Semua Bab Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 211 - Bab 220

298 Bab

Bab 211 - Kekhawatiran Kaisar yang Tidak Terbukti

"Siapa...?"Nicholas mengernyit. Ekspresinya makin tampak heran saat ia melihat Dion dibawa oleh sosok berpakaian serba hitam tersebut kembali ke pintu utama dan masuk ke dalam sebuah van hitam.Segera, pria muda itu menitahkan pada para anak buahnya untuk menyelidiki van tersebut. “Temukan pria itu segera. Dan lekas kabari saya.”Nicholas kembali melihat ke arah layar besar di sana. "Diculik?" gumam Nicholas, berpikir keras. Dari gerak-gerik Dion, tidak mungkin ia memang sengaja mau masuk ke dalam van tersebut. "Tapi oleh siapa? Dan kenapa?"Rasanya tidak mungkin, kecuali Dion memang memegang kelemahan pihak tertentu dan pihak tersebut lebih kuat dari pada dia.Nicholas mengurut dahinya, ia memikirkan setiap kemungkinan yang ada, hingga sepasang matanya melebar. “Atau, jangan-jangan…” Dibenaknya kini timbul satu nama yang mungkin saja menculik Dion. Namun kemudian ia meragukan asumsinya sendiri. “Tapi, kalau benar begitu, Aletta tidak mungkin melakukannya sendirian, kan?”Kalau m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Bab 212 - Para Penjaga Embun

“Apakah urusanmu sudah selesai, Kaisar?” Setelah membereskan semua barang-barangnya, kini Embun dan Kaisar sedang berjalan beriringan keluar dari gedung belajar. “Hampir,” ujar Kaisar seraya tersenyum tipis. Embun lantas menatap suaminya itu yang terlihat ‘cukup berantakan’. Kaisar yang ia kenal selalu bercukur setiap pagi, wangi, dan selalu berpakaian rapi. Tapi kali ini, kesan itu benar-benar menghilang. Kaisar tampak sudah tidak bercukur berhari-hari, kemejanya terlihat kusut, rambutnya sudah mulai sedikit panjang. Matanya bahkan terlihat menghitam. Dengan perlahan Embun menyentuh ujung rambut Kaisar, hingga membuat pria itu menghentikan langkahnya. "Rambutmu sudah mulai panjang..." Kaisar terdiam, sepertinya agak tak menyangka bila istrinya memperhatikan hal tersebut. "Kupikir tidak akan terlalu terlihat." Tangan Embun kemudian turun ke wajah Kaisar. Menelusuri pipinya yang ditumbuhi rambut, mengusap area bawah mata Kaisar yang terlihat menghitam. Embun mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Bab 213 - Pembicaraan Kaisar

"Kerja bagus, Kia."Kia menundukkan kepalanya dengan hormat kepada Kaisar.Hari itu, ketika Embun mengatakan jika ia akan ikut ke dalam project milik Dion, Kaisar menugaskan salah satu orang kepercayaannya untuk terlibat di sana juga. Dia adalah Kia.Kia tak hanya cerdas, mudah beradaptasi, tapi ia juga seseorang yang menguasai beberapa teknik bela diri. Hal ini bertujuan jika ada sesuatu yang buruk terjadi, ia bisa melindungi Embun. Bahkan tanpa bantuan dari seorang pria.Memilih Kia untuk tugas ini sangatlah tepat. Karena gadis muda itu bahkan terlihat mudah akrab dengan Embun, dan tak tampak sungkan dengan Kaisar ketika bertemu. Berbeda dengan saat ini. Kia terlihat kaku dan penuh penghormatan kepada atasannya, Kaisar. Kaisar membuka amplop coklat yang berada di tangannya, kemudian melihat sekilas isi di dalamnya. Beberapa lembar foto yang sama, yang dikirimkan Aletta untuknya. Kaisar meremas amplop coklat itu, ia benar-benar tak habis pikir. Kenapa Aletta gigih sekali melakuka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bab 214 - Jadi, Siapa Dalangnya?

