Share

Bab 24 Memainkan Trik

Author: Clavita SA
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Waktu terus berjalan. Kini sudah memasuki malam, Nara yang berada di dalam hotel tanpa melakukan apapun itu membuatnya bosan.

"Mas, saya mau keluar sebentar," ucap Nara.

"Tidak boleh!" jawab Ardhan. Jawaban singkat dengan tegas. Sepertinya Ardhan memang tidak akan membiarkan Nara pergi sendirian.

"Tapi saya lapar, Mas. Saya mau mencari makanan sebentar saja ...."

Sekali Ardhan melarang, tentu saja itu tidak bisa ditawar dengan apapun. Ardhan memang keras kepala jika sudah melarang sesuatu.

Sebetulnya, saat itu Nara tidak tahu harus melakukan apa. Jika berjalan-jalan di luar, sepertinya tidak akan terlalu membosankan. Begitulah yang ada di dalam pikiran Nara.

"Kalau mau makan, kita bisa memesannya! Tinggal kamu bilang saja mau makan apa?!"

Nara tidak punya alasan lagi, akhirnya ia pun mengatakan hal yang sebenarnya. "Saya bosan, Mas. Kamu tahu 'kan kalau malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang karena sampai sekarang belum juga mengantuk."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 25 Senjata Makan Tuan

    Tak ada rasa lapar dalam perut Ardhan. Itu hanya ia jadikan alasan, agar Nara tidak bepergian dan dirinya bisa dengan bebas mencari tahu apa isi dari ponsel istrinya tersebut.Rasa penasaran berlebih itu yang membuatnya memutar otak. Mencari tahu dengan trik cerdiknya. Tetapi, Nara yang sejak awal sudah memiliki rencana dalam pernikahan ini. Membuatnya tidak mau kalah atau tidak mau dibodohi. Ia pun memainkan trik halusnya."Kamu saja yang dahulu makan.""Tapi kamu pesan makan sebanyak ini. Kalau tidak sama kamu, kenapa kamu pesan juga?"Ardhan masih belum berselera makan. Kalaupun makan, ia harus memastikan terlebih dahulu mengenai apa yang dicarinya. Dirinya tidak mau membuang kesempatan ini."Kalau aku makan, bagaimana kalau ponselnya mati lagi. Alasan apa lagi yang harus aku cari agar bisa mencari tahu tentang dirinya?" Itulah pemikiran Ardhan selama di samping Nara.Wanita itu tampak sangat jengkel. Rupanya, Ardhan masih sangat curiga dengan dirinya. "Ini berbahaya kalau dia teru

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 26 Akibat Sok Kuat

    Nara segera bangkit dari duduknya. Ia mencuci tangannya sebentar. "Sekarang kamu malah pergi begitu saja tanpa mau tanggung jawab sama sekali!" sentak Ardhan.Namun, saat itu Nara hanya tersenyum. Ia tidak langsung tersulut emosi, karena dirinya pun mengerti bahwa Ardhan pasti merasa tidak nyaman.Nara berjalan keluar dari kamar hotel tanpa menjawab Ardhan ucapan Ardhan. Ia memasuki lift untuk kemudian pergi menuju minimarket terdekat. "Dia itu badan saja yang besar dan tinggi, tapi sama makanan pedas saja kalah," umpat Nara. Di sini, Nara pun merasa bersalah. Tetapi, saat ia mengingat apa yang dilakukan Ardhan kepadanya, itu membuatnya berpikir 'Sepertinya tidak salah, supaya dia sadar dan tidak berbuat sesuka hatinya saja'Nara keluar dari lift dan buru-buru menuju pintu keluar dari lobi tersebut. Perjalanan semakin terasa saat cuaca di luar semakin panas. Namun, hal ini tidak jadi masalah untuk Nara.Sementara itu, di kamar hotel itu Ardhan menggerutu kesal. Ia hendak menyusul, te

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 27 Mohon Jangan Menukarnya, Tuan!

