Semua Bab Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda: Bab 141 - Bab 150

162 Bab

Bab 141 Bahasa Cinta Yang Kudamba

Kini, tibalah mereka di rumah. Nara yang masih syok ketika mengingat boneka tadi membuatnya lebih banyak berdiam diri. Ardhan yang tidak tahu mengenai hal itu tetapi membuat Nara ketakutan, itu menimbulkan rasa tidak nyaman dalam hatinya."Ra, kita sudah sampai," ucap Ardhan.Nara melihat ke sekeliling. "Oh iya, Mas," sahut Nara.Ia membuka pintu mobil itu dan segera keluar dari sana. Ardhan pun ikut keluar. Tetapi, sebelum memasuki rumah, ia tidak lupa membawa barang belanjaannya tersebut.Nara menoleh, ia baru ingat dengan semua barang yang masih belum ia bawa. Saking takutnya dengan boneka yang sempat ia lihat, itu membuatnya melupakan sesuatu yang begitu ia inginkan."Mas, biar saya yang bantu bawa sedikit," ucap Nara.Tak lama dari itu, bodyguard yang ada di sana pun ikut menghampiri Ardhan. Melihat barang banyak dan berat, membuatnya tidak bisa diam begitu saja."Tuan, biar saya bantu bawakan semuanya!" ujarnya.Ardhan pun menyerahkan semua barang itu kepada bodyguard tersebut.
Baca selengkapnya

Bab 142 Cerita Masa Lalu

Awalnya Ardhan tidak setuju, tetapi bujukan Nara ini sangat manjur. Ardhan mau mendengarkan apa yang Nara katakan. Mereka pun akhirnya membagi itu tugas itu. Sampai akhirnya semuanya makanan sudah siap untuk disantap. Nara yang sudah tidak sabar untuk menikmati mangga tadi pun mulai melahapnya dengan sangat cepat."Hati-hati makannya, nanti tersedak!" ujar Ardhan mengingatkan. Aroma makanan itu sampai ke hidung para pekerja yang ada di rumah itu, bahkan kepada hidung Suminah yang tengah beristirahat di kamarnya.Namun, mereka hanya mencium tidak bisa sampai menikmatinya karena bukan siapa-siapa di rumah itu."Tumben sekali tercium aroma seperti ini," gumam Suminah.Rupanya, di dalam kamar, Kakek Heraldo yang sedang tidur pun mencium aroma itu.Ketika Nara dan Ardhan pergi berbelanja, Kakek Heraldo datang. Tetapi, karena mereka sedang tidak ada di rumah. Akhirnya, Kakek Heraldo pun memilih istirahat di kamar yang biasa ditempatinya sampai tidak terasa dan tertidur.Kini, aroma yang
Baca selengkapnya

Bab 143 Selalu Bersama dan Tak Mau Terpisah

Hari telah berganti. Perut kenyang membuat Nara tidur pulas. Sampai ia terbangun dan melihat suaminya yang tampak sudah siap pergi."Kamu sudah bangun, Mas?" ucap Nara sembari mengucek matanya yang masih agak rapat karena rasanya memang masih ingin tidur. Rasa kantuknya belum hilang. Entah karena bawaan kehamilan atau apa, yang jelas Nara merasakan perubahan yang berbeda dalam dirinya."Kalau kamu mengantuk tidak apa-apa, kamu tidur lagi saja!" sahut Ardhan sembari mengancingkan lengan pada kemeja yang dipakainya pagi itu.Nara tidak bisa tidur lagi. Ia juga tidak bisa membiarkan Ardhan pergi tanpa sarapan."Saya sudah selesai tidurnya. Harusnya tadi Mas bangunkan saya, supaya saya bisa menyiapkan semuanya buat Mas," ujar Nara yang sedikit kesal akal hal itu.Namun, Ardhan tidak berani membangunkan istrinya. Ia hanya ingin melihat istrinya istirahat dengan nyaman tanpa memikirkan sesuatu yang tidak penting.Nara berjalan ke kamar mandi. Ia mencuci muka dan gosok gigi. Setelah itu, ia
Baca selengkapnya

