"Anda datang sebagai perwakilan Pak Aaraf?" tanya pria itu lagi yang langsung diangguki oleh Arsen. "Oh, sama kalau begitu. Saya datang untuk mewakili Papa. Mari masuk bersama, Pak," imbuhnya."Iya, Pak Reagen. Anda duluan saja, saya masih menunggu seseorang," sahut Arsen sembari menatap awas ke sekitarnya."Oh, baiklah kalau begitu. Saya masuk duluan, ya, Pak." Arsen mengangguk, menatap punggung Reagen yang sudah hilang dari kerumunan manusia. Pria itu menghela napas lega, bersyukur saat Reagen tidak lagi merecoki urusannya. Kakinya melangkah masuk, menuliskan nama palsu di daftar hadir, kemudian mengikuti gerombolan orang menuju aula utama. Netra elangnya mengedar ke sekeliling, memperhatikan desain interior yang sangat bagus. Ia yakin perusahaan ini lebih kaya dibandingkan perusahaan mertuanya, sehingga ia harus berhati-hati saat menginjakkan kaki di sini.Aula luas yang disulap dengan banyak kursi dan meja yang di tata memanjang membuar Arsen berdecak kesal. Ia takut ada yang me
Read more