"Uh..." Pria muda itu menggeliat, berusaha menggerakkan tubuhnya. Pandangannya masih gelap, tangan dan kakinya terikat, dan mulutnya tersumpal. Terus, ia mencoba untuk kembali menggerakkan tubuhnya, meski dengan susah payah. "Diam, brengsek!" Pria itu menggeram ketika perutnya kembali menjadi sasaran pukulan. Suara mesin mobil kemudian berhenti, ia ditarik keluar dengan kasar oleh, sepertinya beberapa orang. "Jangan terlalu kasar. Kita tidak diperintahkan untuk membunuhnya." "Ck, lagipula siapa yang mau membunuhnya?" Terdengar suara benturan. Lalu diikuti dengan suara tamparan. Sepertinya salah seorang diantara mereka memukul orang lainnya. "Perlakukan dia dengan baik. Ingat..." Kali ini suaranya menjadi semakin kecil. "Dia ladang uang kita. Jadi, harus kita perlakukan dengan baik." Kalimat itu langsung disambut tawa tertahan dari salah satu orang. "Benar juga. Sebentar lagi, kita akan kaya raya!" Pria itu yang masih terikat dan kedua matanya masih dit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bab 215 - Lebih Aman Untuk Kita

"Apa tidak sebaiknya kita ke salon saja?" Embun menatap suaminya itu melalui kaca. Ia masih berdiri di belakang Kaisar. "Kau tak percaya padaku?" Kaisar terlihat serba salah. "Bukannya tak percaya..." Ia menatap Embun, dan akhirnya menghela napas pelan. "Baiklah..." Senyuman di wajah Embun terbit, lalu ia menepuk pipi Kaisar dengan lembut. "Serahkan padaku. Jangan khawatir, ya..." Sebetulnya Kaisar agak kurang menyukai ide memotong rambut yang digagas oleh Embun tadi. Tapi masalahnya adalah pikirannya agak tidak fokus karena foto-foto yang dikirimkan Aletta. Dan juga, kekhawatiran jika Embun salah paham padanya. Namun setelah memastikan jika ia tak perlu khawatir mengenai hal tersebut, pikiran Kaisar barulah fokus. Dan sekarang ia agak menyesal tidak mengatakan apapun ketika Embun berinisiatif untuk memotong rambutnya. Hanya saja, ia tidak mau mematahkan antusiasme Embun. Pada akhirnya, ia membiarkan istrinya itu untuk melakukan apapun yang ia inginkan. "Apakah k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Bab 216 - Tikus-Tikus Pengkhianat

"S-sebentar... Argh!" Sudah berjam-jam Dion berada di posisi digantung seperti ini. Semua ini berawal karena negosiasi yang tak berhasil dilakukan oleh Dion, untuk kedua kalinya. Beberapa jam yang lalu, saat penutup mata Dion dibuka untuk pertama kalinya. Seorang pria berkepala plontos adalah orang pertama yang ia lihat. Wajah pria itu bisa dibilang mengerikan. Dengan luka sayatan yang panjang di pipinya, dan tato yang memenuhi hampir seluruh tubuhnya. Seringaian pria berkepala plontos itu hampir membuat Dion gentar. Tapi, nyawanya sudah diujung tanduk, tak ada lagi waktu untuk merasa takut. "Bagaimana bila kita melakukan negosiasi ulang?" tawar Dion, lagi. Seringai di wajahnya menghilang, digantikan dengan tawa keras darinya. "Sudah gila dia rupanya, hah?!" Pertanyaan itu disambut dengan tawa canggung dari beberapa orang di sini. Dion menatap ke sekelilingnya. Ia berada di sebuah ruangan yang sangat besar. Ada satu, dua, lima, delapan, dua belas orang, setid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Bab 217 - Sebuah Titik Terang

"Aletta?" Dion menatap wanita itu dengan tidak percaya. Aletta melangkah masuk ke dalam ruangan. Langkah kakinya begitu percaya diri, senyuman terbit di wajahnya yang cantik. Jika dilihat hanya dari luarnya saja, Aletta benar-benar sosok wanita sempurna. Sayangnya, penampilan fisiknya tak selaras dengan hatinya yang jahat. "Sialan! Jadi kau dalang dari semua ini?!" Dion menggerakkan tubuhnya dengan agresif, seakan-akan ia siap mencabik-cabik Aletta sampai tak berbentuk. "Duh, jangan galak gitu dong, Dion," ujar Aletta sambil tersenyum. Ia berjalan mendekat menghampiri Dion. "Ketampananmu nanti jadi menurun kalau kamu terlalu galak." "Aku membantumu, Aletta!" Suara Dion bergetar. Masih tidak percaya kalau wanita itu mengkhianatinya. "Aku membantu semua rencana gilamu itu!" "Dan sekarang kau mengkhianatiku? Memperlakukanku seperti binatang?! Sialan kau, Aletta." Aletta menatap Dion dengan ekspresi pura-pura prihatin. Sambil menepuk kepala Dion, ia berujar, "Aku han
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Bab 218 - Apa Alasannya?

