Share

Bab 109 Penjelasan Ringan

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya jelas tidak tahu-lah, Mas. Kalau saya tahu dia berbuat begitu, mana mungkin saya datang ke sana. Walaupun waktu itu saya ...."

"Waktu itu kenapa?" tanya Ardhan dengan antusias.

"Saya sempat memilih untuk tidak memasuki tempat karaoke itu karena perasaan saya tidak nyaman."

"Kamu begitu, lalu kenapa kamu malah masuk?!"

Ardhan menepuk jidat tidak percaya dengan apa yang didengarnya ini. Ia sungguh tidak menyangka jika istrinya sepolos itu sampai dengan mudahnya tertipu rayuan orang lain.

"Saya 'kan sudah bilang kalau rasa tidak enak ini tiba-tiba muncul lagi. Jadi, saya tidak bisa menolaknya," ungkap Nara, jujur kembali dengan alasan yang sama.

Ardhan tidak bisa memarahi Nara, karena ia sendiri pun merasa bersalah sebab hari itu ia mengabaikan Nara. Padahal, ia sendiri tahu bahwa istrinya ini tidak membawa kendaraan ke kantor.

"Lanjutkan ceritanya ...."

Nara menghela nafas sejenak. Lalu, setelah itu melanjutkan cerita yang sempat terpotong dengan sebuah perdebatan kecil dengan Ardha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 110 Kembali Harmonis

    Mereka terus berbincang sampai pada akhirnya Ardhan berpikir sendiri dan berencana untuk menyelidiki orang dibalik pencemaran nama baik Nara ini."Mas, tapi kamu juga jangan terlalu kesal dengan pria yang waktu itu ke rumah orang tua saya. Soalnya dia yang nolong. "Ardhan tidak percaya dengan itu. Alih-alih mereda, ia malah semakin kesal karena Nara membicarakan pria lain. Walau yang dibicarakan itu bukan sesuatu yang terdengar spesial. Tetapi, tetap saja Ardhan merasa tidak terima."Dibanding saya, orang itu tidak ada apa-apanya sama sekali. Saya yakin, dia punya maksud terselubung yang mungkin saja maksudnya buruk!" Ardhan berusaha membanggakan dirinya di depan Nara. Dirinya tidak mau kalah begitu saja dari pria yang tampaknya akan dijodohkan dengan istrinya itu."Jangan suka berprasangka buruk, Mas," ucap Nara, mengingatkan. "Dan jangan terlalu polos kalau jadi orang! Karena kamu yang begini ini, jadinya kena tipu. Kamu dibohongi orang!"Tak terasa mereka sudah berbicara banyak

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 111 Karena Maksud Tertentu

    Tok Tok Tok! Suara ketukan pintu kembali terdengar di rumah Rivanto. Menciptakan rasa penasaran dalam benak penghuni rumah."Ma, buka pintunya, siapa tahu orang penting!" pinta Rivanto kepada Verra.Kakek Roland yang sementara waktu tinggal di sana pun semakin penasaran."Iya, Pa," sahut Verra. Ia beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu depan.Kriiieeet! Verra membuka pintu itu perlahan.Dilihatnya Kendra yang ternyata pagi-pagi datang ke sana. "Ada apa lagi dia datang ke sini?" batin Verra sembari memandangi sosok yang ada di hadapannya tersebut."Boleh saya masuk, Tante?" tanya Kendra dengan wajah ramah. Bibirnya tersenyum dan seolah memperlihatkan harapan agar diperbolehkan memasuki rumah itu. "Ya, silakan," sahut Verra sembari tersenyum simpul. Ia memberi jalan kepada Kendra untuk masuk ke dalam rumahnya.Di ruang makan, Rivanto bergegas menuju ruang tamu. Kendra yang melihat Rivanto berjalan ke arahnya, ia segera menghampiri."Selamat pagi, Om," ucapnya sa

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 112 Hikmah Setelah Diberi Masalah

    "Kamu lagi masak apa, Ra?" tanya Ardhan ketika sampai di dapur untuk menyusul Nara.Hubungan mereka yang mulai kembali membaik pun membuat Nara dan Ardhan merasa tenang. Rupanya, masalah yang datang kemarin-kemarin itu kini membuat hubungan mereka menjadi lebih kuat. Keduanya menjadi lebih terbuka dibanding sebelumnya."Saya lagi buatkan sarapan sekaligus buat nanti kamu makan siang, Mas," sahut Nara sembari menoleh ke arah Ardhan.Ketika itu, Nara hanya mengenakan baju tidur warna merah dengan rambut yang masih terurai. Ardhan memperhatikan Nara dari belakang. Ia melihat Nara yang berkali-kali pula membetulkan rambutnya yang menghalangi dirinya saat sedang memasak. Hingga, Ardhan melihat sebuah karet yang kemudian ia ambil. Lalu, ia menghampiri Nara dan langsung mengambil rambutnya secara perlahan.Deg Deg Deg!Jantungnya berdebar kencang, Nara yang awalnya sedang mengaduk makanan pun langsung terdiam. Ia melirik sedikit ke belakang dengan tubuh mematung."Kenapa dia jadi romanti

