"Bu Embun. Ada tamu." "Siapa?" tanya Embun, berjaga-jaga. "Kakaknya, Bu." Embun mengangguk. "Boleh antarkan ke sini? Terima kasih." Usai Embun mengucapkan itu, Bening bangkit berdiri dan membereskan beberapa berkas. "Bu, aku di ruangan sebelah ya." Wanita muda itu meringis. "Mau bereskan beberapa hal dulu, nanti aku lanjut laporannya ke Ibu." Embun tersenyum. "Terima kasih, Bening. Besok kita jadwalkan rapat, dengan manajer cabang juga ya." Setelah Bening meninggalkan ruangan, Rindang muncul diantar karyawan kafe yang bekerja di bagian depan. Kakak Embun tersebut mengamati sang adik lamat-lamat sebelum kemudian memeluk Embun. "Hobinya sok kuat," omel Rindang pelan di depan telinga Embun. "Kan lagi di tempat kerja, Kak," gumam Embun. Namun, perlahan ekspresinya yang tadinya tampak profesional saat berbincang dengan karyawannya hilang, berganti menjadi ekspresi sedih dan ingin menangis. "Kak, capek. Bingung." Rindang mengusap punggung Embun, naik turun, berkali-kali untuk men
Terakhir Diperbarui : 2024-08-04 Baca selengkapnya