Semua Bab Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 251 - Bab 260

298 Bab

Bab 251 - Penjelasan Kaisar

"... Berikan aku waktu dulu. Ya?"Bahu Kaisar langsung turun mendengar hal itu. Tubuhnya terasa lemas saat Embun merespons demikian."Embun, jangan seperti itu," ucap Kaisar. Pria itu tampak putus asa. Tangan Kaisar yang besar menyentuh milik Embun yang sedang ada di pipinya, lalu menggenggamnya lembut, menahan tangan sang istri agar tetap di sana. "Aku bisa berikan penjelasan." Kaisar berkata lagi. Enggan melepaskan Embun."Kaisar, aku sudah dengar," ucap Embun. Suaranya pelan dan lembut, tidak meninggi seperti orang marah pada umumnya. "Aku bukannya mengabaikan ceritamu. Penjelasanmu cukup, untuk saat ini.""Aku tidak melakukan apa pun dengan wanita itu, Embun." Kaisar kembali menegaskan. "Aku pingsan saat itu.""Iya." Embun mengangguk. "Tapi ... waktu itu aku juga tidak ingat, Kaisar."Pria itu terkejut. Apakah Embun bicara soal insiden di hotel waktu itu? Saat minuman dengan obat perangsang yang diberikan Aletta pada Kaisar, salah diminum oleh Embun?Memang benar saat itu Embun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-31
Baca selengkapnya

Bab 252 - Tangisan yang Tak Dapat Ditahan

Sudah beberapa kali Rindang berusaha menghubungi ponsel sang adik, tapi tidak diangkat.Dan itu membuatnya khawatir."Astaga, Embun. Gunanya ponsel itu buat komunikasi! Punya ponsel kok kalau ada telepon tidak diangkat."Itu adalah omelan khas Rindang setiap kali Embun tidak mengangkat teleponnya.Namun, kali ini, wanita itu mengomel pada dirinya sendiri karena ia hanya bisa mendengar nada sambung di ponselnya, bukan sahutan Embun.Sebenarnya tidak apa-apa. Pernah satu dua kali Embun tidak mengangkat telepon Rindang karena sedang ada urusan. Dan Rindang maklum akan hal itu.Akan tetapi, saat ini dirinya tidak bisa diminta tenang."Apa Embun tahu soal Paman dan Bibi?" gumam Rindang pada dirinya sendiri. Dua orang tadi sempat mengunjunginya, dengan tidak tahu malu. Namun, langsung diusir oleh Rindang. "Tadi ia tidak mengatakan apa pun soal mereka. Tapi siapa tahu?"Lalu dengan keputusan bulat, Rindang mengatakan, "Aku harus memperingatkannya."Karena itu, sejak sepuluh menit yang lalu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-01
Baca selengkapnya

Bab 253 - Butuh Waktu Sendiri

"Embun, kamu," Rindang menghela napas, "jangan buru-buru begitu."Embun terdiam.Jika dikatakan terburu-buru, sebenarnya tidak salah juga. Embun benar-benar ingin segera pergi dari sana, sampai-sampai ia sanggup jika memang harus berhadapan dengan administrasi serta kesulitan yang dibuat-buat oleh asisten Dion itu. "Tapi aku mau ketemu," ucap Embun pelan, tanpa sadar sedikit merengek pada kakaknya.Rindang sendiri tidak menyangka kalau Embun akan menampilkan sisi yang ini padanya kali ini. Kalau sudah seperti ini, berarti adiknya ini sudah tidak baik-baik saja.Bahkan mungkin sudah lebih parah dari saat kasus dengan mantan kekasih Kaisar waktu itu."Oke, oke. Mau dijemput di mana? Jam berapa?""Nanti aku kabari lagi, Kak," balas Embun. "Aku berkemas dulu.""Nanti kalau Kakak belum balas juga, telepon ya.""Iya, Kak."Setelah itu, panggilan diakhiri. Embun tidak tahu sebenarnya apakah alasan sebenarnya Rindang menghubunginya. Namun, hal itu bisa ditanyakan nanti. Telepon Rindang bena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya

