Semua Bab Terperangkap Hasrat Atasan Suamiku: Bab 21 - Bab 30

260 Bab

Bab 21 Tidak Yakin Membujuknya

Mendapatkan tawaran itu membuat Isha merasa jika tidak ada salahnya jika Ina yang mengantarkan makanan. Lagi pula juga dia masih bisa menjaga toko sendiri.“Baiklah, kamu saja yang antar.” Isha memberikan makanan tersebut. “Terima kasih, Ina.” Dia mengulas senyum manis di wajahnya.“Sama-sama.” Ina mengangguk.Ina akhirnya pergi ke penjara, sedangkan Isha menunggu toko sambil mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan kemarin.“Kenapa stok gudang dan pendapatan berbeda?”Isha yang mengecek stok gudang kemarin, menyamakan dengan data yang berada di buku. Tentu saja itu membuatnya merasa aneh. Karena selama ini jarang sekali hal itu terjadi.“Aku akan tanyakan saja pada Ina nanti.” Isha memilih untuk mengonfirmasi pada Ina dibanding dibuat bertanya-tanya.Setengah hari Isha sendiri di toko. Mengerjakan pekerjaanya seperti biasa. Karena tidak ada Ina, dia lebih fokus melayani para pembeli. Karena letaknya di dekat pasar, toko Isha memang ramai.Tepat jam dua siang, Ina baru k
Baca selengkapnya

Bab 22 Lalu Aku Harus Apa?

Danish mendorong pintu agar dapat masuk ke kamar Isha. Isha yang tidak dapat menahan pintu membuatnya akhirnya memundurkan tubuhnya. Membiarkan Danish untuk masuk ke kamar.“Kamu marah padaku?” tanya Danish seraya mengayunkan langkah untuk masuk ke kamar Isha. “Aku tidak marah.” Isha mengelak tuduhan Danish. Walaupun dia tahu jika yang dikatakan adalah dusta.“Kamu pikir aku bisa dibohongi.”Danish terus mengayunkan langkah maju sambil menutup pintu. Langkah Danish yang terus maju membuat Isha memundurkan tubuhnya. Tanpa sadar tubuh Isha terjatuh ke tempat tidur. Danish yang melihat Isha terjatuh ke tempat tidur, membuatnya langsung mengunci pergerakan Isha. Meletakkan tangannya di kanan dan kiri tubuh Isha.“Punya kuasa apa kamu marah padaku?” Danish menatap tajam pada Isha yang berada tepat di bawahnya. “Di sini aku yang berkuasa. Jadi jangan berusaha untuk berlagak.” Danish tidak suka sekali dengan sikap Isha yang marah padanya.Aroma mint dari mulut Danish membuat Isha berdebar-d
Baca selengkapnya

Bab 23 Pergilah

Danish yang sedang memakai pakaiannya pun segera mengalihkan pandangan pada Isha. Tadi dirinya sendiri yang berjanji. Jadi tentu, kini tidak bisa mengelak lagi. Jika dia berbohong, tentu saja orang tidak akan percaya padanya.“Pergilah, tetapi Dino akan menemanimu.” Danish tidak mau kecolongan dengan pertemuan Abra dan Isha. Karena itu dia mencari aman.“Baiklah.” Isha tidak masalah jika harus pergi dengan Dino sekali pun. Yang penting dia bisa pergi untuk mengunjungi Abra.Danish segera melanjutkan kembali memakai bajunya. Kemudian segera mengayunkan langkahnya keluar dari kamar Isha. Namun, tiba-tiba langkah Danish terhenti.“Buang foto mantanmu dari rumahku. Aku tidak mau kamu memasangnya di rumahku.” Danish memberikan peringatan tanpa menoleh ke arah Isha. Tak menunggu jawaban, Danish segera keluar dari kamar Isha.Isha segera mengalihkan pandangan ke arah nakas setelah mendengar ucapan Danish tadi. Dia ingat betul menaruh foto Abra di atas nakas. Namun, tiba-tiba tidak ada di ata
Baca selengkapnya

