Home / CEO / Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda / Bab 113 Aku Siap Memanjakanmu

Share

Bab 113 Aku Siap Memanjakanmu

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sampai akhirnya Nara selesai membuatkan Ardhan bekal makan siang. Ia pun baru duduk di kursi yang tersedia.

"Mas, saya baru ingat juga ada yang mau saya katakan sama kamu." Nara memasang wajah serius.

Begitu pula dengan Ardhan. "Saya juga mau menanyakan sesuatu sama kamu."

"Kalau begitu, kamu saja, Mas."

Ardhan merasa penasaran dengan apa yang akan Nara katakan, sehingga menurutnya lebih baik jika Nara yang mengatakannya lebih dulu.

"Tidak, lebih baik kamu saja dulu. Biar saya nanti setelah kamu."

'Memangnya apa yang sebenarnya mau dia tanyakan? Apa itu sesuatu yang kurang penting? Kenapa malah membiarkan sesuatu dulu?!'

Nara terus memandangi wajah Ardhan sembari memikirkan itu. Tetapi, karena harus segera mengatakannya. Akhirnya, Nara pun menceritakannya.

"Memangnya tidak apa-apa kalau saya dulu? Siapa tahu pertanyaan Mas jauh lebih penting dibanding saya," ungkap Nara.

Ardhan tersenyum tipis. "Sebenarnya cukup penting. Tapi, saya juga penasaran sama pertanyaan kamu."

"Ya sudah,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 114 Jadilah Baik Kepada Siapapun

    Kendra terus mencoba menghubungi nomor telepon yang telah diberikan oleh Rivanto. Tetapi, panggilannya selalu tak terjawab. "Kenapa wanita itu tidak mau menjawabnya?!" umpat Kendra sembari terus mencoba mengemudi.Namun, hal itu terus terulang. Ingin bertemu Nara, tetapi dirinya tidak tahu harus mencari ke mana wanita itu.Sementara itu, Ardhan yang kini sudah siap untuk bekerja pun mulai berpamitan kepada Nara. "Mas, jangan lupa makan siangnya dimakan!" ujar Nara."Iya~," sahutnya dengan lembut.Perlahan, Ardhan memasuki mobilnya dengan membawa bekal makanan miliknya."Kamu hati-hati di rumah, jangan pergi sendirian! Kalau mau pergi, kamu harus dengan seseorang yang bisa dipercaya!" "Iya, Mas~!" sahutnya sembari melambaikan tangan kanannya begitu melihat Ardhan yang mulai menjalankan mobilnya tersebut.Setelah melihat suaminya pergi, Nara pun memasuki rumah kembali. Kini, ia mulai merasa bosan karena harus berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun."Sebaiknya aku mandi dulu,"

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 115 Yang Selalu Aman

    "Sebenarnya siapa nomor baru ini? Kenapa terus menelepon? Apa aku jawab saja?" gumam Valencia ketika Kendra terus menghubungi nomor Nara.Ketika telepon itu kembali masuk, Valencia pun menerima panggilan telepon itu. Ia tidak berbicara, tetapi hanya mendengarkan untuk memastikannya saja.[Halo, Nara?]Satu kalimat singkat yang terlontar keluar dan terdengar oleh Valencia. Ia mengangkat salah satu alisnya penuh tanya. "Tapi seperti bukan suara Ardhan!" batinnya.Sekali lagi mencoba untuk mendengarkan.[Nara? Apa--...?]Sampai Kendra baru ingat jika Nara pernah mengatakan bahwa ponselnya hilang. Ketika itu Nara berbicara kepadanya di hotel."Kenapa orang ini tidak lanjut bicara?" batin Valencia penuh tanya.Setelah sadar bahwa itu bukan Nara, Kendra pun langsung mematikan teleponnya. Sementara itu, di dapur, Nara yang baru selesai memasak pun langsung membagi makanannya dengan Suminah."Bi, temani saya makan, ya!" ajaknya. "Tidak usah, Nyonya muda. Saya cuma mau bantu-bantu sedikit sa