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 113 Aku Siap Memanjakanmu

    Sampai akhirnya Nara selesai membuatkan Ardhan bekal makan siang. Ia pun baru duduk di kursi yang tersedia. "Mas, saya baru ingat juga ada yang mau saya katakan sama kamu." Nara memasang wajah serius.Begitu pula dengan Ardhan. "Saya juga mau menanyakan sesuatu sama kamu.""Kalau begitu, kamu saja, Mas."Ardhan merasa penasaran dengan apa yang akan Nara katakan, sehingga menurutnya lebih baik jika Nara yang mengatakannya lebih dulu."Tidak, lebih baik kamu saja dulu. Biar saya nanti setelah kamu."'Memangnya apa yang sebenarnya mau dia tanyakan? Apa itu sesuatu yang kurang penting? Kenapa malah membiarkan sesuatu dulu?!' Nara terus memandangi wajah Ardhan sembari memikirkan itu. Tetapi, karena harus segera mengatakannya. Akhirnya, Nara pun menceritakannya. "Memangnya tidak apa-apa kalau saya dulu? Siapa tahu pertanyaan Mas jauh lebih penting dibanding saya," ungkap Nara.Ardhan tersenyum tipis. "Sebenarnya cukup penting. Tapi, saya juga penasaran sama pertanyaan kamu." "Ya sudah,

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 114 Jadilah Baik Kepada Siapapun

    Kendra terus mencoba menghubungi nomor telepon yang telah diberikan oleh Rivanto. Tetapi, panggilannya selalu tak terjawab. "Kenapa wanita itu tidak mau menjawabnya?!" umpat Kendra sembari terus mencoba mengemudi.Namun, hal itu terus terulang. Ingin bertemu Nara, tetapi dirinya tidak tahu harus mencari ke mana wanita itu.Sementara itu, Ardhan yang kini sudah siap untuk bekerja pun mulai berpamitan kepada Nara. "Mas, jangan lupa makan siangnya dimakan!" ujar Nara."Iya~," sahutnya dengan lembut.Perlahan, Ardhan memasuki mobilnya dengan membawa bekal makanan miliknya."Kamu hati-hati di rumah, jangan pergi sendirian! Kalau mau pergi, kamu harus dengan seseorang yang bisa dipercaya!" "Iya, Mas~!" sahutnya sembari melambaikan tangan kanannya begitu melihat Ardhan yang mulai menjalankan mobilnya tersebut.Setelah melihat suaminya pergi, Nara pun memasuki rumah kembali. Kini, ia mulai merasa bosan karena harus berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun."Sebaiknya aku mandi dulu,"

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 115 Yang Selalu Aman

    "Sebenarnya siapa nomor baru ini? Kenapa terus menelepon? Apa aku jawab saja?" gumam Valencia ketika Kendra terus menghubungi nomor Nara.Ketika telepon itu kembali masuk, Valencia pun menerima panggilan telepon itu. Ia tidak berbicara, tetapi hanya mendengarkan untuk memastikannya saja.[Halo, Nara?]Satu kalimat singkat yang terlontar keluar dan terdengar oleh Valencia. Ia mengangkat salah satu alisnya penuh tanya. "Tapi seperti bukan suara Ardhan!" batinnya.Sekali lagi mencoba untuk mendengarkan.[Nara? Apa--...?]Sampai Kendra baru ingat jika Nara pernah mengatakan bahwa ponselnya hilang. Ketika itu Nara berbicara kepadanya di hotel."Kenapa orang ini tidak lanjut bicara?" batin Valencia penuh tanya.Setelah sadar bahwa itu bukan Nara, Kendra pun langsung mematikan teleponnya. Sementara itu, di dapur, Nara yang baru selesai memasak pun langsung membagi makanannya dengan Suminah."Bi, temani saya makan, ya!" ajaknya. "Tidak usah, Nyonya muda. Saya cuma mau bantu-bantu sedikit sa

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 116 Tertawalah Sebelum Menangisi

