Semua Bab Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 271 - Bab 280

298 Bab

Bab 271 - Mempertimbangkan Kembali

"Kalau bisa, videokan. Pasti bagus untuk jadi kenang-kenangan." Embun tertawa kecil mendengar usul Nicholas. "Kamu jahil, Nic," komentarnya, membuat ringisan si keponakan makin lebar. Tampaknya Nic senang karena bisa memancing tawa dari sang bibi. "Tante, jangan terlalu banyak pikiran ya," ucap Nicholas. "Misal ada masalah dengan Paman, jangan dipendam. Lampiaskan saja. Kalau Tante ingin marah pada Paman, marahi saja." "Kenapa kamu justru menyuruhku memarahi pamanmu?" tanya Embun. Ia tampak lebih rileks saat mengobrol dengan Nicholas. "Habis. Tante Embun terlihat seperti orang yang banyak berpikir sebelum bertindak," ucap Nicholas. "Orang yang seperti itu biasanya berpikir seribu kali karena takut keputusan yang diambil akan dia sesali. Tapi efeknya justru cenderung buruk pada diri sendiri." Pria muda itu tampak lebih serius saat menambahkan, "Berpikir sebelum bertindak itu memang disarankan. Tapi terlalu banyak berpikir bisa menjadikan orang kehilangan kesempatan. Ujungnya peny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

Bab 272 - Bukti Konkret

"Dion Pradana?" Tanpa sadar, Kaisar bergumam pelan. Ada kernyit heran dan bingung di dahinya. Selain karena pria ini berani menghubunginya setelah semua sikap buruknya pada Kaisar dan Embun, Kaisar juga mendapatkan laporan bahwa adanya dugaan Dion terlibat dalam insiden kebakaran waktu itu bersama Aletta. Meskipun sepertinya pewaris keluarga Pradana itu sudah kena batunya. Namun, itu tidak menjamin bahwa Dion tidak akan melakukan hal serupa di masa depan. Sehingga Kaisar harus tetap waspada. "Ya." Terdengar sahutan Dion di seberang saluran telepon. "Ini aku. Apa kita bisa bertemu?" "Hm." Kaisar masihlah terdengar dingin saat bicara. Pria itu menimbang-nimbang, teringat jebakan Aletta di malam itu, tanpa sadar. "Datanglah ke kantorku." "Tidak bisa," balas Dion, kemudian menghela napas. "Ada banyak mata musuh di sana." Kaisar mengernyit. Pria ini ... seakan-akan sedang menyampaikan kalau musuh mereka saat ini sama dan keduanya sedang berada di pihak yang sama. "Atau,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

Bab 273 - Menyeret Wanita Ular Itu ke Neraka

"Di dalamnya ada semua bukti konkret mengenai segala hal yang berkaitan dengan insiden kebakaran proyek Ashtana, sekaligus membuktikan siapa dalang sebenarnya dari peristiwa itu." Mendengar hal itu, ekspresi terkejut dan keheranan Kaisar tidak dapat ditutupi lagi, sekalipun reaksi pria itu tidak terlalu terlihat. Segera, Kaisar mengecek isi amplop cokelat tersebut. Di dalamnya, selain ada foto-foto bukti keterlibatan Dion dan Aletta dalam insiden kebakaran waktu itu, Dion juga melampirkan sederet struk transaksi yang memperkuat bukti-bukti yang ada. Selain itu, bukti terkuat yang diberikan Dion adalah sebuah perekam suara yang berisi percakapannya dengan Aletta mengenai rencana mereka. Suatu hal yang diam-diam Dion lakukan waktu itu untuk berjaga-jaga. Tangan Kaisar terkepal. Dengan bukti sejelas ini, ia bisa membuat polisi memburu Aletta dan menjebloskannya ke penjara! Namun, ada satu masalah. "Apa tujuanmu memberikan ini semua padaku?" Kaisar bertanya. Tatapan dinginnya terar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-21
Baca selengkapnya