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 116 Tertawalah Sebelum Menangisi

    Tini melangkah pergi dengan wajah kesal karena diabaikan. Tetapi, di sisi lain dirinya merasa senang karena ternyata Nara tidak bersama Ardhan."Apa mungkin dia dibawa kabur oleh pria itu?" gumamnya sembari berpikir.Tetapi, yang pasti, saat ini ia berpikir untuk mengabarkan sesuatu kepada Valencia.Valencia yang saat itu sedang bersantai ria dengan Sarah pun kemudian menerima panggilan telepon itu tanpa berpikir apa-apa lagi. Hatinya merasa sangat penasaran ingin mengetahui kabar Nara saat ini.[Bagaimana? Apa kau melihatnya?] Valencia berbicara dengan nada pelan. Sarah yang ada di hadapannya hanya diam sembari menyantap makanan yang ada di meja kala itu.[Dia tidak ada bersamanya. Mungkin, Nara sedang dengan pria yang waktu itu.] Tini mengatakan hal itu dengan nada berbisik dan pandangan celinguk-celinguk ke sana kemari. Memastikan bahwa tidak ada yang mendengarkannya bicara.Valencia yang mendengar kabar itu langsung kegirangan.[Bagus. Aku sangat suka ini. Sekarang sudah dulu, na

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 117 Balasan Atas Kejahatan

    Pada sore harinya, Tini tampak senang karena hari ini ia berpikir bahwa pasti akan mendapat bayaran tambahan dari Valencia setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi ....Seseorang dari belakang membekap mulutnya, menggusurnya ke dalam mobil hitam.Walaupun meminta tolong, tetapi semuanya percuma. Orang itu melakukannya secepat kilat. Tak hanya itu, Tini pun diikat dengan sebuah tali hingga tak dapat berbuat apa-apa lagi selain pasrah dengan orang tersebut.Wajahnya tidak terlihat jelas, sebab ia mengenakan pakaian serba hitam yang sangat tertutup sekali."Siapa kamu berani sekali memaksaku seperti ini?!" teriaknya dalam mobil sembari terus berontak. Ia meronta-ronta meminta untuk dilepaskan.Namun, pria itu hanya diam sembari terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.Sampai tak lama kemudian ia sampai di suatu tempat. Dua orang pria yang berpenampilan layaknya bodyguard mendekat dan langsung membawanya masuk ke dalam sebuah gudang."Lepaskan!!!" teriaknya.Namun, tidak ad

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 118 Apa Dia Sungguh Kakek?

    Jauh di gerbang sana, Rivanto memaksa untuk terus meminta kepada bodyguard yang berjaga di sana agar membukanya. Namun, mereka belum berani melakukan itu sebelum Rico kembali."Tunggu sebentar, Pak!" ujar salah seorang bodyguard.Nara terus berjalan menuju gerbang. Ia dengan cepat menghampiri Rivanto dan ....Langkah kakinya langsung terhenti sekitar tiga meter dari sana begitu melihat ada Kakek Roland di tempat itu."Kakek?" gumamnya.Dari sana ia langsung merasa bahwa mungkin datang ke sana hanya untuk menjemputnya pergi.Rivanto dengan cepat langsung menyeru begitu melihatnya anaknya itu datang. "Ayo buka pintunya, Nak! Ini Papa mau ketemu sama kamu!" ujarnya.Namun, hati Nara tidak dapat dibohongi. Hatinya seolah mengatakan bahwa mereka memang bermaksud untuk menjemputnya."Benar. Kami mau ketemu sama kamu!" sahut Kakek Roland, membenarkan perkataan Rivanto."Masa kamu tega membiarkan kami terus berada di sini, kamu tidak lihat juga keadaan panas begini!" ujar Rivanto.Di sini Nar