    Tini melangkah pergi dengan wajah kesal karena diabaikan. Tetapi, di sisi lain dirinya merasa senang karena ternyata Nara tidak bersama Ardhan."Apa mungkin dia dibawa kabur oleh pria itu?" gumamnya sembari berpikir.Tetapi, yang pasti, saat ini ia berpikir untuk mengabarkan sesuatu kepada Valencia.Valencia yang saat itu sedang bersantai ria dengan Sarah pun kemudian menerima panggilan telepon itu tanpa berpikir apa-apa lagi. Hatinya merasa sangat penasaran ingin mengetahui kabar Nara saat ini.[Bagaimana? Apa kau melihatnya?] Valencia berbicara dengan nada pelan. Sarah yang ada di hadapannya hanya diam sembari menyantap makanan yang ada di meja kala itu.[Dia tidak ada bersamanya. Mungkin, Nara sedang dengan pria yang waktu itu.] Tini mengatakan hal itu dengan nada berbisik dan pandangan celinguk-celinguk ke sana kemari. Memastikan bahwa tidak ada yang mendengarkannya bicara.Valencia yang mendengar kabar itu langsung kegirangan.[Bagus. Aku sangat suka ini. Sekarang sudah dulu, na

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 117 Balasan Atas Kejahatan

    Pada sore harinya, Tini tampak senang karena hari ini ia berpikir bahwa pasti akan mendapat bayaran tambahan dari Valencia setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi ....Seseorang dari belakang membekap mulutnya, menggusurnya ke dalam mobil hitam.Walaupun meminta tolong, tetapi semuanya percuma. Orang itu melakukannya secepat kilat. Tak hanya itu, Tini pun diikat dengan sebuah tali hingga tak dapat berbuat apa-apa lagi selain pasrah dengan orang tersebut.Wajahnya tidak terlihat jelas, sebab ia mengenakan pakaian serba hitam yang sangat tertutup sekali."Siapa kamu berani sekali memaksaku seperti ini?!" teriaknya dalam mobil sembari terus berontak. Ia meronta-ronta meminta untuk dilepaskan.Namun, pria itu hanya diam sembari terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.Sampai tak lama kemudian ia sampai di suatu tempat. Dua orang pria yang berpenampilan layaknya bodyguard mendekat dan langsung membawanya masuk ke dalam sebuah gudang."Lepaskan!!!" teriaknya.Namun, tidak ad

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 162 Pengungkapan Rasa (TAMAT)

    "Papa mau ketemu dengan istriku. Apa dia ada di sini?" tanya Rivanto."Ada, Pa. Tunggu sebentar biar saya panggilkan dulu!" sahut Ardhan sembari bangkit dari duduknya.Ardhan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia membuka pintu itu perlahan. Rupanya, di depan pintu sana sudah ada Nara yang tampak khawatir sekaligus penasaran dengan pembicaraan antara Ardhan dengan Rivanto -- Ayahnya."Bagaimana kondisinya sekarang, Nak?" tanya Verra dengan antusias."Dia bicarakan soal apa sama kamu, Mas?" tanya Nara dengan serius.Ardhan pun perlahan menjawabnya satu persatu."Ma, katanya Papa mau ketemu."Tanpa mendengarkan kalimat lanjutan dari Ardhan, Verra pun bergegas masuk untuk melihatnya.Nara menarik tangan Ardhan dan mengajaknya untuk bicara sambil duduk di kursi tunggu itu."Mas, ceritakan sama saya, apa yang Papa katakan sama kamu. Dia tidak mengatakan hal yang aneh-aneh, 'kan?"Ardhan tersenyum senang. Ia menatap lekat-lekat sepasang mata Nara."Papamu sepertinya sudah sanga

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 161 Indahnya Perdamaian

    Kakek Roland yang yang menyaksikan Verra terduduk lemas di lantai pun bergegas menghampiri."Ada apa? Kenapa?" tanyanya dengan santai. Verra merasa kesal. Dalam hati ia menggerutu sembari menatap wajah Kakek Roland yang penuh ambisi itu.'Kalau bukan karenamu, dia pasti tidak akan mengalami ini? Kenapa dia memiliki Ayah seperti dirimu?' Hidungnya berkerut dengan tangan mengepal di lantai.Air mata itu disekanya dengan tangan. Ia memegang ujung meja dan berusaja bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha bangkit untuk pergi menemuinya suaminya yang terbaring di rumah sakit."Kenapa malah diam saja? Beritahu aku kenapa? Ada apa ini?"Verra menoleh. "Suamiku mengalami kecelakaan!" jawabnya ketus.Alih-alih peduli dengan Rivanto, Kakek Heraldo yang mengetahui musibah ini malah menyalahkan Ardhan atas apa yang terjadi."Ini semua karena pria itu! Kalau saja tidak membawa Nara pergi, pasti suamimu tidak akan menyusul mereka sampai mengalami kecelakaan