Bab 24 Menjenguk Abra

Ina tampak terkejut dengan pertanyaan Isha. “Apa stok gudang dan buku berbeda?” Ina memastikan pada Isha.“Iya.” Isha mengangguk.“Mungkin aku salah catat. Kamu tahu sendiri, sejak kamu tidak masuk, aku sendiri di toko. Mengurus semuanya sendiri tentu saja membuat aku tidak fokus karena banyak hal yang aku kerjakan.” Ina mencoba menjelaskan semua pada Isha.Isha menyadari, mengerjakan stok, melayani pembeli, serta merapikan toko sendiri tentu saja adalah pekerjaan berat. Jadi wajar jika Ina salah dalam melakukan salah satu pekerjaan.“Sha, aku minta maaf.” Ina menarik tangan Isha.“Tenanglah, aku tidak marah. Aku hanya ingin memastikan saja. Aku tahu betapa sulitnya kamu yang mengerjakan semua sendiri.” Isha mengulas senyumnya.Ina bernapas lega karena Isha percaya. Dia memang sebenarnya cukup kewalahan. Bersyukur Isha mau mendengarkannya.Isha sadar jika dia memang harusnya mempekerjakan satu pegawai lagi agar pekerjaannya lebih ringan. Dari kemarin, dia berpikir belum punya cukup da
Baca selengkapnya

Bab 25 Apa Kamu Lupa?

Isha melihat ruangan ini aneh sekali. Tidak seperti ruangan yang biasa didatangi. Biasanya ruangan yang didatangi ada kursi dan mejanya di mana keluarga napi bisa mengobrol leluasa. Ditempat itu juga, keluarga bisa menemani napi makan. Namun, ruangan ini justru hanya ada tempat tidur. Karena merasa aneh dengan ruangan itu, dia segera menutup kembali pintunya. Tepat saat itu juga, Abra datang menghampiri.“Isha.” Abra tampak terkejut ketika melihat Isha berada di penjara.“Kak Abra.” Isha berbinar ketika melihat Abra. Akhirnya setelah sekian lama, Isha dapat bertemu dengan pria yang begitu dicintainya itu.“Kamu di sini?” Abra masih bingung dengan keberadaan Isha di tempat ini.Isha mengalihkan pandangan ke arah pintu yang baru saja ditutupnya. “Iya, aku ke sini untuk menjenguk Kak Abra. Tadi polisi mengantarkan aku ke sini, tetapi aneh, ruangan ini tidak seperti biasanya aku kunjungi.” Isha mencoba menjelaskan sambil melihat ke ruangan yang baru saja ditutupnya.“Iya, pasti polisi sal
Baca selengkapnya

Bab 26 Belum Hamil

Mendapati pertanyaan itu Isha terperangah. Dia ragu untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, tidak mungkin berbohong.“Belum, Kak.”Abra yang sedang makan seketika menghentikan makannya ketika mendapati jawaban dari Isha. “Kenapa belum?” tanyanya.“Aku baru menikah dua minggu yang lalu, jadi tentu saja aku tidak akan hamil.” Isha mencoba menjelaskan pada Abra.Abra kesal sekali dengan apa yang dikatakan Isha. “Harusnya setelah perceraian kita, kamu minta saja Pak Danish menghamilimu. Jadi saat ini paling tidak kamu sudah hamil.”Isha membulatkan matanya mendengar ucapan Abra. Dia tidak percaya Abra bisa mengatakan hal itu. Bagaimana bisa mantan suaminya meminta hamil sebelum menikah.“Jika kamu hamil sejak lama, aku bisa cepat segera keluar dari sini.” Abra meluapkan kekesalannya.Isha tidak habis pikir dengan Abra. Apa yang dikatakan Abra itu terlalu menyakitkan untuknya. Hamil di luar nikah bukan keinginannya, dan tidak akan pernah Isha lakukan.Abra menyadari jika kata-katanya membuat
Baca selengkapnya

Bab 27 Ruangan Apa?

“Isha sempat dibawa ke ruang khusus.” Dino menceritakan apa yang terjadi pada Isha“Ruang khusus apa?” Danish tampak terkejut ketika mendengar akan hal itu.“Kita bicara di ruangamu sebentar.” Dino merasa ada hal-hal penting yang harus dibicarakan dengan Danish.Danish mengangguk. Dia segera berjalan masuk ke rumah. Langkahnya diayunkan ke ruangan kerja yang berada di samping kamarnya. Dino mengikuti Danish yang berjalan ke ruang kerjanya.Di ruang kerja, mereka duduk di sofa yang berada di dalam ruang kerja. Saling berhadapan untuk lebih fokus saat bicara.“Ruangan khusus untuk apa?” Danish masih penasaran sekali dengan apa yang diucapkan oleh Dino.“Ruang bercinta.”Danish membulatkan matanya ketika mendengar hal itu. Tentu saja itu membuatnya merasa begitu terkejut sekali. “Bagai—”“Dengarkan aku dulu.” Dino langsung memotong ucapan Danish.Danish yang mengerti langsung diam. Meminta Dino untuk menjelaskan lebih dulu.“Tadi Isha masuk lebih dulu karena istriku menghubungi. Saat aku
Baca selengkapnya