"Perusahaan Romero Entertainment. Agensi yang menaungi Aletta."Informasi terbaru tersebut membuat Nicholas mengernyit, merasa bingung.Ia teringat malam itu, saat ia mencuri dengar percakapan Dion dan Aletta di pesta. Kemunculan Dominic Romero, sang CEO, di sisi Aletta memang cukup mengejutkan untuknya. Aletta terlibat dalam penculikan Dion?Tapi kenapa?Apakah mereka berselisih paham, hingga mantan pacar Kaisar itu berniat memberi pelajaran pada Dion? Sepengetahuan Nicholas, sekalipun interaksi antara Dion dan Aletta sedikit tidak nyaman di pesta terakhir, tapi tidak ada hal drastis yang seharusnya bisa membuat Aletta melakukan hal ini.Karenanya, Nicholas sama sekali tidak menduga kalau sebenarnya partner kejahatan Dion sendirilah yang melakukan hal ini.Mungkin Dion mencoba berkhianat? Sehingga Aletta merasa ia harus membungkam pria itu?Atau apa?Namun, sekali lagi, pengetahuan Nicholas masih sedikit. Penyelidikannya masih dangkal."Apa karena Dion berusaha kabur?" gumam Nichola
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Bab 219 - Persiapan yang Matang

Ada yang mengetuk pintu.Lidya menegakkan punggungnya, langsung waspada. Apalagi saat ini ia tengah memikirkan si Aletta sialan."Aletta, kamu jangan main-main ya!" ucap Lidya saat itu. Sekalipun tangannya terasa dingin karena ternyata si berengsek di hadapannya mengetahui tentang perselingkuhannya."Lho, saya tidak main-main, mantan calon mama mertua," balas Aletta ringan. Suaranya yang tadinya malas langsung berubah semangat lagi. "Tidak sedang bercanda juga. Saya benar-benar takjub loh. Bagaimana rasanya selingkuh?""Kurang ajar!" Lidya menggebrak meja, membuat Aletta justru makin tertawa di seberang saluran telepon."Aduh. Jangan marah-marah. Nanti keriput. Om Henri nanti tidak suka, lho." Aletta menggoda dengan suaranya yang menjijikkan. Lalu ia terkikik. "Ah, sayang sekali saya harus pergi. Lain kali kita ngobrol lagi ya, Tante Sayang.""Aletta! Kamu--"Lalu sejak hari itu, Lidya sama sekali tidak dapat menghubungi Aletta lagi. Sama seperti saat wanita gila itu menghilang.Tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Bab 220 - Rumah Impian Bersama

"Hihi, masa aku membiarkanmu hidup tenang dan bahagia dengan mantan pacarku, Embun?”Aletta mengalihkan pandangannya dari gelapnya malam di luar jendela dan kembali fokus ke ponselnya.Wanita itu mengetikkan sesuatu di sana dan menekan tombol kirim, sebelum kemudian bertitah, "Injak gasnya. Ini jalan tol. Jangan mengemudi seperti siput begitu."***"Kamu sebenarnya tampak lebih bahagia di sini, Embun."Embun menatap Kaisar saat suaminya mengatakan itu. Jemarinya yang sedang memainkan rambut pria itu berhenti sejenak, sebelum kemudian kembali mengusik surai hitam di hadapannya."Kelihatan jelas, ya?" gumam Embun.Kaisar mengangguk. "Kamu suka tinggal di pedesaan seperti ini?" tanyanya kemudian."Lebih tenang, memang," balas Embun. "Di ibu kota berisik. Macet, polusi ... banyak. Di sini aku bisa mengatur jadwal dan diri sendiri dengan lebih baik. Tapi, agak bimbang juga karena," Ia menjeda kalimatnya sejenak, "di sana ada Kak Rindang. Ada Papa juga. Ada ... kamu."Kaisar terkekeh kecil.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
30
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status