Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 231 - Chapter 240

298 Chapters

Bab 231 - Sesuatu yang Membuat Embun Takut

"Tolong rahasiakan ini dari suami saya. Nanti saya yang akan beri tahu ya."Mungkin dokter tersebut heran, dan penasaran dengan alasan Embun. Karena sang suami tampak panik saat datang membawa istrinya, menunjukkan hubungan mereka baik-baik saja.Namun, ia pikir mungkin sang istri ingin memberikan kejutan pada suaminya saja. Toh memang mereka tampak mesra.Karenanya, Kaisar hanya tahu kalau Embun kecapekan saja.Embun kembali mengelus perutnya pelan."Sayang. Yang kuat sama Ibu ya."Wanita itu bergumam pelan. Sorot matanya tampak lembut dan penuh sayang.Sejujurnya, Embun ingin memberi tahu Kaisar. Ia ingin melihat reaksi pria itu, yakin bahwa Kaisar akan bahagia mendengarnya.Namun, itulah yang menjadi masalahnya.Bagaimana kalau nanti ia mengecewakan pria itu ...?Seperti yang pernah terjadi di rumah tangga kakaknya?Saat itu, di awal pernikahan sang kakak, Rindang mengandung cukup awal. Embun ada di sana, dan ia membersamai setiap proses tersebut. Ia melihat betapa bahagianya rumah
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

Bab 232 - Aku Bisa Jaga Diri

"Tapi, Fris. Aku penasaran. Kamu menyukai pria ini?"Embun menunggu jawaban dari sahabatnya itu, tapi Friska tidak kunjung menjawab."Fris?""Dia lebih muda, Embun." Friska terdengar sedikit ragu."Lalu? Bukan jtu yang kutanyakan," ucap Embun. "Kamu nyaman saat bersamanya?"Sementara itu, di luar UGD, Kaisar menelepon Nicholas balik dan langsung diangkat oleh pria muda itu."Paman! Aku kira sedang sibuk dengan Tante Embun."Dari suaranya saja Kaisar sudah bisa menduga kalau keponakannya itu sedang dalam suasana hati yang baik, sangat berbeda dengan beberapa minggu belakangan saat mereka dipusingkan oleh kasus proyek Asthana."Memang." Kaisar menjawab. "Ada apa kamu menelepon, Nic?""Masih pagi, sibuk melakukan apa, Paman?" Nicholas justru lanjut menggoda."Nic." Kaisar menegur si keponakan, membuat pria muda itu meringis di seberang saluran telepon."Maaf, maaf. Paling tidak berikan aku kesempatan untuk menggoda Paman lah. Aku yang waktu itu menyaksikan Paman memanggil Tante Embun den
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

Bab 233 - Menjadi Orang Kepercayaan

"Kita bisa mulai dari sini." Nicholas menaikkan alisnya. Agak tidak paham dengan kalimat itu, meskipun seorang pria muda di depan sana sedang mempresentasikan sebuah rencana yang katanya 'brilian'. "Gimana caranya kita mulai dari sana tanpa ketahuan, Barry?" Barry menatap sebentar ke arah layar yang sedang menampilkan rencana briliannya, lalu beralih ke tablet yang ada di genggamannya. Beberapa kali ia tampak bolak-balik memperhatikan dua layar berbeda itu, sebelum ia menggaruk kepalanya. Ia terlihat bingung, sekaligus serba salah. Nicholas menyembunyikan senyumannya. Setelah pembicaraan dengan Dominic tempo hari, ia langsung melakukan pemeriksaan latar belakang terhadap seluruh kru Xander. Tidak mudah untuk mencari informasi itu, namun Nicholas bukanlah pria muda yang mudah menyerah. Dengan semua kekuatan dan koneksi yang ia miliki, ia berhasil mengetahui semua informasi yang ia butuhkan sebelum datang ke tempat ini. Dan seharusnya Barry bukanlah orang yang tepat untu
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Bab 234 - Situasi yang Mencengangkan

