All Chapters of Merebut Hati Suamiku: Chapter 161 - Chapter 170

200 Chapters

SEASON 2 || Mengambil Keputusan

Kabar diusirnya Kaindra dari pesantren sudah tersebar, membuat Ilham langsung mendatangi kediaman Aaraf untuk meminta kejelasan."Saya tahu Gus sangat kecewa, bahkan mungkin ... tidak bisa memaafkan Kaindra lagi. Tapi bagaimanapun setiap manusia tidak ada yang luput dari kesalahan, Gus. Maaf, bukannya saya mau menceramahi, tapi saya hanya memberi pendapat dari sudut pandang calon mertuanya Kaindra." Ilham menarik napas panjang, sementara Aaraf masih tidak bergeming."Saya tidak masalah dengan kondisi Kaindra, saya bisa menanggung pernikahan ini. Kedatangan saya ke sini tadi memang untuk memperjelas status Kaindra. Tidak masalah, Gus. Toh, bukannya laki-laki tidak butuh wali? Kalau restu saya yakin Gus dan Ning sudah memberikannya," imbuh Ilham.Aaraf melirik ke arah Ilham yang masih menatapnya dengan senyum manis. "Aku terlalu kecewa, Ham. Bahkan aku mengingkari janjiku kepada Ayrani dan Mahesa untuk selalu menjaga Kaindra. Aku sudah menaruh kepercayaan besar, tapi dia mengkhianati beg
Read more

SEASON 2 || Keputusan Aaraf

"Ning ...." Ryon menatap ke arah Shaynala yang masih terlihat syok."Aku masih bingung," sahut Shaynala dengan suara lirih.Ryon menatap kembali lembar berkas itu. Keduanya bingung harus merespon bagaimana, tetapi ada perasaan senang yang membuncah di hati mereka.Berkas itu berisi pembatalan jual beli Perusahaan Starlight kepada Bratayeksa Company."Kak, apa kita harus kasih tahu Abi?" tanya Shaynala.Ryon tidak langsung menjawab, ia tampak berpikir sejenak. Apakah setelah diberitahu, Aaraf bisa langsung memaafkan Kaindra? "Sebaiknya kita coba saja, Kak. Nggak papa. Siapa tahu Abi bisa memaafkan Kak Kaindra." Shaynala kembali membuka suara.Pria itu menghela napas lirih. "Iya, baiklah. Kita coba saja dulu, Ning."Gadis itu mengangguk antusias, ia langsung bangkit untuk mengambil tas dan bersiap pulang. Namun, tiba-tiba ponselnya berdenting yang menandakan sebuah notifikasi masuk.Shaynala menggeser layar, melihat notifikasi yang menunjukkan lokasi Arsen. Keningnya mengernyit bingung
Read more

SEASON 2 || Jebakan Larissa

Shaynala memilih mengalah, karena percuma saja terus merayu Abi nya. Ia beranjak ke kamar guna menenangkan diri sebelum kembali ke kantor.Ponselnya terus berdenting, menunjukkan notifikasi tentang titik lokasi suaminya yang saat ini sudah benar-benar berhenti di titik yang sama seperti lokasi Larissa.PYAR!Shaynala membanting ponselnya ke lantai kamarnya, nafasnya naik turun menandakan emosinya yang sudah memuncak. "Tidak pernah kapok! Dia malah terus menemui wanita itu, padahal aku sempat mengiranya sudah berubah! Baiklah, Mas. Kalau kamu masih mempertahankan Larissa, maka jangan salahkan aku kalau aku benar-benar mengajukan perceraian ke pengadilan! Seperti kata Abi, tidak ada kesempatan kedua untuk seorang penghianat!" desisnya.Shaynala mengambil satu ponsel lagi dari dalam tas, kemudian menghubungi nomor Elok — pengacara yang akan mengurus pengajuan perceraiannya."Kamu sudah yakin, Nala? Sudah memikirkan semuanya baik-baik?" tanya Elok dari seberang telepon setelah Shaynala be
Read more