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 119 Cara Elegan Menghadapi Mereka

    "Bi Sumi!" serunya dengan lembut.Tanpa menunggu lama, Suminah datang dengan tubuh agak membungkuk sopan. Ia bertanya. "Iya, Nyonya muda, saya di sini.""Tolong buatkan minuman sama bawakan camilan, ya!" pintanya. "Baik, Nyonya muda, segera saya laksanakan."Suminah pun bergegas menuju dapur. Ia melakukan apa yang dipinta oleh Nara dan itu tidak memerlukan waktu lama. Suminah datang dengan membawa minuman serta camilan di atas nampan perak.Nara mengambil nampan itu dari tangan Suminah. Ia sendiri yang menatanya di atas meja sana."Silakan dinikmati camilan sama minumannya!" ujar Nara dengan ramah kepada Rivanto dan Kakek Roland.Karena merasa haus, Rivanto pun langsung mengambil gelas minuman rasa jeruk yang ada di hadapannya. Ia meneguknya sampai tersisa seperempatnya."Bibi boleh kembali. Kalau perlu sesuatu, nanti saya akan panggil," katanya ketika melihat Suminah yang berdiri di sana sembari menunggu perintah selanjutnya.Tetapi, setelah mendapat kepastian itu, Suminah pun kemu

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 120 Tanda-tanda Kecil

    Reyhan tidak menyangka jika ternyata Ardhan membawanya ke rumah Reyhan itu sendiri.Ardhan menepikan mobilnya di depan rumah dan langsung membawanya ke sebuah rumah mewah milik Reyhan.Reyhan langsung melongo begitu melihat huniannya yang dapat ia lihat kembali. "Apa maksudmu dengan membawaku ke sini?""Bawa dia ke dalam!" Kedua bodyguard itu memapahnya dari dua sisi ke dalam rumah tersebut."Jaga dia di sana! Kurung di kamarnya!" perintah Ardhan.Kini, Ardhan ingin fokus menyelesaikan masalahnya satu persatu. Walaupun dirinya sempat kecewa dengan apa yang dilakukan Adik sepupunya, tetapi ia pun masih berperikemanusiaan ketika melihat Adik sepupunya sakit.Setelah menaruh Reyhan di dalam kamarnya, kedua bodyguard itu dengan cepat langsung kembali. Saat itu, Ardhan sedang menyalakan mesin mobilnya. "Tuan, kami sudah menaruhnya di kamarnya. Kamarnya pun sudah kami kunci."Nafas mereka tampak terengah-engah. "Lalu, hal apa lagi yang harus kami lakukan?" lanjut salah seorang bodyguard i

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 121 Hadiah Kecil Untuk Istri Tercinta

    Melihat Nara yang sedang terbaring di tempat tidur, itu membuat Ardhan segera menghampirinya. Ia menaruh sembarangan barang yang baru dibelinya, lalu duduk di samping Nara."Kamu kenapa, Ra? Kalau kamu lagi sakit, harusnya kamu bilang, jangan cuma nunggu saya pulang!" Ardhan mengomeli Nara karena rasa khawatirnya yang tak terbendung.Nara yang melihat Ardhan tampak begitu mencemaskan dirinya membuatnya senang karena ternyata ada rasa peduli yang dihadirkan untuknya. Ia tersenyum sembari memegang pipi Ardhan."Mas, aku tidak apa-apa, kok. Semuanya akan baik-baik saja.""Terus, kenapa kamu mual-mual? Apa kamu salah konsumsi makanan?" "Saya tidak tahu," sahut Nara sembari menggelengkan kepala. "Tapi, saya ingin mengetahui sesuatu."Ardhan mengernyitkan dahi penuh tanya.Nara menoleh ke arah wadah plastik yang baru saja dibawa Ardhan kala itu. "Tapi sebelumnya saya mau lihat dulu isi kantont plastik itu?"Ardhan menoleh ke belakang. Ia pun langsung mengambilkannya untuk Nara. Plastik it