Bab 254 - Tawaran Sang Suami

"Harus pulang dulu ke ibu kota, Sel," jawab Embun sementara Kaisar memasukkan kopornya ke bagasi mobil. "Sudah izin tapi? Soalnya kan besok kamu ada kelas," balas rekan Embun tersebut. "Oh, makanya kamu dipanggil. Ke sana dulu, Kak Embun.""Iya." Meski mengatakan itu, Embun tidak bergerak dan justru mengalihkan pandangan.Pihak sini pasti berniat menahannya lagi.Embun sudah dengan sengaja tidak mengecek ponselnya lagi setelah mengirim pesan bahwa ia akan pergi. Dan ia juga mengemas barangnya dengan cepat.Semuanya agar ia tidak harus berhadapan langsung dan berakhir tidak diizinkan pergi lagi."Lho, ayo, Kak. Aku antar," ucap rekan Embun lagi. "Soalnya tadi--""Maaf, kami sedang buru-buru." Tiba-tiba Kaisar berdiri di sebelah Embun. Pria itu menatap si rekan kerja dengan wajah datar, tapi sepasang matanya penuh dominasi. "Istri saya perlu istirahat. Dia sudah dua kali pingsan di sini dan dari rumah sakit memberikan surat rekomendasi. Kami akan kirimkan nanti setelah kami sampai."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-03
Baca selengkapnya

Bab 255 - Kembali Lagi

"Boleh aku memelukmu?" Embun terdiam sejenak mendengar pertanyaan sekaligus permintaan Kaisar. Wanita itu kemudian mengangguk, tidak kuasa menolak. Setelah mendapatkan izin, Kaisar melepaskan sabuk pengaman mereka berdua dan dengan lembut menarik Embun dalam rengkuhan tangannya. Namun, posisi mereka yang kurang nyaman pada akhirnya membuat Kaisar membawa Embun ke pangkuannya. "H-hei," protes Embun, tapi sudah terlambat. Kaisar sudah menenggelamkan wajahnya di bahu Embun, memeluk wanita itu dengan erat. "... Jaga dirimu baik-baik, Embun," ucap Kaisar. Suaranya teredam karena ia masih saja menyembunyikan wajahnya di bahu Embun. "Jangan melewatkan makan. Jangan menggampangkan sakit. Istirahatlah yang cukup." Mendengar rentetan kalimat Kaisar membuat hati Embun tersentuh. Apalagi nada suara sang suami saat mengatakannya. Seperti penuh penyesalan dan enggan melepaskan. Wanita itu menggigit pipi bagian dalamnya, menahan agar ia tidak mengeluarkan suara yang tidak perlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-04
Baca selengkapnya

Bab 256 - Nasehat Rindang untuk Embun

"Bu Embun. Ada tamu." "Siapa?" tanya Embun, berjaga-jaga. "Kakaknya, Bu." Embun mengangguk. "Boleh antarkan ke sini? Terima kasih." Usai Embun mengucapkan itu, Bening bangkit berdiri dan membereskan beberapa berkas. "Bu, aku di ruangan sebelah ya." Wanita muda itu meringis. "Mau bereskan beberapa hal dulu, nanti aku lanjut laporannya ke Ibu." Embun tersenyum. "Terima kasih, Bening. Besok kita jadwalkan rapat, dengan manajer cabang juga ya." Setelah Bening meninggalkan ruangan, Rindang muncul diantar karyawan kafe yang bekerja di bagian depan. Kakak Embun tersebut mengamati sang adik lamat-lamat sebelum kemudian memeluk Embun. "Hobinya sok kuat," omel Rindang pelan di depan telinga Embun. "Kan lagi di tempat kerja, Kak," gumam Embun. Namun, perlahan ekspresinya yang tadinya tampak profesional saat berbincang dengan karyawannya hilang, berganti menjadi ekspresi sedih dan ingin menangis. "Kak, capek. Bingung." Rindang mengusap punggung Embun, naik turun, berkali-kali untuk men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-04
Baca selengkapnya

Bab 257 - Rumah Kaisar

"Sebenarnya, apa bisnis Kaisar sampai-sampai bisa punya rumah di kawasan ini, Embun? Benarkah cuma kos-kosan biasa?"Embun melihat layar ponselnya lagi. "Mungkin bukan di kawasan elitnya, Kak. Bisa jadi hanya di area sekitaran sana."Lalu, istri Kaisar itu melihat sang kakak. "Ternyata Kaisar kirim supir buat antar juga, Kak. Kak Rindang mau pindah aja ke sana?"Karena penasaran dan ingin memastikan rumah adik iparnya, Rindang mengangguk."Tadi sudah izin sama orang rumah?" tanya Embun kemudian saat mereka menuruni tangga ke lantai 1."Sudah." Rindang menjawab singkat."Keponakanku gimana?""Sama bapaknya."Embun mengangguk-angguk. Tidak biasanya Rindang menjawab sependek dan selugas ini kalau Embun bertanya soal keponakan. Biasanya, si kakak akan menambahkan cerita soal tingkah apa yang diperbuat anaknya, atau kabar terbaru apa di rumah tangganya.Namun, Embun tidak bertanya lebih jauh.Keduanya diantarkan ke rumah Kaisar setelah Embun berpamitan pada para karyawannya, serta mengatak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-05
Baca selengkapnya

