Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 281 - Chapter 290

298 Chapters

Bab 281 - Semoga Tidak Terjadi Apa-Apa

Beberapa saat yang lalu .... Badan Embun sedikit maju ke depan saat mobil yang ditumpanginya mengerem mendadak. Terkejut, tangannya refleks memegang kursi depan untuk menopang badannya, sekalipun ia sudah mengenakan sabuk pengaman. "Maaf, Bu Embun." Supir yang ditugaskan Kaisar untuk mengantar Embun berkata. "Truk di depan berhenti mendadak." Embun membetulkan posisi duduknya agar kembali nyaman sebelum ia menengok ke depan. Tampaknya bukan masalah truk di depan mereka berhenti mendadak, tapi sepertinya kendaraan tersebut tidak kunjung jalan. "Sepertinya ada masalah di depan, Bu. Saya izin mengeceknya terlebih dahulu," ucap si supir tersebut kemudian. Embun mengangguk. Selama si supir pergi, Embun menatap keluar jendela, sebelum kemudian menoleh ke sisinya, tempat ia meletakkan kotak-kotak bekal untuk Kaisar. Tanpa sadar, wanita itu tersenyum membayangkan wajah suaminya. "Bu Embun, sepertinya tadi ada kecelakaan di depan." Begitu kembali, si supir segera melaporkan. "Tapi ta
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

Bab 282 - Embun Hamil?

"Dom, apa yang harus aku lakukan?" Aleta tampak ketakutan. Wanita itu mulai menggigiti kuku jemarinya. "Jangan berlagak bodoh," ucap Dominic dengan suaranya yang dingin seperti biasa. Aletta lama tidak mendengar suara pria itu. "Memangnya kamu mau menyerahkan dirimu ke polisi?" "Aku tidak segila itu!" jerit Aletta. Kilasan mobil Embun yang terbalik kembali memenuhi ingatannya. Wanita itu ... pasti mati, kan? Ia tidak mungkin selamat. Tidak Embun, dan tidak pula bayinya. Namun, sekalipun itu berarti Embun tidak akan bahagia, begitu pula dengan Kaisar. Dan jika pria itu tahu Embun tewas akibat ulah Aletta, pria itu pasti akan memburunya hingga ke ujung dunia sekalipun. "Dom ... tolong aku," bisik Aletta, kini nyaris menangis. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. "Kamu harus membantuku!" Hening di seberang saluran telepon. Dominic tidak langsung menanggapi ucapan Aletta. Namun, pada akhirnya pria itu mengatakan sesuatu yang membuat Aletta kembali berharap. "Jangan berada di ar
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

Bab 283 - Aku Sudah Di Sini, Embun

Istrinya ... tengah hamil? Kepala Kaisar terasa penuh, memikirkan saat-saat ia bersama Embun saat di DairyDeluxe. Istrinya yang kurang sehat, lalu seringkali manja padanya. Meminta ini itu di momen-momen yang tidak biasa. Apakah itu karena efek kehamilan? Bagaimana Kaisar tidak tahu? Kaisar merasa ia tidak memperhatikan sang istri dengan baik. Tidak cermat dan tidak peka. Berpikir bahwa sang istri hanya sekadar manja padanya saja dan Kaisar bisa menyirami wanita itu dengan cinta. Jika saja Kaisar tahu Embun hamil, ia tidak akan membiarkan wanita itu sendiri. Ia akan mendesak lebih jauh lagi, alih-alih mengalah dan memberinya waktu terlalu lama seperti ini. "... Kaisar, duduk dulu." Suara Surya, sang ayah, tertangkap gendang telinganya. Pria tua itu mendorong Kaisar ke bangku untuk duduk. Tidak ada yang bertanya padanya kenapa Kaisar tampak terkejut saat tahu kehamilan Embun, padahal usia kandungan wanita itu sudah cukup besar. Ah, sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan i
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