Bab 144 Melakukan Pemeriksaan

"Jangan pulang duluan, ya. Nanti saya jemput kamu lagi ke sini!" seru Ardhan ketika Nara sudah berada di luar dan berjalan memasuki rumah sakit itu."Iya, Mas!" sahut Nara sembari melambaikan tangannya ke arah Ardhan. Ia memutar tubuhnya dan melanjutkan langkah kakinya kembali.Selepas melihat Nara sudah masuk ke rumah sakit itu. Ia tancap gas pergi untuk melanjutkan rencananya pergi ke rumah sakit yang berbeda dengan yang Nara kunjungi.Sementara itu, Kakek Heraldo mencoba berjalan-jalan di halaman rumah. Ia ingin melihat kondisi belakang rumah yang sudah tidak ia lihat. Namun....Suara aneh terdengar dari dalam pavilliun, ia juga mendengar tanda-tanda seperti ada orang. Dengan cepat, ia bergerak melangkah ke sana. Berjalan mengendap-endap untuk memastikannya. Kriieettt! Kakek Heraldo membuka pintu pavilliun itu secara perlahan."Tuan besar!" seru bodyguard yang berjaga dengan kaget. Matanya membelalak dengan tubuh mematung karena bingung apa yang harus dikatakannya jika sampai memp
Baca selengkapnya

Bab 145 Tentang Kejujuran Perasaan

Memeriksa kandungan sudah selesai. Ardhan dan Nara pun kemudian memasuki mobil itu untuk pulang. "Saya akan mengantarmu pulang dulu!" ujar Ardhan.Sebetulnya, Nara merasa ingin pergi ke rumah orang tuanya. Ia sangat ingin membicarakan sesuatu mengenai pernikahan yang akan diselenggarakan oleh Kakek Roland."Aku tidak ingin menikah dengan pria itu. Bagaimana cara agar pernikahan yang tidak aku inginkan itu bisa gagal?" batin Nara. Matanya tampak melamun memikirkan hal tersebut.Nara masih memikirkan hal itu karena dirinya memang merasa tidak nyaman akan paksaan tersebut. "Mas ...!" seru Nara dengan nada agak pelan.Ardhan tak kunjung menoleh. Ia masih terdiam. Ardhan memang tengah memikirkan hasil pemeriksaan kesuburan dirinya yang belum sempat ia lihat.Sebelumnya ada niatnya untuk melihatnya sebentar, tetapi ia lebih ingin menemui Nara terlebih dahulu di rumah sakit."Kenapa dia tidak menyahut? Apa marah lagi? Tapi tadi dia baik-baik saja!" gumam Nara.Untuk kedua kalinya, Nara men
Baca selengkapnya

Bab 146 Kepastian Membuat Bahagia

Kini, mereka telah sampai di rumah. Ardhan yang sangat penasaran dengan hasilnya pun buru-buru pergi. "Mas Ardhan kenapa buru-buru begitu, ada apa ini?" gumam Nara, ketika melihat suaminya berjalan cepat memasuki rumah. Sedangkan Nara, ia masih di mobil dengan kebingungan terhadap suaminya.Ardhan memang membuat Nara merasa ada sesuatu hal yang aneh. Tetapi, masalah yang akhir-akhir ini terjadi pun Nara sadari bahwa pasti sangat merepotkan."Ardhan, kenapa kamu buru-buru begitu? Mana istri kamu?" seru dari arah samping secara tiba-tiba membuat Ardhan menghentikan langkah kakinya sejenak.Kakek Heraldo mendekati Ardhan dengan membawa rasa penasaran dalam benaknya. "Kamu kenapa buru-buru?" tanyanya sekali lagi dengan serius.Pada saat yang sama, Nara datang. Suara langkah kaki itu membuat Ardhan menoleh dan terdiam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Kakek Heraldo, karena sejak awal pun ia tidak ingin jika hal tersebut diketahui oleh Nara."Mas, kamu kenapa?" tanya Nara seraya mendekat.
Baca selengkapnya

Bab 147 Ketika Kejahatan Menciptakan Ketakutan

Keesokan harinya ....Ardhan diam-diam keluar dari rumah itu lebih pagi daripada biasanya. Ia bahkan pergi tanpa diketahui oleh Nara sama sekali. Sengaja ia begitu karena ingin menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa membebani siapapun, termasuk istrinya sendiri."Mas Ardhan pergi ke mana? Kenapa tidak ada?" gumam Nara begitu dirinya bangun dan melihat di sekeliling kamar. Ia juga turun ke lantai bawah untuk mencari keberadaannya.Rupanya, Ardhan pergi ke pavilliun untuk menemui dua wanita yang masih ia tawan. Sebelum melaporkan atas segala kejahatannya, Ardhan ingin mengambil bukti rekaman yang menyatakan bahwa Valencia mengaku segala kejahatan yang dilakukannya terhadap Nara.Di lantai bawah, Nara terus mondar-mandir sembari menggigit kuku. Ia memikirkan suaminya yang pergi begitu saja tanpa izin kepadanya. Biasanya, mau pergi ke manapun selalu bilang."Kamu sebenarnya ke mana, Mas?" gumam Nara.Ardhan yang kini berada di pavilliun itu terus mencoba menginterogasi para tawanannya. I
Baca selengkapnya