Bab 258 - Strategi Kaisar

Ada pesan dari Kaisar.Sepertinya pria itu sudah mendapatkan laporan kalau Embun sudah sampai di rumah.[Mbok Dasimah sudah lama kerja pada Papa, sekarang mengurusi rumah itu karena tidak banyak juga yang dikerjakan.]Pesan-pesan lain masuk kemudian.[Mbok Dasimah akan mengurusi keperluan kamu selama kamu di sana. Agar kamu tidak kelelahan juga.][Beliau baik. Misal kamu perlu sesuatu, bilang saja pada Mbok.][Jangan sungkan.]Embun membaca pesan-pesan tersebut dalam diam. Di sampingnya, Rindang duduk, mengamati adiknya."Embun, aku akan menemani kamu sampai kamu merasa lebih baik," ucap sang kakak kemudian, membuat Embun mengalihkan fokusnya pada wanita yang lebih tua darinya tersebut. "Namun, jangan biarkan situasi ini berlarut-larut. Kamu harus bicara dengan Kaisar.""Aku tahu, Kak," balas Embun, diikuti helaan napas. Teguran kakaknya tersebut membuat Embun kembali membuka ponselnya. Dua pesan baru dari Kaisar muncul.[Maafkan aku karena tidak langsung bercerita padamu, Embun.][A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-05
Baca selengkapnya

Bab 259 - Keadaan Nicholas

"Sepertinya kau menikmati pengalamanmu ini ya, Nicholas Rahardja?"Nicholas sedikit terkejut. Sepasang matanya melebar selama sedetik, sebelum ia menetralkan ekspresinya. Saat ini, pandangannya terarah lurus pada Dominic Sekalipun ia gugup, Nicholas tidak boleh terlihat demikian."Ambilkan kursi," perintah Xander pada anak buahnya yang langsung bergegas mengangkat kursi terdekat dan meletakkan di depan Nicholas, dua meter dari pria muda itu digantung.Dengan tenang, Dominic melangkah ke kursi tersebut dan duduk di sana. Senyum mengerikan tidak lepas dari bibirnya."Aku mengajukan pertanyaan. Mana sopan santunmu?""Kukira itu pertanyaan retoris." Akhirnya Nicholas berucap. Lidahnya terasa sedikit kaku. Mungkin akibat obat yang tadi dipaksakan padanya.Dominic tertawa pelan. Suaranya yang dalam terdengar menakutkan.Pria itu perlahan bangkit berdiri dan mendekati Nicholas, membuat keponakan Kaisar itu waspada.Akan tetapi, tetap saja Nicholas tidak bisa melindungi dirinya sendiri saat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-06
Baca selengkapnya

Bab 260 - Negosiasi yang Sangat Sulit

"Kecuali kau bisa memberikan sesuatu padaku."Nicholas menahan rasa sakit akibat cengkeraman tangan Dominic di rahangnya. Pria muda itu mempertahankan ekspresi datar tak terbaca, sembari membalas tatapan Dominic.Hal itu membuat Dominic kembali tertawa."Tidakkah kau penasaran apa yang aku inginkan?" ucap Dominic."Saya punya dugaan," balas Nicholas. Nada suaranya datar, bahkan tidak seperti Nicholas yang biasanya."Begitu? Apakah kau mau memberikan hal itu untukku, demi bisa bebas dari sini?"Nicholas tidak menjawab pertanyaan Dominic. Pria muda itu hanya diam menatap raja dunia hiburan itu hingga Dominic kembali menyeringai. "Kau--"Tiba-tiba ponsel Xander berdering nyaring, membuat Dominic langsung mengarahkan pandangan dinginnya pada si bawahan."Mohon maaf, Tuan," kata Xander buru-buru, sebelum memutar tubuhnya dan mengangkat panggilan tersebut.Tak berapa lama, pria bermata abu-abu itu berkata, "Tuan Dominic, pihak Rahardja ingin membuka forum negosiasi."Nicholas melihat serin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
30
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status