'Pewaris Pradana Group Dikabarkan Menghilang!' 'Menghilangnya Sang Pewaris Membuat Saham Pradana Group Anjlok?' 'Apakah Pradana Group akan Gulung Tikar?' "Bangsat!" Henri Pradana melemparkan tablet miliknya ke dinding. Ia merasa begitu murka ketika melihat setiap headline berita hari ini. Pria paruh baya itu sudah mengeluarkan biaya yang tak sedikit, bahkan jika ditotal, hampir mencapai 100 milyar! Namun, semua tindakan preventif yang dilakukan oleh Henri tampaknya tak bisa membungkam media selamanya. Henri menatap berang pada Vitto. "Cepat jelaskan, bagaimana berita itu bisa bocor ke media?!" Vitto menunduk, tapi kemudian ia mengeluarkan setiap dokumen yang ia temukan. Menyusunnya di atas meja. Ada beragam foto, tangkapan layar dari beberapa forum percakapan, dan juga data diri dari beberapa orang. Henri menatap semua dokumen itu. Ia kemudian mengambil salah satu foto yang ada di sana. Dengan ekspresi yang marah, ia bertanya, "Salah satu analis terbaik perusahaan
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Bab 235 - Sudah Kembali

"Bertahanlah, Istriku. Tolong, bertahanlah."Henri membawa istrinya ke rumah sakit agar wanita itu segera ditangani. Sesuai dugaan, dokter pun menyatakan bahwa istrinya kehilangan banyak darah dan memerlukan transfusi. Ada banyak luka di sekujur tubuh Rahma, dan beberapa memerlukan penanganan ekstra.Mendapati hal itu, Henri bertanya-tanya penyiksaan jenis apakah yang sudah dilalui oleh sang istri dan entah berapa lama wanita itu melaluinya.Namun, Henri tidak bisa menggali informasi mengenai hal itu. Istrinya masih tidak sadarkan diri dan berada di ruang ICU."Berengsek!" desis pria paruh baya itu sembari mendaratkan kepalan tangannya ke dinding, melampiaskan emosi.Semuanya tidak ada yang berjalan lancar!Mulai dari putranya yang masih belum ditemukan, pengkhianatan besar-besaran, dan sekarang istrinya nyaris tewas jika tidak segera ia temukan!Wajah Henri memerah menahan marah. Bajingan-bajingan itu sudah mengganggu orang yang salah.Namun, sekarang, bagaimana ia bisa menuntut bal
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

Bab 236 - Pria yang Lebih Berkuasa

"Sebagai suami, bukankah seharusnya Papa melakukan tugas dengan becus?”Dalam kondisi biasa, mungkin Henri akan langsung menampar Dion. Namun, kali ini pria paruh baya itu menahan diri. Bukan hanya karena putranya sedang babak belur, tapi juga karena dalam hatinya, Henri turut menyalahkan dirinya sendiri.Jika saja ia lebih memperhatikan istrinya, mungkin wanita itu akan ditemukan lebih cepat. Atau bahkan, seseorang tidak akan bisa menyakiti Rahma sejak awal.Ya, semua salah Henri."Maafkan Papa, Dion." Sang ayah akhirnya berucap. "Papa teledor."Ia tidak berusaha membela diri. Namun, tidak juga mengungkapkan apa yang sebenarnya ia lakukan pada Dion.Meskipun Dion marah dan kecewa dengan sang ayah, pria itu menurut saat Henri menariknya agar duduk di kursi tunggu satu-satunya di samping tempat tidur. Dalam otak Dion, mungkin ayahnya sendiri sedang sibuk mengurusi dirinya yang hilang dan segala jenisnya.Karenanya ia diam saja dan membiarkan Henri memanggil perawat untuk mengobati lu
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

Bab 237 - Embun Ngidam ?

"Kaisar. Kaisar." Pria yang tengah terlelap sembari memeluk istrinya itu terusik dengan suara yang memanggil-manggil namanya beberapa kali tersebut. Keningnya berkerut, sementara lenguhan pelan keluar dari tenggorokannya."Kaisar?" Suara itu kembali memanggil. Kali ini pemilik suara itu juga mengusap pipi Kaisar pelan. "Sayang? Mas? Suamiku?"Akhirnya, Kaisar membuka matanya. Mana mungkin ia diam saja setelah Embun memanggilnya dengan sederet panggilan sayang tersebut?"... Ya, Embun? Ada apa?" Suara Kaisar khas orang baru bangun tidur, terdengar berat dan serak. Matanya yang segelap malam juga tampak mengantuk.Ia melirik ke arah jam di meja nakas. Pukul sebelas malam."Aku agak lapar. Kamu lapar tidak?" tanya Embun, agak tiba-tiba dan tidak terduga."Huh?" Kaisar mencoba memproses ucapan Embun tersebut. "Lapar?""Iya. Tadi kan aku hanya makan nasi uduk saja," balas Embun. "Tidak banyak juga.""Ah, begitu." Kaisar bangun dan duduk. Pria itu menatap sang istri yang masih berbaring di
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Bab 238 - Kebersamaan Sepasang Suami Istri