SEASON 2 || Dugaan Victor

Larissa berusaha menggandeng lengan Arsen dan membawanya masuk ke dalam lift. Namun, baru saja beberapa langkah wanita itu merasakan tengkuknya berat dan sejurus kemudian tubuhnya limbung.Victor dengan cepat menangkap tubuh Larissa kemudian menyeretnya ke dekat lift. Ada sofa panjang di sana dan Victor langsung menidurkan tubuh Larissa di sofa itu."Untung dia langsung pingsan," gumam Victor.Ia baru saja memukul tengkuk Larissa hingga menyebabkan wanita itu kehilangan kesadarannya, selanjutnya Victor lekas beranjak menuju Arsen yang saat ini sudah melepas semua kancing kemejanya."Sial!" pekiknya dan langsung menggelandang lengan Arsen menuju kamar. Victor mengunci pintu kamar dan setelah itu menyeret Arsen ke kamar mandi. Ia mencengkeram kuat lengan Arsen agar tubuh itu tidak terus bergerak.Tangannya menyalakan keran shower, Arsen memberontak saat air dingin mengguyur tubuhnya."Diam, sialan! Kau sedang dalam pengaruh obat perangsang. Kau akan semakin hancur kalau kembali masuk d
Read more

SEASON 2 || Hampir Hilang Kendali

BRAK! Pintu kayu itu terbuka lebar saat Arsen menendangnya menggunakan satu kaki. Pria itu sudah tidak peduli pada keadaan Larissa yang tengah hamil, ia mendekat dan langsung mencekik leher jenjang itu."Berani sekali kau bermain-main denganku, Jalang Sialan!" desis Arsen. "Selama ini aku sudah sabar menuruti semua permintaanmu. Bahkan aku mengesampingkan istriku demi menuruti kemauanmu. Tapi apa yang kau lakukan, hah?! Kau malah mau menjebakku."Larissa menggelengkan kepala dengan air mata yang mulai menetes dari mata merahnya."Kalau kau mengancam untuk menyebar video itu, aku sudah tidak peduli! Karena saat ini aku akan membunuhmu!""Ja-Jangan, Sen. Akh ...."Jemari lentik itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Arsen dari lehernya. Namun, gagal. Tangan kekar itu mencengkeram sangat kuat."Selama ini kau suka bermain-main 'kan? Maka sekarang nikmatilah permainanku yang sesungguhnya." Pria itu menyeringai puas, menampakkan wajah tampannya yang terlihat begitu menakutkan. "Seharus
Read more

SEASON 2 || Kekhawatiran Kaindra

Arsen memutuskan pulang setelah menimbang-nimbang, mungkin Mamanya memang tidak mau bertemu. Jadi, apa gunanya menunggu di sana? Mobil mewah itu dikemudikan oleh Victor. Malaju cepat membelah jalan raya dengan diiringi musik keras.Mereka berdua meninggalkan rumah itu setelah mengecek cctv, ternyata benar kalau Larissa sudah menggoda beberapa pengawal agar berpihak padanya. Victor yang geram langsung meminta Arsen memulangkan pengawal yang berkhianat dan mengganti dengan pengawal baru yang lebih kompeten."Kau harus rutin cek CCTV dan alat penyadap itu, Sen. Aku 'kan juga sudah menyambungkan ke ponselmu. Pokoknya jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Kemarin kau sangat ceroboh, Sen!" maki Victor. Tidak henti-hentinya pria itu meneriaki Arsen, sedangkan Arsen hanya diam saja tanpa menimpali apapun. Ia mendengar, tetapi memilih diam karena tahu semua ini salahnya."Kalau takut Shaynala curiga, kau bisa cek di kantor."Arsen menoleh ke arah sahabatnya itu, ia berhutang banyak kepada
Read more

SEASON 2 || Kelicikan Jamal

"Ponselmu, kok, tetap nggak bisa dihubungi, sih, Rash?! Kamu sebenarnya di mana? Apa kamu baik-baik saja?" pekik Kaindra di dalam mobilnya.Hari sudah beranjak pagi, tetapi Rashita belum ditemukan. Polisi dan agen detektif untuk melacak keberadaan gadis itu juga sudah di kerahkan, tetapi bak ditelan bumi, jejaknya saja tidak diketahui.Naya sudah beberapa kali pingsan mendengar putrinya belum juga ada kabar, sementara Ilham sudah turun ke jalanan bersama adiknya untuk mencari Rashita. Aaraf juga membantu, tetapi nyatanya itu semua tidak mampu untuk melacak di mana gadis itu."Harus mencari ke mana lagi?" gumam Kaindra.Semua sudut kota sudah ia susuri, tetapi tidak memberikan hasil. Beberapa kali Aaraf menghubungi nomor Rashita, tetapi ponsel gadis itu tidak kunjung aktif."Semuanya khawatir sama kamu, Rash." Kaindra kembali melajukan mobilnya melewati gang-gang kecil.Pagi ini ada meeting bersama kolega yang harus ia hadiri, tidak mungkin busa diwakilkan karena ada hal penting yang h
Read more