    Malam semakin larut, tetapi Ardhan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Perutnya terus bergemuruh meminta ke kamar mandi terus menerus. Ardhan terus memegang perutnya, menahan rasa tidak nyaman pada perut. Ia berusaha menahan agar tidak terus menerus ke kamar mandi. Tetapi, rasa mulas itu seolah terus mendobrak anusnya untuk mengeluarkan isi perutnya tersebut.Nara yang terlalu banyak makan pun membuatnya semakin cepat mengantuk. Ia tidur di sofa tanpa sempat pindah ke tempat tidur. Sampai, tidak terasa waktu sudah pagi. Cahaya matahari mulai menampakkan dirinya dan masuk melalui celah-celah jendela."Hoooaaamm!" Ardhan menguap. Jadwal mereka yang seharusnya sudah siap-siap untuk pulang, Ardhan malah dilanda rasa kantuk yang membuatnya tertidur.Pada saat yang sama, Nara terbangun. Ia menggeliat, lalu menoleh ke arah Ardhan yang masih tertidur. Nara pikir, suaminya masih tidur. Padahal, Ardhan baru bisa mengistirahatkan dirinya setelah semalaman ia bolak-balik ke kamar mandi."Padahal

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 28 Aku Siap Melayanimu

    "Mas, setelah makan bersiaplah, hari ini kita akan pulang!" ujar Nara sembari membereskan bekas makanannya. Nara beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya sebentar."Saya akan siapkan pakaian buat kamu. Jadi, bersiaplah, Mas!" ujar Nara sekali lagi.Walaupun Nara hanya kebagian salad sayuran, tetapi Nara tetap menghabiskannya dan kini ia sudah merasa kenyang. Nara membuka tutup botol air minum dan kemudian meneguknya secara perlahan."Kenapa buru-buru sekali?" sahut Ardhan dengan santainya.Pria itu melangkah menuju kamar mandi dengan langkah malas. Ia seolah tidak mau cepat-cepat pergi dari tempat itu.Sembari menunggu Ardhan selesai mandi, Nara menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh suaminya hari ini. Ia menyiapkannya dengan hati-hati. "Walaupun pernikahan ini tanpa cinta, tapi aku adalah seorang istri. Bagaimanapun juga, aku harus tetap melakukan tugasku. Tapi, aku juga akan terus menjaga hatiku agar tidak mencintainya," batin Nara sembar

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 29 Nyaris Ketahuan

    Setelah beberapa menit di dalam toilet untuk menenangkan gemuruh pada jantungnya, Nara pun keluar dari dalam sana.Ia berjalan menuju sebuah koper dan mengemas yang masih tersisa. Setelah semuanya siap, Nara pun mengambil ponsel dan menyeret kopernya keluar dari kamar itu. Ardhan yang melihat Nara tampak kesulitan karena barang yang dibawanya berat, membuat Ardhan antusias merebut koper itu. "Biar saya saja yang bawa. Kamu jalan saja!" "Tidak usah, Mas," sahut Nara.Tetapi, Ardhan bersikeras merebut koper tersebut dan berjalan keluar dari kamar hotelnya tersebut.Namun, keadaan berbeda dengan di rumah. Reyhan yang masih berada di rumah Ardhan itu tak kunjung pergi. Pria itu terus mendekati Kakek Heraldo. Berharap agar Kakek Heraldo mau memberikannya kepercayaan mengelola sebuah posisi tinggi di perusahaan itu.Kakek Herlado yang ingat bahwa hari ini adalah jadwal kepulangan Ardhan dan Nara dari pulau dewata, itu membuatnya bergegas pergi."Kakek mau pergi ke mana?" tanya Reyhan."Ma

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 30 Nama Yang Tidak Kusangka

    Dua jam perjalanan telah berlalu dan pesawat pun mendarat dengan selamat. Ardhan dan Nara turun dari pesawat tersebut dengan hati-hati. Keduanya berjalan berdampingan."Mas, kamu sudah kasih tahu Kakek?" tanya Nara. Karena sebelumnya Nara sempat mendengar bahwa Ardhan akan memberitahu Kakek Herlado saat sudah sampai bandara, sehingga Nara mengingatkan hal itu begitu dirinya menyadari bahwa Ardhan tak kunjung menghubungi Kakek Heraldo.Ardhan menoleh ke arah Nara. "Belum." Ardhan berhenti sejenak, ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel lalu menyodorkannya kepada Nara."Saya, Mas?" tanya Nara sembari menunjuk ke dirinya sendiri."Iya, memangnya siapa lagi?" balas Ardhan dengan santai.Ardhan melanjutkan langkah kakinya kembali, sedangkan Nara ... Ia sibuk sendiri dengan ponsel Ardhan yang ada di genggaman tangannya. Ia mencoba mencari nomor Kakek Heraldo dalam langkahnya.Sampai Nara tertinggal agak belakang, sekitar dua langkah dari sana. "Nanti kamu bilang saja sama Kakek k

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 31 Tips Mengusir Halus Mantan