Bab 148 Jadilah Baik Jika Hukuman Menakutkan Bagimu

Valencia berada dalam ketakutan, padahal bodyguard Ardhan pun belum melakukan apapun kepadanya. Tetapi, rupanya gertakan itu membuat Valencia terpaksa mengatakan hal yang sejujurnya. "Baiklah, baik! Aku mengaku! ...."Ardhan yang semula melihat ke arah jendela pun langsung memutar setengah tubuhnya ke arah Valencia.Matanya menatap Ardhan dengan ketakutan. Tetapi, mulut itu seakan sulit untuk mengatakannya. Seolah terkunci karena di sisi lain ia juga takut apabila harus mengendap dalam penjara."Aku melakukan itu karena aku menginginkanmu. Kamu tidak pernah memandang ke arahku karena wanita itu saja yang selalu ada dalam pikiranmu. Aku mencintaimu. Kapan kamu akan membalas cintaku? Oh iya, Mamaku juga sudah sangat setuju untuk menikahkan aku denganmu. Tidak apa-apa aku menjadi yang kedua, asalkan kamu mau menikah sama aku!" tutur Valencia. Ia berbicara seolah tidak peduli dengan resiko yang telah diucapkannya tersebut."Jangan bodoh! Saya tidak mungkin menikahi wanita lain, setelah s
Baca selengkapnya

Bab 149 Mengambil Keputusan

Tini semakin tidak terima ketika mendengar Valencia dengan renyahnya menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi."Kau 'kan yang melakukan aksi untuk membuat Nara tidak sadarkan diri? Lalu, kenapa malah menyalahkan aku atas semuanya! Kau licik sekali! Bersikap dan menuduh seenaknya seolah akulah penjahatnya di sini!" tutur Tini dengan penuh rasa kesal di matanya.Tini semakin kesal dengan Valencia. Wanita yang awalnya teman baik pun kini menjadi renggang, bahkan mungkin Tini sudah malas untuk berteman dengan orang munafik dan licik seperti Valencia."Tapi, aku cuma melakukan bagianku saja! Bagianmu yang paling banyak!" balasnya, membuat suasana semakin memanas.Ardhan yang sudah tak mau mendengar alasan apapun lagi. Mereka yang terlalu berisik, membuatnya tidak sabar ingin memberikan hukuman yang layak untuk keduanya."Pak Ardhan, tolong saya! Saya tidak ingin dipenjara karena masih punya adik yang harus saya rawat. Tanpa saya, dia pasti bingung karena tidak ada yang merawatnya,"
Baca selengkapnya

Bab 150 Berpikirlah Positif Demi Ketenangan

Ting! Sebuah pesan masuk. Suara ringan itu membuat Ardhan terkesiap untuk mengambil ponselnya yang ada dalam saku celananya tersebut. "Siapa ini?" batin Ardhan ketika merogoh saku celananya.Setelah melihat bahwa itu pesan dari Nara, Ardhan pun langsung membukanya. [ Mas, kamu sekarang di mana? ]Ardhan hanya membacanya sebentar dan menaruh ponsel itu di sampingnya. Ia tidak langsung membalasnya karena dirinya yang masih ada di jalan.Ia mempercepat kemudi mobilnya. Dirinya tidak tahu bahwa Nara sedang menunggu balasan pesan darinya. Namun, ia pun tidak bisa menghentikan mobilnya di jalan begitu saja. Karena keinginannya adalah agar masalah yang dihadapinya ini selesai."Semoga dia mengerti," batin Ardhan.Nara yang ada di kamar pun terus mondar-mandir sembari menunggu balasan pesan dari suaminya. Tak hanya itu, balasan yang tak kunjung datang itu membuatnya tidak tenang dan menjadi lebih sering mengecek ponselnya.Namun, sudah lima menit berlalu pun ia tak kunjung mendapat notifi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status