“Bagaimana dengan buah apel yang kuminta, sayang?”Embun menatap ke arah Kaisar yang baru saja pulang dari restoran sate dekat tempat ini. Sepertinya pria itu tak membaca pesan yang dikirimkannya beberapa saat lalu. Ah, salah Embun juga sih. Tadi tiba-tiba saja ia ingin apel segar. Ekspresi di wajah Kaisar terlihat sedikit bingung. Lalu dengan polos ia mengangkat plastik berisi sate yang dipesan oleh Embun tadi. “Lalu, satenya bagaimana?”Embun tersenyum. “Tiba-tiba sudah tidak ingin. Buat kamu saja.”Meskipun agak bingung dengan sikap Embun saat ini, tapi entah kenapa, Kaisar tetap merasa senang. Ia mengusap lembut kepala Embun. “Jadi, bagaimana? Mau beli apel segar dulu saja?”Embun terlihat berpikir sejenak, sebelum ia menatap Kaisar dengan berseri-seri. “Aku punya ide yang lebih baik. Gimana kalau kita ke perkebunan apel saja?”Dahi Kaisar mengernyit. “Perkebunan apel? Tapi, kita bisa beli apel di supermarket dekat sini, kan?”Embun menggeleng. Benar-benar tidak seperti biasanya
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Bab 239 - Kebahagiaan yang Memenuhi Hati Embun

"Karena kau akan belajar langsung dari ahlinya."Embun menatap Kaisar, dan berujar dengan ragu, "Kau bisa berkuda, Kaisar?"Kaisar memegang dadanya, sambil menatap Embun dengan ekspresi tersinggung yang dibuat-buat. "Kalau kau mau tau, aku sedikit terluka dengan pertanyaanmu barusan, istriku."Embun menutup mulutnya. Agak tidak percaya juga, jika pria yang semula hanya memiliki satu ekspresi saja, seiring berjalannya waktu, ada ragam ekspresi yang ia tunjukkan secara spontan seperti sekarang ini. "Aku bahkan pernah memenangkan beberapa perlombaan berkuda di masa lalu." Kaisar memasukkan tangannya ke dalam saku, sebelum tersenyum ke arah Embun. Embun merangkul lengan Kaisar sambil menganggukkan kepalanya. "Iya, aku percaya, sayang."**Ketika mereka sampai di tempat berkuda, Kaisar langsung berganti pakaian. Sementara Embun justru terdiam, ia kan sedang hamil? Bagaimana mungkin ia bisa ikut berkuda? “Kamu belum berganti pakaian?” Kaisar keluar dari ruang ganti dengan pakaian dan pe
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Bab 240 - Hal yang Dibutuhkan

“Ck. Dia selalu begini kalau aku sedang butuh!”Aletta merutuk sembari kembali memilih opsi ‘panggil’ di ponselnya. Sekali lagi, nama Dominic terpampang di layar, tapi tetap tidak ada jawaban.“Nomor yang Anda tuju, sedang tidak dapat dihu–”Dengan penuh kemarahan, Aletta mengakhiri panggilannya. “Argh, sial!” umpatnya geram. Kali ini, wanita berambut cokelat terang itu ganti menghubungi asisten Dominic. Untungnya, baru pada dering ketiga, panggilannya diangkat.Tapi bukan berarti Aletta akan melewatkan kesempatannya melampiaskan kemarahan pada siapa pun di seberang saluran telepon itu,“Bosmu itu sedang sibuk apa sih? Kalau ditelepon tidak pernah diangkat! Seenaknya saja!” Aletta mengomel. “Apa gunanya dia punya ponsel, hah?”Si asisten diam, membiarkan Aletta mengata-ngatainya karena ia sendiri tahu kalau wanita itu tidak mungkin mengoceh demikian pada Dominic.Setelah puas, barulah Aletta bertanya, “Di mana dia sekarang?”“Tuan Dominic saat ini sedang berada di mansion pribadinya
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status