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 162 Pengungkapan Rasa (TAMAT)

    "Papa mau ketemu dengan istriku. Apa dia ada di sini?" tanya Rivanto."Ada, Pa. Tunggu sebentar biar saya panggilkan dulu!" sahut Ardhan sembari bangkit dari duduknya.Ardhan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia membuka pintu itu perlahan. Rupanya, di depan pintu sana sudah ada Nara yang tampak khawatir sekaligus penasaran dengan pembicaraan antara Ardhan dengan Rivanto -- Ayahnya."Bagaimana kondisinya sekarang, Nak?" tanya Verra dengan antusias."Dia bicarakan soal apa sama kamu, Mas?" tanya Nara dengan serius.Ardhan pun perlahan menjawabnya satu persatu."Ma, katanya Papa mau ketemu."Tanpa mendengarkan kalimat lanjutan dari Ardhan, Verra pun bergegas masuk untuk melihatnya.Nara menarik tangan Ardhan dan mengajaknya untuk bicara sambil duduk di kursi tunggu itu."Mas, ceritakan sama saya, apa yang Papa katakan sama kamu. Dia tidak mengatakan hal yang aneh-aneh, 'kan?"Ardhan tersenyum senang. Ia menatap lekat-lekat sepasang mata Nara."Papamu sepertinya sudah sanga

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 161 Indahnya Perdamaian

    Kakek Roland yang yang menyaksikan Verra terduduk lemas di lantai pun bergegas menghampiri."Ada apa? Kenapa?" tanyanya dengan santai. Verra merasa kesal. Dalam hati ia menggerutu sembari menatap wajah Kakek Roland yang penuh ambisi itu.'Kalau bukan karenamu, dia pasti tidak akan mengalami ini? Kenapa dia memiliki Ayah seperti dirimu?' Hidungnya berkerut dengan tangan mengepal di lantai.Air mata itu disekanya dengan tangan. Ia memegang ujung meja dan berusaja bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha bangkit untuk pergi menemuinya suaminya yang terbaring di rumah sakit."Kenapa malah diam saja? Beritahu aku kenapa? Ada apa ini?"Verra menoleh. "Suamiku mengalami kecelakaan!" jawabnya ketus.Alih-alih peduli dengan Rivanto, Kakek Heraldo yang mengetahui musibah ini malah menyalahkan Ardhan atas apa yang terjadi."Ini semua karena pria itu! Kalau saja tidak membawa Nara pergi, pasti suamimu tidak akan menyusul mereka sampai mengalami kecelakaan

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 160 Cinta Suami Yang Tulus

    Setelah suara kecelakaan itu terdengar sangat nyaring, orang-orang yang berseliweran di sana pun langsung terhenti dan menghampiri korban kecelakaan. Terutama mereka berkerumun hingga membentuk lingkaran sembari melihat kondisi Rivanto yang jauh lebih parah dibanding yang mengemudikan mobil.Darah bercucuran dengan banyak robekan pada kulitnya yang membuat orang-orang bersimpati. Tetapi, untungnya dengan gesit ada salah seorang di antara mereka yang langsung menghubungi ambulance."Mas, ayo kita lihat!" ajak Nara dengan antusias.Tanpa menyahut, Ardhan keluar dari mobil itu untuk mengikuti keinginan Nara. Dirinya akan mengusahakan apapun yang Nara inginkan, asalkan itu masih dalam batas wajar.Nara dengan cepat langsung berjalan memasuki kerumunan untuk melihat korbannya. Begitu melihatnya dengan jelas di depan mata. Sontak, tubuh Nara lemas dengan air mata mengalir deras melihat Ayahnya yang dalam keadaan tak berdaya.Ardhan yang mendengar suara tangisan Nara itu segera menghampiri

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 159 Entah Karma atau Apa?