Bab 284 - Tidak Ingin Menyerah

Baru beberapa lama Embun ada di rumah sakit, tapi penampilan Kaisar memburuk secara drastis. Aura suram melingkupi pria itu lantaran istrinya tidak kunjung bangun. Tidak hanya itu, Kaisar Rahardja sekarang memiliki kantung mata, hasil kurang tidur menunggui sang istri. Dokter mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan Embun. Wanita itu seperti sedang tertidur. "Kamu belum mau bangun, Embun?" bisik Kaisar. Seperti yang selalu ia lakukan, pria itu tengah duduk di sisi tempat tidur Embun. Jemarinya tertaut dengan milik Embun. Sempat ia bertanya dalam hati mengapa sang istri tak kunjung sadar. Berpikir bahwa wanita itu masihlah kecewa padanya. Namun, pengakuan Mbok Dasimah tentang ke mana Embun berencana pergi malam itu langsung menyingkirkan pikiran buruk Kaisar. Untungnya. Embun sudah memaafkannya. Dan sedang di jalan untuk menemui Kaisar. Jika bukan karena Aletta, malam itu pastilah menjadi malam paling indah untuk Kaisar. "Nak." Tiba-tiba, bahu Kaisar ditepuk oleh seseorang,
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

Bab 285 - Kejatuhan Para Tokoh Jahat

"Pria itu memang ucapannya tidak manis." Aletta menggerutu saat menjalankan mobilnya menuju untuk menemui Dominic. Ia masih merasa ketakutan, tapi sudah tidak terlalu panik seperti saat ia baru saja menabrak Embun. Karenanya, Aletta bisa mengomentari sikap Dominic. Wanita itu yakin bahwa Dominic akan membantunya. Bayangkan saja. Aletta berhasil membantu Dominic menguasai Rahardja! Pasti pria itu akan bersikap baik padanya, bukan? Sekalipun memang itulah kesepakatan mereka sejak awal. Jadi, apa peduli Aletta jika Embun kecelakaan atau bahkan tewas? Persetan soal pengejaran Kaisar. Mereka tidak akan bisa menangkapnya! Selain karena kekuasaan Kaisar Rahardja akan kalah oleh Dominic Romero, Kaisar juga pastinya tidak punya bukti dan saksi yang bisa membuktikan bahwa Aletta lah dalang dari semua kejadian itu, terutama kecelakaan Embun. "Ya, pasti begitu." Aletta menghela napas lega dengan semua pemikirannya. Lalu, ia mencoba menyusun rencana. "Ck, tapi kalau sudah seperti ini, lebih
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

Bab 286 - Membusuklah di Penjara

Dari dalam kamar Dominic, isakan Aletta masih terdengar. Wanita itu masih saja meratapi nasibnya. Ada kemarahan dalam dirinya, karena Dominic mencampakkannya. Namun, Aletta tidak bisa berbuat apa-apa. Pria itu terlalu kuat, dan sebenarnya bisa melenyapkan Aletta kapan saja. Akan tetapi, sekalipun Dominic membiarkannya seperti ini, bukan berarti pria itu telah mengampuni Aletta. Dominic justru membiarkan Aletta dimangsa oleh Kaisar! "Aku tidak mau mati!" teriak Aletta dalam hati. "Aku tidak boleh sengsara seperti itu!" Wanita itu mengusap air mata yang sudah mengalir di pipinya dan bangkit berdiri. "Aku harus segera pergi dari sini," gumam Aletta kemudian, sembari berjalan. "Bagaimanapun caranya, aku harus kabur!" Wanita itu segera melangkah keluar dari kediaman Dominic Romero, tanpa mengetahui bahwa mengetahui gerak-geriknya sejak tadi. "Tuan, saya mau melapor," ucap orang itu. "Wanita yang Anda cari baru saya menemui Tuan Dominic. Namun, sepertinya terjadi perdebatan di dala
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

Bab 287 - Akhirnya!

"Paman? Sudah makan?" Kaisar mengecek jam dindingnya dan menghela napas pelan sebelum kemudian meluruskan punggungnya. Bukan karena ia menyadari bahwa ia kembali melewatkan waktu makan, tapi karena ia jatuh tertidur selama beberapa jam di sisi istrinya. "Berbaringlah di sofa sebentar, Paman. Biar aku yang menunggu Tante Embun," kata Nicholas lagi saat Kaisar tidak membalas. "Atau makanlah dulu. Aku beli sup dan nasi. Atau Paman mau roti?" Kaisar menatap Embun yang masih belum bangun dengan ekspresi sedih sebelum kemudian menoleh ke arah Nicholas. "Roti saja. Terima kasih, Nic." Nicholas segera membawakan roti dan sebotol air putih kepada sang paman setelahnya, khawatir kalau-kalau Kaisar berubah pikiran dan kembali melewatkan makan. Pandangan Nicholas kemudian tertuju pada bibinya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Dadanya naik turun dengan teratur dan seperti kata dokter sebelumnya, wanita itu terlihat lebih pantas jika disebut sedang tertidur dibandingkan sakit. Jika buka
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 288 - Aku Akan Menjaga Kalian