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 160 Cinta Suami Yang Tulus

    Setelah suara kecelakaan itu terdengar sangat nyaring, orang-orang yang berseliweran di sana pun langsung terhenti dan menghampiri korban kecelakaan. Terutama mereka berkerumun hingga membentuk lingkaran sembari melihat kondisi Rivanto yang jauh lebih parah dibanding yang mengemudikan mobil.Darah bercucuran dengan banyak robekan pada kulitnya yang membuat orang-orang bersimpati. Tetapi, untungnya dengan gesit ada salah seorang di antara mereka yang langsung menghubungi ambulance."Mas, ayo kita lihat!" ajak Nara dengan antusias.Tanpa menyahut, Ardhan keluar dari mobil itu untuk mengikuti keinginan Nara. Dirinya akan mengusahakan apapun yang Nara inginkan, asalkan itu masih dalam batas wajar.Nara dengan cepat langsung berjalan memasuki kerumunan untuk melihat korbannya. Begitu melihatnya dengan jelas di depan mata. Sontak, tubuh Nara lemas dengan air mata mengalir deras melihat Ayahnya yang dalam keadaan tak berdaya.Ardhan yang mendengar suara tangisan Nara itu segera menghampiri

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 159 Entah Karma atau Apa?

    Tanpa mempedulikan apapun lagi, Nara berlari keluar dari rumah itu. Di susul oleh Ardhan yang melihat istrinya tengah dilanda kekecewaan yang mendalam.Rivanto yang tidak mau Nara benar-benar pergi sampai tidak bisa lagi ia temui pun membuatnya bergegas menyusul. Nara sudah memasuki mobil, begitu juga dengan Ardhan yang terus mengikuti istrinya, karena dirinya tidak mau jika sampai terjadi sesuatu kepada Nara tanpa sepengetahuan dari dirinya."Mas, tolong cepat jalankan mobilnya! Saya tidak mau kalau mereka mengejar saya dan tidak membiarkan saya menemui Mas lagi!" pinta Nara dengan gelisah.Rasa yang semakin tidak karuan membuat Nara seakan ingin menyalakan mobil itu sendiri. Tetapi, sayangnya yang saat itu menyetir adalah Ardhan.Begitu selesai menyalakan mesin mobil, Ardhan langsung tancap gas pergi. Bukan maksud Ardhan membuat Nara durhaka kepada orang tuanya, hanya saja ia juga tidak rela jika melihat Nara tersiksa. Terlebih lagi keadaan istrinya sedang hamil muda."Saya tahu ka

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 158 Bersama Melawan Badai

    Rico yang ada di luar rumah itu hanya menyimak. Dirinya sama sekali tidak berani ikut campur atas masalah keluarga majikannya."Pokoknya aku tidak setuju! Aku cuma mau Nara menikah dengan pilihanku!" Kakek Heraldo tetap menentang pilihan Nara. "Kamu tahu 'kan Kendra itu seperti apa orangnya? Dia itu anak yang baik dan lebih terpandang! Berasal dari lulusan ternama di luar negeri! Lalu, suamimu apa kelebihannya? Dia belum tentu sehebat Kendra!" sanjung Kakek Roland untuk Kendra di depan Nara, Rivanto dan Verra.Verra yang merasa hanya seorang wanita tidak berani membantah ataupun angkat bicara. Ia hanya terdiam ketika Ayah mertuanya cukup membuatnya geram."Kek! Kenapa Kakek ikut campur dengan urusan pernikahan aku? Tidak bisalah membiarkan aku bahagia dengan pilihanku? Aku mencintai Mas Ardhan, aku juga tidak mau kehilangan dia! Apapun keputusan Kakek, Kakek tidak bisa semena-mena mengatur hidupku! Aku ini juga manusia, bukan piala bergilir yang dapat dengan bebas diperebutkan oleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 157 Manusia Pengacau