    Tanpa mempedulikan apapun lagi, Nara berlari keluar dari rumah itu. Di susul oleh Ardhan yang melihat istrinya tengah dilanda kekecewaan yang mendalam.Rivanto yang tidak mau Nara benar-benar pergi sampai tidak bisa lagi ia temui pun membuatnya bergegas menyusul. Nara sudah memasuki mobil, begitu juga dengan Ardhan yang terus mengikuti istrinya, karena dirinya tidak mau jika sampai terjadi sesuatu kepada Nara tanpa sepengetahuan dari dirinya."Mas, tolong cepat jalankan mobilnya! Saya tidak mau kalau mereka mengejar saya dan tidak membiarkan saya menemui Mas lagi!" pinta Nara dengan gelisah.Rasa yang semakin tidak karuan membuat Nara seakan ingin menyalakan mobil itu sendiri. Tetapi, sayangnya yang saat itu menyetir adalah Ardhan.Begitu selesai menyalakan mesin mobil, Ardhan langsung tancap gas pergi. Bukan maksud Ardhan membuat Nara durhaka kepada orang tuanya, hanya saja ia juga tidak rela jika melihat Nara tersiksa. Terlebih lagi keadaan istrinya sedang hamil muda."Saya tahu ka

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 158 Bersama Melawan Badai

    Rico yang ada di luar rumah itu hanya menyimak. Dirinya sama sekali tidak berani ikut campur atas masalah keluarga majikannya."Pokoknya aku tidak setuju! Aku cuma mau Nara menikah dengan pilihanku!" Kakek Heraldo tetap menentang pilihan Nara. "Kamu tahu 'kan Kendra itu seperti apa orangnya? Dia itu anak yang baik dan lebih terpandang! Berasal dari lulusan ternama di luar negeri! Lalu, suamimu apa kelebihannya? Dia belum tentu sehebat Kendra!" sanjung Kakek Roland untuk Kendra di depan Nara, Rivanto dan Verra.Verra yang merasa hanya seorang wanita tidak berani membantah ataupun angkat bicara. Ia hanya terdiam ketika Ayah mertuanya cukup membuatnya geram."Kek! Kenapa Kakek ikut campur dengan urusan pernikahan aku? Tidak bisalah membiarkan aku bahagia dengan pilihanku? Aku mencintai Mas Ardhan, aku juga tidak mau kehilangan dia! Apapun keputusan Kakek, Kakek tidak bisa semena-mena mengatur hidupku! Aku ini juga manusia, bukan piala bergilir yang dapat dengan bebas diperebutkan oleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 157 Manusia Pengacau

    Nara memegang perutnya, lalu ia mengelus-elusnya secara perlahan. Rivanto terdiam, ia terus memperhatikan anaknya yang bertingkah aneh baginya."Kamu .... Jangan hilang kamu ....?" Rivanto mulai menduganya. Tetapi, ia belum berani untuk mengatakan hal tersebut."Benar, Pa. Papa tidak salah lagi kalau mengira aku lagi hamil. Sekarang ini aku memang lagi mengandung janin dari Mas Ardhan. Setelah tahu ini, aku harap Papa tidak lagi memikirkan dendam lama Papa. Aku hanya ingin keluarga kita tenang dan damai!" tutur Nara dengan lirih. Nada bicaranya sudah terdengar pasrah. Nara hanya mengusahakan, agar dirinya menjadi tenang. "Tidak Nara! Papa 'kan sudah memperingatkanmu supaya jangan sampai hamil anaknya!"Verra yang tak sengaja mendengar kabar kehamilan Nara itu langsung mendekat dan duduk di samping Nara. "Benarkah, Nak?" Berbeda dengan Rivanto yang kecewa karena Nara mengandung anak Ardhan, Verra malah tampak senang karena dirinya akan memiliki cucu. Sudah sekian lama ia menantikan k