    Gerbang tinggi, besar dan kokoh itu terbuka lebar dengan sendirinya. Mobil pun memasuki halaman rumah, lalu menepi di dekat sebuah air mancur yang ada di halaman rumah tersebut.."Kita sudah sampai, Tuan," ucap Rico.Nara menoleh ke arah sekeliling rumah. Tetapi, melihat Ardhan yang masih berbaring di kursi panjang mobil tersebut membuatnya hanya diam. Ia tidak pergi ke mana-mana.Kakek Heraldo bangkit dari duduknya. Sebelum turun dari mobil limousine-nya, ia menoleh ke arah Ardhan dan Nara."Kalian tidak turun?" tanya Kakek Heraldo kepada keduanya.Nara menoleh dengan wajah agak terangkat. " Kakek duluan saja, nanti saya dan Mss Ardhan akan segera menyusul.Kakek Heraldo pun berjalan keluar dari mobil untuk memasuki rumah. "Kenapa kamu menunggu saya?" tanya Ardhan kepada Nara. Dirinya terus menahan perutnya yang masih terasa agak perih."Karena kamu suami saya. Saya harus melayanimu dengan baik. Lagi pula, saya tidak ingin memasuki rumah itu sendiri tanpa pemiliknya."Ardhan merasa

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 32 Dari Pijatan

    "Tuan, ini kopernya!" ujar Rico.Ardhan pun memberi jalan. "Kamu taruh saja di sana!" Begitulah pesannya.Rico pun buru-buru menaruh koper itu di dalam kamar dekat ranjang. Setelah itu, ia pun berpamitan pergi dari sana."Kalau begitu, saya permisi," ucap Rico."Iya. Jangan lupa makan. Sepertinya kamu bekerja terlalu banyak!" ungkap Ardhan kepada Rico yang merupakan orang kepercayaannya.Nara yang mendengar hal itu langsung tercengang karena Ardhan ternyata memang perhatian pada semua orang. "Ternyata dugaanku selama ini memang salah. Dia memang baik pada semua orang. Tidak mungkin dia memperlakukan aku dengan spesial, kalau dia saja tidak mencintai aku sama sekali," batin Nara.Tanpa disadarinya sendiri, rupanya Nara merasa kecewa terhadap sikap Ardhan yang ternyata memang baik pada semua orang. "Kenapa aku malah memikirkan hal itu? Ya, biarkan saja. Lebih bagus kalau dia memang peduli pada semua orang. Sudah seharusnya manusia saling peduli dan sudah seharusnya juga aku tidak berha

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 162 Pengungkapan Rasa (TAMAT)

    "Papa mau ketemu dengan istriku. Apa dia ada di sini?" tanya Rivanto."Ada, Pa. Tunggu sebentar biar saya panggilkan dulu!" sahut Ardhan sembari bangkit dari duduknya.Ardhan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia membuka pintu itu perlahan. Rupanya, di depan pintu sana sudah ada Nara yang tampak khawatir sekaligus penasaran dengan pembicaraan antara Ardhan dengan Rivanto -- Ayahnya."Bagaimana kondisinya sekarang, Nak?" tanya Verra dengan antusias."Dia bicarakan soal apa sama kamu, Mas?" tanya Nara dengan serius.Ardhan pun perlahan menjawabnya satu persatu."Ma, katanya Papa mau ketemu."Tanpa mendengarkan kalimat lanjutan dari Ardhan, Verra pun bergegas masuk untuk melihatnya.Nara menarik tangan Ardhan dan mengajaknya untuk bicara sambil duduk di kursi tunggu itu."Mas, ceritakan sama saya, apa yang Papa katakan sama kamu. Dia tidak mengatakan hal yang aneh-aneh, 'kan?"Ardhan tersenyum senang. Ia menatap lekat-lekat sepasang mata Nara."Papamu sepertinya sudah sanga

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 161 Indahnya Perdamaian

    Kakek Roland yang yang menyaksikan Verra terduduk lemas di lantai pun bergegas menghampiri."Ada apa? Kenapa?" tanyanya dengan santai. Verra merasa kesal. Dalam hati ia menggerutu sembari menatap wajah Kakek Roland yang penuh ambisi itu.'Kalau bukan karenamu, dia pasti tidak akan mengalami ini? Kenapa dia memiliki Ayah seperti dirimu?' Hidungnya berkerut dengan tangan mengepal di lantai.Air mata itu disekanya dengan tangan. Ia memegang ujung meja dan berusaja bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha bangkit untuk pergi menemuinya suaminya yang terbaring di rumah sakit."Kenapa malah diam saja? Beritahu aku kenapa? Ada apa ini?"Verra menoleh. "Suamiku mengalami kecelakaan!" jawabnya ketus.Alih-alih peduli dengan Rivanto, Kakek Heraldo yang mengetahui musibah ini malah menyalahkan Ardhan atas apa yang terjadi."Ini semua karena pria itu! Kalau saja tidak membawa Nara pergi, pasti suamimu tidak akan menyusul mereka sampai mengalami kecelakaan