SEASON 2 || Kemarahan Aaraf

"Aku tidak membelanya, Mas. Aku hanya bicara fakta. Dan ... pada kenyatannya Kak Kaindra memang tidak bersalah," sahut Shaynala.Arsen menggelengkan kepala. "Dia bersalah, Dek!""Tidak, Mas." Tanpa sadar gadis itu meninggikan ucapnya, membuat Arsen melayangkan tatapan memicing ke arahnya. "Kamu harus lihat faktanya, jangan bicara menurut persepsi kamu sendiri.""Kamu membelanya sampai seperti ini, Dek? Sampai meninggikan suaramu. Padahal kamu tahu sendiri kalau aku tidak suka dengan Kaindra. Dari dulu aku sudah tidak cocok dengannya."Gadis itu gelagapan, mencari-cari alasan yang tepat agar suaminya tidak lagi menaruh curiga."Bukan seperti itu, Mas. Aku hanya meluruskan saja, aku tidak mau kamu berprasangka buruk. Dosa, Mas," jawab Shaynala dengan suara lembut.Namun, Arsen sudah terlanjur tidak mood. Ditambah rasa lelah fisiknya setelah melakukan perjalanan panjang. Belum lagi sakit hati karena sang Mama tidak mau bertemu dengannya.Semua kekesalan itu semakin memuncak saat Shaynala
Read more

SEASON 2 || Berhasil Kabur

"Kay ...."Wanita paruh baya itu berbalik badan, menatap sendu ke arah suaminya. Mereka baru saja tiba di pesantren, pulang lebih dulu meninggalkan Arsen dan Shaynala."Kamu marah?"Kayshilla menggeleng. "Mana mungkin aku marah dengan suamiku, Mas," sahutnya lirih."Lalu?" Aaraf menatap intens wajah teduh itu, masih terlihat cantik dan segar di usia kepala empat."Tidak ada apa-apa, Mas. Mungkin ... aku hanya ibu yang sedang mengkhawatirkan putranya. Makanya aku berlebihan. Tapi aku sama sekali tidak menyimpan kemarahan untukmu." Wanita itu tersenyum simpul sambil membawa tangannya untuk menggenggam tangan sang suami. "Aku hanya memikirkan putraku, Mas. Itu saja ...."Hening! Aaraf tidak mampu menyahut."Aku minta maaf kalau kelewatan.""Tidak perlu minta maaf," sahut Kayshilla dengan cepat. "Semua orang punya sakit hatinya masing-masing. Dan setiap orang juga berhak meluapkan rasa sakit itu."Kayshilla membalik badan mendudukkan dirinya di ruang tamu, menatap ke depan dengan pandanga
Read more

SEASON 2 || Sosok Penyelamat

Pria itu terduduk di depan ruang UGD, tangannya sibuk mengutak-atik ponsel untuk menghubungi Ilham. Berharap Ilham dan yang lainnnya segera datang ke sini.Dokter keluar dari ruang UGD dan ia langsung bangkit untuk menghampiri wanita paruh baya dalam balutan jas putih itu."Bagaimana keadaan, eum ... teman saya, Dok?" "Masih belum sadar, Pak. Teman Anda hipotermia dan kami menemukan lambungnya dalam keadaan kosong. Tapi Anda tenang saja, kami sudah mengganti baju pasien dan memasang infus beserta alat-alat medis lainnya. Nanti kalau pasien sadar, segera panggil kami, ya," jelas Dokter tersebut."Baik, Dok. Lalu, apa sekarang bisa ditemui?""Lebih baik tunggu pasien sampai sadar dulu, Pak. Kemungkinan tidak akan lama lagi pasien sudah membuka mata."Pria itu mengangguk patuh. "Baiklah kalau begitu, saya akan menunggu di sini.""Iya, Pak. Saya dan tim medis permisi dulu."Pria itu membalas anggukan Dokter tersebut, setelahnya ia kembali duduk di kursi tunggu untuk menunggu kedatangan K
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status