Bab 274 - Saran dari Nicholas

"Sial. Satu alasan lagi untuk segera membereskan kekacauan ini." "Jadi," ucap Dion kemudian, menyadari emosi yang tampil di sepasang mata kelam Kaisar. "Apakah kita sepakat? Seret mereka ke penjara dan aku akan membantumu." Kaisar menatap Dion. "Sejak awal, itu memang rencanaku." Sekalipun mereka pernah berdiri di pihak yang berlawanan dan Dion sempat mengincar istrinya, tapi mau tidak mau Kaisar harus mengapresiasi usaha Dion yang satu ini. Pewaris Pradana itu bisa sampai sejauh ini. Pasti tidak mudah, meski Kaisar bisa menduga sebab kenapa Dion memilih jalur ini sekarang. "Terima kasih atas informasinya, Dion Pradana." Kaisar akhirnya berucap, membuat Dion tersenyum miring. "Aku tinggal tunggu hasilnya, kan?" balas Dion, sebelum berlalu dari hadapan Kaisar. Sementara itu, sepeninggal Dion, Kaisar diam. Memikirkan mengenai strategi yang harus diambil setelah ini. Namun, saat pandangannya jatuh ke ponselnya yang berada di atas meja, soro mata Kaisar yang tadinya gelap kini be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-23
Baca selengkapnya

Bab 275 - Bagaimana Mungkin?

"Ini buat makan malam nanti ya."Embun mendengarkan dalam diam sembari duduk di kursi makan sementara kakaknya bicara soal makanan-makanan yang baru saja selesai ia masak."Habiskan. Tidak baik buang-buang makanan," ceramah Rindang. "Nanti aku pesan ke Mbok juga buat temani kamu makan.""Iya," balas Embun patuh. Mendebat kakaknya hanya akan membuat wanita yang lebih tua darinya itu mengomel panjang lebar. "Kakak mau diantar? Sudah lama aku tidak ketemu kakak ipar dan keponakanku.""Tidak usah." Rindang menyahut tanpa menatap Embun. Ia sibuk mengemas semua masakan makanan rumahan yang bisa disimpan di freezer untuk waktu yang lama demi Embun. "Kamu istirahat saja."Embun mengguman pelan.Siang tadi, Rindang mendapatkan telepon yang membuat wanita itu harus pulang ke rumah selama beberapa waktu. Embun yang merasa lebih baik sekarang langsung mengizinkan, merasa bahwa ia sudah mengambil waktu kakaknya sangat banyak.Padahal kakaknya ini sudah menikah dan bahkan punya anak sendiri.Sediki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-23
Baca selengkapnya

Bab 276 - Gawat!

"Baiklah. Memang harus aku yang maju dulu sekarang." Embun akhirnya berdiri setelah merenung cukup lama. Kakaknya sudah pulang ke rumah beberapa jam yang lalu, dan Embun di sini hanya dengan Mbok Dasimah, si pengurus rumah. "Mbok," panggil Embun setelah mengambil tasnya, mencari keberadaan si pengurus rumah. Seorang wanita tua datang menghampiri Embun. "Ya, Bu Embun?" Mbok Dasimah menyahut, sudah mulai terbiasa memanggil Embun dengan sebutan 'ibu' dan bukannya 'nyonya'. "Saya mau ke tempat Kaisar ya." Embun tersenyum saat menyampaikan itu. Ia tengah mengemas sebuah termos berisi sop ayam, serta beberapa kotak makan berisi perkedel kentang dan makanan favorit Kaisar lainnya yang ia masak tadi ke dalam sebuah totebag. Khusus untuk suaminya. "Ah, kalau begitu saya minta supir menyiapkan mobil dulu ya, Bu." Mbok Dasimah berucap kemudian. "Tidak usah," balas Embun. "Saya berniat naik taksi." "Sudah mau malam, Bu. Lebih baik ditemani," nasehat Mbok Dasimah. "Biar lebih aman juga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-24
Baca selengkapnya

Bab 277 - Kejatuhan Dominic?

"Selamat datang kembali, Kek." Nicholas langsung menyambut Surya yang baru saja keluar dari dalam lift. Ia dan pamannya, Kaisar, menunggu kedatangan Surya sejak tadi di lantai ruang rapat direksi. "Nic." Surya menepuk-nepuk bahu cucunya tersebut. Meskipun sudah tua, gerakannya masih tegas dan tenaga Surya masih bisa dibilang kokoh. "Aku dengar kamu banyak membantu pamanmu. Kerja bagus." "Ah." Nicholas tersenyum mendengar pujian dari kakeknya tersebut. Sekalipun ia merasa apa yang ia lakukan itu sudah sepantasnya, tapi memang benar ia telah bekerja keras. "Terima kasih, Kek." "Seluruh pemegang saham sudah berkumpul." Tiba-tiba Kaisar berkata. Sikap tubuhnya yang penuh kharisma mengisyaratkan Surya dan Nicholas untuk mengikutinya. Surya mengangguk. Pria tua itu menyejajari langkah putra bungsunya. "Setelah ini, luangkan waktumu untuk penjelasan yang kamu janjikan." Surya mengingatkan. Kaisar hanya mengangguk. Mereka memasuki ruang rapat direksi yang sudah dipenuhi oleh para peme
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya