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 160 Cinta Suami Yang Tulus

    Setelah suara kecelakaan itu terdengar sangat nyaring, orang-orang yang berseliweran di sana pun langsung terhenti dan menghampiri korban kecelakaan. Terutama mereka berkerumun hingga membentuk lingkaran sembari melihat kondisi Rivanto yang jauh lebih parah dibanding yang mengemudikan mobil.Darah bercucuran dengan banyak robekan pada kulitnya yang membuat orang-orang bersimpati. Tetapi, untungnya dengan gesit ada salah seorang di antara mereka yang langsung menghubungi ambulance."Mas, ayo kita lihat!" ajak Nara dengan antusias.Tanpa menyahut, Ardhan keluar dari mobil itu untuk mengikuti keinginan Nara. Dirinya akan mengusahakan apapun yang Nara inginkan, asalkan itu masih dalam batas wajar.Nara dengan cepat langsung berjalan memasuki kerumunan untuk melihat korbannya. Begitu melihatnya dengan jelas di depan mata. Sontak, tubuh Nara lemas dengan air mata mengalir deras melihat Ayahnya yang dalam keadaan tak berdaya.Ardhan yang mendengar suara tangisan Nara itu segera menghampiri

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 159 Entah Karma atau Apa?

    Tanpa mempedulikan apapun lagi, Nara berlari keluar dari rumah itu. Di susul oleh Ardhan yang melihat istrinya tengah dilanda kekecewaan yang mendalam.Rivanto yang tidak mau Nara benar-benar pergi sampai tidak bisa lagi ia temui pun membuatnya bergegas menyusul. Nara sudah memasuki mobil, begitu juga dengan Ardhan yang terus mengikuti istrinya, karena dirinya tidak mau jika sampai terjadi sesuatu kepada Nara tanpa sepengetahuan dari dirinya."Mas, tolong cepat jalankan mobilnya! Saya tidak mau kalau mereka mengejar saya dan tidak membiarkan saya menemui Mas lagi!" pinta Nara dengan gelisah.Rasa yang semakin tidak karuan membuat Nara seakan ingin menyalakan mobil itu sendiri. Tetapi, sayangnya yang saat itu menyetir adalah Ardhan.Begitu selesai menyalakan mesin mobil, Ardhan langsung tancap gas pergi. Bukan maksud Ardhan membuat Nara durhaka kepada orang tuanya, hanya saja ia juga tidak rela jika melihat Nara tersiksa. Terlebih lagi keadaan istrinya sedang hamil muda."Saya tahu ka

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 158 Bersama Melawan Badai

    Rico yang ada di luar rumah itu hanya menyimak. Dirinya sama sekali tidak berani ikut campur atas masalah keluarga majikannya."Pokoknya aku tidak setuju! Aku cuma mau Nara menikah dengan pilihanku!" Kakek Heraldo tetap menentang pilihan Nara. "Kamu tahu 'kan Kendra itu seperti apa orangnya? Dia itu anak yang baik dan lebih terpandang! Berasal dari lulusan ternama di luar negeri! Lalu, suamimu apa kelebihannya? Dia belum tentu sehebat Kendra!" sanjung Kakek Roland untuk Kendra di depan Nara, Rivanto dan Verra.Verra yang merasa hanya seorang wanita tidak berani membantah ataupun angkat bicara. Ia hanya terdiam ketika Ayah mertuanya cukup membuatnya geram."Kek! Kenapa Kakek ikut campur dengan urusan pernikahan aku? Tidak bisalah membiarkan aku bahagia dengan pilihanku? Aku mencintai Mas Ardhan, aku juga tidak mau kehilangan dia! Apapun keputusan Kakek, Kakek tidak bisa semena-mena mengatur hidupku! Aku ini juga manusia, bukan piala bergilir yang dapat dengan bebas diperebutkan oleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 157 Manusia Pengacau