"Itu jeruk dari siapa?" "Nic. Mau makan jeruk?" Embun bergumam sebentar, tampak berpikir sembari bersandar pada kepala tempat tidur pasien. Ia ingin makan camilan, tapi kalau makan jeruk, akan sedikit ribet baginya untuk mengupas dan melepehkan biji-bijinya. Oleh karena itu, Embun berniat menolak. Namun, Kaisar sudah mengambil satu jeruk dan mengupasnya dengan telaten sebelum mencoba memakan satu. "Manis, Embun. Mau?" Kaisar menyuap satu potong jeruk ke Embun. Mau tidak mau, Embun memakannya. "Manis," aku Embun, tersenyum tipis. Kepalanya kemudian menoleh ke sisi dan mencari tisu untuk melepeh biji di dalam mulutnya. Tapi tiba-tiba saja, tangan Kaisar sudah ada di depan bibir Embun, siap menampung. "Buang ke sini, Embun." Pria itu berkata lembut. Embun berkedip. "Eh, aku minta tisu saja, Kaisar." "Tidak apa-apa." Merasa sedikit tidak nyaman, Embun kemudian membuang biji jeruk di mulutnya ke telapak tangan Kaisar. Pria itu membuangnya tanpa tampak jijik sama sekali, lalu me
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Bab 289 - Ada yang Ingin Bertemu

"Aku akan menjaga kalian, Embun. Aku janji." Embun mengangguk. Ia tersenyum pada sang suami. Tangannya bergerak untuk mengelus wajah Kaisar, kemudian memainkan rambutnya. "Kaisar. Berikan tanganmu." Dengan heran, Kaisar menuruti ucapan sang istri. Ia menyodorkan tangannya kepada Embun, tanpa bertanya apa pun. Embun kemudian membawa tangan Kaisar tersebut ke perutnya. Di balik pakaian longgar yang ia kenakan, sudah muncul baby bump atau perut Embun sudah sedikit membesar. Wanita itu tersenyum sembari meletakkan tangan Kaisar di perutnya. "Halo, Sayang." Ia berbisik pelan. "Ini ayahmu." Ekspresi Kaisar seketika melembut mendengarnya. Wajahnya beralih menatap perut Embun dan tersenyum saat mengelusnya pelan. "... Selamat siang," sapa pria itu kaku, membuat Embun tergelak. Teringat pertemuan-pertemuannya dengan Kaisar sebelumnya. Ah, mereka sudah sampai di tahap yang cukup jauh rupanya. *** "Aku dengar kamu belum sempat pulang sejak aku masuk rumah sakit?" Suatu hari, dengan
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

Bab 290 - Terima Kasih Karena Menyelamatkan Kami, Ma

"Selamat sore." Lidya melangkah lebih dekat ke tempat tidur Embun setelah memutus kontak mata dengan yang lebih muda. "Aku tunggu di luar ya," ucap Surya kemudian, membuat baik Embun maupun Lidya menoleh ke arahnya. "Kalau ada apa-apa, panggil saja." Embun melihat ayah mertuanya itu berbalik dan berniat melangkah pergi, sebelum kemudian Lidya menggenggam tangannya. "Pa," bisik ibu Kaisar tersebut. Surya menatap sang istri dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, dia anak baik," kata pria tua itu. "Bicaralah pada menantu kita. Semuanya akan baik-baik saja." Pria itu meremas tangan istrinya pelan sebelum kemudian melepaskan genggamannya dan berlalu keluar. Meninggalkan Embun berdua dengan Lidya. Hening. Lidya tidak mengatakan apa pun, dan Embun menunggu wanita itu memulai karena ia pikir, akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan pada ibu mertuanya untuk menyampaikan niatnya lebih dahulu. Sekalipun Embun juga punya hal untuk dikatakan. Namun, saat Lidya tidak kunjung bi
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more
PREV
1
...
252627282930
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status