    Nara memegang perutnya, lalu ia mengelus-elusnya secara perlahan. Rivanto terdiam, ia terus memperhatikan anaknya yang bertingkah aneh baginya."Kamu .... Jangan hilang kamu ....?" Rivanto mulai menduganya. Tetapi, ia belum berani untuk mengatakan hal tersebut."Benar, Pa. Papa tidak salah lagi kalau mengira aku lagi hamil. Sekarang ini aku memang lagi mengandung janin dari Mas Ardhan. Setelah tahu ini, aku harap Papa tidak lagi memikirkan dendam lama Papa. Aku hanya ingin keluarga kita tenang dan damai!" tutur Nara dengan lirih. Nada bicaranya sudah terdengar pasrah. Nara hanya mengusahakan, agar dirinya menjadi tenang. "Tidak Nara! Papa 'kan sudah memperingatkanmu supaya jangan sampai hamil anaknya!"Verra yang tak sengaja mendengar kabar kehamilan Nara itu langsung mendekat dan duduk di samping Nara. "Benarkah, Nak?" Berbeda dengan Rivanto yang kecewa karena Nara mengandung anak Ardhan, Verra malah tampak senang karena dirinya akan memiliki cucu. Sudah sekian lama ia menantikan k

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 156 Usaha Untuk Pembebasan

    "Bagaimana kalau saya pergi ke rumahmu sekarang untuk membuktikan?" tanya Budiman. Ia tidak sabar untuk membuktikan apa yang sempat Ardhan katakan kepadanya."Baik. Kita pergi sekarang!" Budiman dan Ardhan pun berjalan beriringan menuju lift. Mereka keluar dari lift ketika sudah sampai di lantai paling bawah dan lanjut menuju tempat parkir.Sementara Ardhan dan Budiman perjalanan menuju ke rumah, Nara yang sudah sekitar tiga menit yang lalu pergi. Ia berusaha fokus dan terkadang agak menaikkan kemudi mobilnya, karena ia bepergian tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Ardhan.Ardhan tidak tahu jika Nara sedang pergi. Ia hanya berpikir bahwa Nara beristirahat di rumah.Di jalanan, mobil Ardhan dan Budiman kadang berdampingan karena jalanan sedang tidak begitu ramai. Tetapi, kadang juga Ardhan menyusul dan Budiman hanya mengikuti di belakang mobil Ardhan.10 menit lengang.Ardhan sampai di rumahnya. Mereka menepikan mobilnya masing-masing di halaman rumah itu. Perlahan, Ardhan menu

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 155 Memberitahu

    "Saya serahkan sisanya kepada Anda, Pak! Kalau begitu saya permisi!" ungkap Ardhan. Ia pun melangkah keluar dari sana menuju mobil. Kini, waktunya ia pergi ke kantor karena proyek yang sebelumnya belum selesai.Namun, Nara yang dalam keadaan hamil dan tidak pergi ke kantor pun membuatnya hanya sendirian saja.Setibanya di kantor ....Di kantor itu, sudah ada Budiman -- kliennya yang selalu menginginkan kehadiran Nara di kantor itu."Selamat siang, Pak. Tadi ada klien kita yang ingin bertemu!" ungkap salah seorang karyawan kantor yang mendapat titipan pesan lisan dari Budiman."Baiklah." Ardhan melihat ke sekitar. "Tapi sekarang dia ada di mana?" tanya Ardhan. "Ada di ruang rapat.""Baik, terima kasih."Ardhan pun melanjutkan langkah kakinya untuk menaiki lift yang sebelumnya hendak ia naiki, namun sempat sedikit terganggu oleh karyawan itu.Selama di dalam lift, Ardhan hanya terdiam dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.Ting! Pintu lift terbuka.Ardhan keluar dari san

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 154 Demi Sebuah Keadilan

    Hari berganti, Ardhan kembali melanjutkan rencananya. Kini, ia pergi kembali ke kantor polisi untuk menyerahkan rekaman untuk memperkuat bukti yang ada. Dirinya tidak mau membuang-buang waktu dan menunggu lebih lama lagi. Ia mengemudikan mobilnya lebih cepat, hingga tak lama kemudian sampai di tempat tujuannya.Tak lama dari itu, telepon dari Rico masuk. Ia pun lekas menjawabnya.[Tuan, orangnya sudah berhasil ditemukan!]Atas kecerdikan ajudan pribadinya, Rico dapat membawa pria itu ke hadapan Ardhan. Pria itu tidak menyadari jika dirinya sedang dicari, sehingga tidak menyembunyikan dirinya.[Bawa dia ke kantor polisi!]Ardhan memerintahkan itu sewaktu dirinya berada di kantor polisi sendirian. Ia duduk sebentar dan hatinya seolah mengatakan untuk tidak pergi terlebih dahulu.[Baik, Tuan!]Tuuutt. Panggilan berakhir.Ardhan kembali melanjutkan pembicaraannya dengan salah seorang polisi. "Pak, saya sudah memiliki bukti yang lebih kuat dari kemarin. Sekarang Anda tidak boleh berlama-

DMCA.com Protection Status