    Nara memegang perutnya, lalu ia mengelus-elusnya secara perlahan. Rivanto terdiam, ia terus memperhatikan anaknya yang bertingkah aneh baginya."Kamu .... Jangan hilang kamu ....?" Rivanto mulai menduganya. Tetapi, ia belum berani untuk mengatakan hal tersebut."Benar, Pa. Papa tidak salah lagi kalau mengira aku lagi hamil. Sekarang ini aku memang lagi mengandung janin dari Mas Ardhan. Setelah tahu ini, aku harap Papa tidak lagi memikirkan dendam lama Papa. Aku hanya ingin keluarga kita tenang dan damai!" tutur Nara dengan lirih. Nada bicaranya sudah terdengar pasrah. Nara hanya mengusahakan, agar dirinya menjadi tenang. "Tidak Nara! Papa 'kan sudah memperingatkanmu supaya jangan sampai hamil anaknya!"Verra yang tak sengaja mendengar kabar kehamilan Nara itu langsung mendekat dan duduk di samping Nara. "Benarkah, Nak?" Berbeda dengan Rivanto yang kecewa karena Nara mengandung anak Ardhan, Verra malah tampak senang karena dirinya akan memiliki cucu. Sudah sekian lama ia menantikan k

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 156 Usaha Untuk Pembebasan

    "Bagaimana kalau saya pergi ke rumahmu sekarang untuk membuktikan?" tanya Budiman. Ia tidak sabar untuk membuktikan apa yang sempat Ardhan katakan kepadanya."Baik. Kita pergi sekarang!" Budiman dan Ardhan pun berjalan beriringan menuju lift. Mereka keluar dari lift ketika sudah sampai di lantai paling bawah dan lanjut menuju tempat parkir.Sementara Ardhan dan Budiman perjalanan menuju ke rumah, Nara yang sudah sekitar tiga menit yang lalu pergi. Ia berusaha fokus dan terkadang agak menaikkan kemudi mobilnya, karena ia bepergian tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Ardhan.Ardhan tidak tahu jika Nara sedang pergi. Ia hanya berpikir bahwa Nara beristirahat di rumah.Di jalanan, mobil Ardhan dan Budiman kadang berdampingan karena jalanan sedang tidak begitu ramai. Tetapi, kadang juga Ardhan menyusul dan Budiman hanya mengikuti di belakang mobil Ardhan.10 menit lengang.Ardhan sampai di rumahnya. Mereka menepikan mobilnya masing-masing di halaman rumah itu. Perlahan, Ardhan menu

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 155 Memberitahu

    "Saya serahkan sisanya kepada Anda, Pak! Kalau begitu saya permisi!" ungkap Ardhan. Ia pun melangkah keluar dari sana menuju mobil. Kini, waktunya ia pergi ke kantor karena proyek yang sebelumnya belum selesai.Namun, Nara yang dalam keadaan hamil dan tidak pergi ke kantor pun membuatnya hanya sendirian saja.Setibanya di kantor ....Di kantor itu, sudah ada Budiman -- kliennya yang selalu menginginkan kehadiran Nara di kantor itu."Selamat siang, Pak. Tadi ada klien kita yang ingin bertemu!" ungkap salah seorang karyawan kantor yang mendapat titipan pesan lisan dari Budiman."Baiklah." Ardhan melihat ke sekitar. "Tapi sekarang dia ada di mana?" tanya Ardhan. "Ada di ruang rapat.""Baik, terima kasih."Ardhan pun melanjutkan langkah kakinya untuk menaiki lift yang sebelumnya hendak ia naiki, namun sempat sedikit terganggu oleh karyawan itu.Selama di dalam lift, Ardhan hanya terdiam dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.Ting! Pintu lift terbuka.Ardhan keluar dari san

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 154 Demi Sebuah Keadilan

    Hari berganti, Ardhan kembali melanjutkan rencananya. Kini, ia pergi kembali ke kantor polisi untuk menyerahkan rekaman untuk memperkuat bukti yang ada. Dirinya tidak mau membuang-buang waktu dan menunggu lebih lama lagi. Ia mengemudikan mobilnya lebih cepat, hingga tak lama kemudian sampai di tempat tujuannya.Tak lama dari itu, telepon dari Rico masuk. Ia pun lekas menjawabnya.[Tuan, orangnya sudah berhasil ditemukan!]Atas kecerdikan ajudan pribadinya, Rico dapat membawa pria itu ke hadapan Ardhan. Pria itu tidak menyadari jika dirinya sedang dicari, sehingga tidak menyembunyikan dirinya.[Bawa dia ke kantor polisi!]Ardhan memerintahkan itu sewaktu dirinya berada di kantor polisi sendirian. Ia duduk sebentar dan hatinya seolah mengatakan untuk tidak pergi terlebih dahulu.[Baik, Tuan!]Tuuutt. Panggilan berakhir.Ardhan kembali melanjutkan pembicaraannya dengan salah seorang polisi. "Pak, saya sudah memiliki bukti yang lebih kuat dari kemarin. Sekarang Anda tidak boleh berlama-

DMCA.com Protection Status