Bab 28 Keponakan

Danish menelan salivanya ketika melihat siapa yang datang. Padahal tadi dia sudah berbohong pada Isha. Menceritakan jika makanan sudah dimakan keponakannya, tetapi kini keponakannya di depan mata.“Mami dan Luel ke sini?” tanya Danish. Dia tampak terkejut melihat keponakannya dan juga sang mami datang.“Mami tadi belanja diantara Luel. Karena itu, Mami mampir ke sini.” Mami Neta menjelaskan.Isha yang mendengar suara seseorang, segera mengecek siapa itu. Dia melihat jika ternyata itu adalah mertuanya.“Isha.” Mami Neta memanggil menantunya saat melihat wanita itu di belakang sang anak.Danish segera mengalihkan pandangan ketika sang mami memanggil istrinya. Tampak sang istri berada di sana. Saat sang mami sudah melihat Isha, tentu saja dia tidak punya pilihan untuk sang mami bertemu Isha,Isha mengangguk. Kemudian mengayunkan langkah untuk menghampiri sang mertua. Dia langsung mencium punggung tangan mertuanya itu.“Apa kabar kamu, Isha?” Mami Neta mengulas senyum manisnya.“Kabar bai
Baca selengkapnya

Bab 29 Benar-Benar Dikerjakan?

Isha memikirkan apa yang membuat Danish mengusirnya. Seingatnya kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak ada yang salah. Jadi tidak ada alasan untuk mengusirnya.“Aku bukan mau mengusirmu.” Danish menatap malas pada Isha. Istrinya begitu berdrama sekali. Padahal bukan itu niatnya.“Lalu kenapa Pak Danish meminta saya untuk mengemasi pakaian?” Isha masih belum paham dengan Danish menyuruhnya itu. Di pikirannya jika mengemasi pakaian itu adalah diusir.Danish mengembuskan napasnya kasar. Berusaha untuk menenangkan diri. “Kamu dengar bukan tadi jika aku bilang kita akan menginap di hotel. Jadi aku menyuruhmu untuk mengemasi pakaian, karena kita mau menginap di hotel.” Dia mengingatkan Isha tentang ucapannya pada sang mami.Isha tampak terkejut mendengar hal itu. “Apa yang Anda ucapan benar-benar akan dikerjakan?” Isha pikir ucapan tadi hanya alasan saja. Tidak benar-benar akan dikerjakan oleh Danish. Hanya sekadar alasan yang untuk menghindari ajakan dari sang mami.“Tentu saja harus di
Baca selengkapnya

Bab 30 Karena Kamu

“Ini aku.” Mendengar hanya dijawab seperti itu membuat Isha bingung. “Aku siapa?” tanyanya. Dia melihat ponselnya kembali. Melihat nomor telepon yang berada di layarnya. Hanya nomor saja yang tertera dan saat membacanya kembali, Isha tidak tahu nomor siapa itu.“Aku suamimu.” Di seberang sana Danish tampak kesal sekali mendengar pertanyaan Isha.“Pak Danish maksudnya?” Isha memastikan kembali.“Iya, memang suamimu ada berapa sampai kamu bertanya.” Danish dengan ketus menjawab.Isha menekuk bibirnya. Danish selalu saja ketus sekali. Tak pernah berubah sama sekali meskipun di dalam sambungan telepon.“Nomor Anda baru pertama kali masuk ke ponsel saya. Jadi wajar saya tidak tahu jika ini Anda.” Isha memberikan alasannya.Danish di seberang sana merasa males sekali berdebat dengan Isha. “Sudah jangan bahas itu. Sekarang kamu di mana?” “Saya di coffee shop samping kolam renang.” Isha menjelaskan.Tanpa mendapati jawaban apa-apa, tiba-tiba sambungan telepon terputus. Isha benar-benar habi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
26
DMCA.com Protection Status