard itu dengan cepat langsung kembali. Saat itu, Ardhan sedang menyalakan mesin mobilnya. "Tuan, kami sudah menaruhnya di kamarnya. Kamarnya pun sudah kami kunci."Nafas mereka tampak terengah-engah. "Lalu, hal apa lagi yang harus kami lakukan?" lanjut salah seorang bodyguard i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status