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 156 Usaha Untuk Pembebasan

    "Bagaimana kalau saya pergi ke rumahmu sekarang untuk membuktikan?" tanya Budiman. Ia tidak sabar untuk membuktikan apa yang sempat Ardhan katakan kepadanya."Baik. Kita pergi sekarang!" Budiman dan Ardhan pun berjalan beriringan menuju lift. Mereka keluar dari lift ketika sudah sampai di lantai paling bawah dan lanjut menuju tempat parkir.Sementara Ardhan dan Budiman perjalanan menuju ke rumah, Nara yang sudah sekitar tiga menit yang lalu pergi. Ia berusaha fokus dan terkadang agak menaikkan kemudi mobilnya, karena ia bepergian tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Ardhan.Ardhan tidak tahu jika Nara sedang pergi. Ia hanya berpikir bahwa Nara beristirahat di rumah.Di jalanan, mobil Ardhan dan Budiman kadang berdampingan karena jalanan sedang tidak begitu ramai. Tetapi, kadang juga Ardhan menyusul dan Budiman hanya mengikuti di belakang mobil Ardhan.10 menit lengang.Ardhan sampai di rumahnya. Mereka menepikan mobilnya masing-masing di halaman rumah itu. Perlahan, Ardhan menu

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 155 Memberitahu

    "Saya serahkan sisanya kepada Anda, Pak! Kalau begitu saya permisi!" ungkap Ardhan. Ia pun melangkah keluar dari sana menuju mobil. Kini, waktunya ia pergi ke kantor karena proyek yang sebelumnya belum selesai.Namun, Nara yang dalam keadaan hamil dan tidak pergi ke kantor pun membuatnya hanya sendirian saja.Setibanya di kantor ....Di kantor itu, sudah ada Budiman -- kliennya yang selalu menginginkan kehadiran Nara di kantor itu."Selamat siang, Pak. Tadi ada klien kita yang ingin bertemu!" ungkap salah seorang karyawan kantor yang mendapat titipan pesan lisan dari Budiman."Baiklah." Ardhan melihat ke sekitar. "Tapi sekarang dia ada di mana?" tanya Ardhan. "Ada di ruang rapat.""Baik, terima kasih."Ardhan pun melanjutkan langkah kakinya untuk menaiki lift yang sebelumnya hendak ia naiki, namun sempat sedikit terganggu oleh karyawan itu.Selama di dalam lift, Ardhan hanya terdiam dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.Ting! Pintu lift terbuka.Ardhan keluar dari san

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 154 Demi Sebuah Keadilan

    Hari berganti, Ardhan kembali melanjutkan rencananya. Kini, ia pergi kembali ke kantor polisi untuk menyerahkan rekaman untuk memperkuat bukti yang ada. Dirinya tidak mau membuang-buang waktu dan menunggu lebih lama lagi. Ia mengemudikan mobilnya lebih cepat, hingga tak lama kemudian sampai di tempat tujuannya.Tak lama dari itu, telepon dari Rico masuk. Ia pun lekas menjawabnya.[Tuan, orangnya sudah berhasil ditemukan!]Atas kecerdikan ajudan pribadinya, Rico dapat membawa pria itu ke hadapan Ardhan. Pria itu tidak menyadari jika dirinya sedang dicari, sehingga tidak menyembunyikan dirinya.[Bawa dia ke kantor polisi!]Ardhan memerintahkan itu sewaktu dirinya berada di kantor polisi sendirian. Ia duduk sebentar dan hatinya seolah mengatakan untuk tidak pergi terlebih dahulu.[Baik, Tuan!]Tuuutt. Panggilan berakhir.Ardhan kembali melanjutkan pembicaraannya dengan salah seorang polisi. "Pak, saya sudah memiliki bukti yang lebih kuat dari kemarin. Sekarang Anda tidak boleh berlama-

DMCA.com Protection Status