Bab 278 - Berusaha Memperbaiki Keadaan

Beberapa waktu yang lalu .... "Papa harus mengubah strategi."Ucapan putranya membuat Henri menghela napas. Sejujurnya, saat istrinya masih dalam masa kritis seperti sekarang ini, Henri tengah kehilangan gairah untuk melanjutkan hidup.Peduli setan dengan perusahaan ataupun hartanya. Mungkin ini adalah cara Tuhan dalam menghukumnya atas kelakuan bejat Henri beberapa bulan belakangan ini. Namun, jika ia tidak bertahan, istrinya, Rahma, akan kesulitan juga saat ia pulih nanti. Dengan pemikiran positif bahwa sang istri akan segera pulih, Henri bertahan. Meskipun sama sekali tidak memiliki keinginan untuk balas dendam. Berbeda dengan sang putra. "Papa tidak mau terlibat permainan apa pun lagi, Nak," ungkap Henri pada putranya. Dion mendengus. "Lucu. Bukankah Papa adalah pemain politik ulung?" "Bukan kamu yang menemukan ibumu saat itu." Ekspresi Dion langsung mengeras, mengingat rekaman yang ditunjukkan oleh Aletta waktu ia disandera. Dion jelas menyaksikan bagaimana ibunya disiks
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya

Bab 279 - Pengakuan Dosa yang Tak Diduga

"Lagi pula," imbuh Dion, tersenyum getir. "Aku sudah kehilangan DairyDeluxe. Berada di sisi Papa Mama dan membalas para bajingan itu adalah satu-satunya pilihan untukku sekarang." Namun, pada akhirnya, Henri harus menemui Kaisar seorang diri karena Dion perlu menyelesaikan sederet urusan yang dibutuhkan agar rencana mereka berjalan lancar. Perasaan Henri Pradana tidak karuan. Jantungnya berdebar keras. Bohong jika dikatakan tidak ada ketakutan dalam dirinya saat memikirkan bahwa ia akan berhadapan dengan Kaisar. Sekalipun memang beberapa kali Henri melawan pria itu dalam rapat. Namun, rupanya benar kata orang. Jika bersalah atau merasa berdosa, pastilah hati tidak tenang dan selalu dihantui rasa cemas. Itulah yang dirasakan Henri saat ini, yang menyadari dengan jelas apa dosanya. Akan tetapi, putranya memang benar. Henri harus mengakui kesalahannya dan memohon maaf. "Pak Henri," ucap Kaisar saat pria itu memasuki ruangannya. "Selamat siang " Tadi, saat membuat janji temu, mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya

Bab 280 - Kabar Buruk

Pria arogan dan tinggi hati seperti Dominic Romero tidak akan menyangka bahwa ia akan teledor begini. "Ck, kerja orang tidak becus!" batin pria itu. Tangannya masih terkepal keras hingga buku-buku jarinya memutih. Dominic tengah berusaha mengatur emosinya saat ia kembali beradu pandang dengan Kaisar Rahardja yang masih saja tersenyum tipis. Seolah mengatakan, semua atraksi yang dilakukan Dominic kemarin itu sama sekali tidak berguna. Kaisar lah pemenang aslinya. "... P-Pak," panggil asisten Dominic yang duduk di samping pria itu. "Mohon tenang. Anda sedang menjadi pusat p-perhatian." Dengan hati-hati, asisten Dominic tersebut kembali mengingatkan. "Matamu buta?" balas Dominic dalam sebuah bisikan. "Aku tidak melakukan apa pun sejak tadi!" "T-tapi ... ekspresi--" "Menurutmu apakah aku bisa memasang senyum di saat seperti ini!?" Si asisten terdiam. Ia sedikit banyak tahu sepak terjang bisnis Dominic, apalagi yang kemarin atasannya itu lakukan, sekalipun ia bukan sekertaris ut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
252627282930
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status