Semua Bab Suami Penggantiku Pura-Pura Miskin: Bab 71 - Bab 80

254 Bab

Chapter 71 - Sisi Gelap Seorang Dipta

“A-a-ampun!” “Takut, eh!?” ledek Dipta yang sudah berhasil membawa Melodi ke salah satu gudang yang tak terpakai. Dipta sudah mengikat tangan dan kaki milik Melodi. Parahnya, Dipta menyuruh beberapa pria untuk memperkosa Melodi secara bergilir. Jika sudah murka, Klan Kertakusuma akan membalas jauh lebih parah dan menderita. Sisi gelap Dipta yang sudah lama tak keluar, kini mendadak keluar karena orang yang dicintainya tersakiti. Melodi yang diperkosa secara bergantian dan bergilir kini terkulai lemas. Bahkan sudah lemas pun masih saja digarap oleh tiga pria dalam sekali main. Melodi hanya bisa merintih kesakitan dan terus menangis tergugu. “Se—top!” pintanya memohon dengan suara yang nyaris tak terdengar. “Hen-ti-kan!” lanjutnya yang sudah tidak bisa melawan Dipta seperti saat pertama diculik. Melihat Melodi yang tak berdaya, Dipta tersenyum remeh. Kaki yang menggunakan sepatu pantofel menginjak perut milik Melodi tanpa belas kasihan sedikit pun. “Awwww! Sa-kit, berengsek! Dasar
Baca selengkapnya

Chapter 72 - Pecah Kongsi

“Bereng—sek!” ucap Widya menahan rasa sakit di perutnya. Melodi justru tertawa-tawa melihat darah yang terus mengalir keluar. “Dasar gila!” lanjutnya memaki Melodi.Widya yang masih memiliki tenaga langsung menjambak rambut panjang milik Melodi yang sudah kusut.Tak terima dijambak, Melodi semakin menjadi-jadi dengan mencabut tusukan beling itu lalu ditusukkan kembali ke bagian perut lainnya. Widya memekik kesakitan hingga semakin menarik rambut milik Melodi semakin kencang.“Lepasin rambutku!” teriak Melodi yang merasa jika kulit kepalanya terasa panas akibat tarikan dari Widya yang begitu kuat.“Jika aku mati maka kamu juga harus ikut mati, Melodi!” geram Widya yang terus menjambak bahkan kaki tuanya mencoba menendang perut milik Melodi dengan kuat hingga membuat wanita muda itu tersungkur ke belakang. “Sekarang pilih, mati bersamaku atau—““Bacot kau nenek peyot!” teriak Melodi langsung menerjang Widya kembali dengan sekuat tenaga. Kini mereka berdua saling beradu padu saling ingin
Baca selengkapnya

Chapter 73 - Firasat Seorang Ibu

“Ma-maksudnya gimana, Mas?” tanya Kaira lirih, merasa denial dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Bukan tidak paham, hanya saja Kaira masih merasa jika telinganya salah mendengar.Dipta tak melanjutkan melainkan menggenggam telapak tangan milik Kaira erat. Mencium kedua punggung telapak tangan itu sambil menitikan air mata. “Maafkan aku sayang,” gumamnya lirih.Tahu jika suaminya menangis, Kaira pun ikut terisak-isak, yang membuat Vania terbangun dari tidurnya di sofa.Vania kaget melihat Dipta dan Kaira tampak menangis bersama di atas ranjang brankar. Hati Vania ikut merasakan nyeri luar biasa menyaksikan mereka berdua.“Maafkan aku sudah menandatangani surat pengguguran itu. Aku ayah yang jahat!” maki Dipta kepada dirinya sendiri.Kaira diam tak memberikan komentar apapun. Air matanya terus mengalir dengan deras. Sampai akhirnya wajah Dipta mendongak, menatap wajah istrinya yang tampak sendu.“Maafkan aku, Kai,” ucap Dipta sekali lagi sambil mengusap pipi milik Kaira lembut. Kai
Baca selengkapnya

Chapter 74 - Cari Gara-Gara

“Tidak usah diungkit lagi, Ma. Itu kejadian udah lama, dan polisi juga sudah menutup kasusnya,” balas Dipta pelan. Pria itu langsung beranjak dari tempat duduknya menuju ke arah westafel, mencuci kedua tangannya sambil bercermin, menatap wajahnya sendiri di kaca.Mendengar jawaban putranya yang seperti itu, membuat feeling Vania semakin yakin kalau Dipta ada keterlibatan dalam kasus kematian Widya, yang terbilang mendadak sekaligus mengenaskan, bahkan terasa janggal bagi Vania.Tidak ingin merusak suasana pagi ini, Vania akhirnya memilih diam. Menutup obrolan yang membuat pertengkaran antara dirinya juga Dipta. Vania ikut beranjak dari sofa menuju ke arah westafel, mencuci kedua tangan dan melihat ke arah brankar ranjang, yang mana Dipta tengah mengecup kening Kaira cukup lama.“Apa kamu secinta itu sama Kaira?” tanya Vania, menatap putranya yang langsung mengangkat kepala dari kening Kaira, menatap Vania dengan tatapan sendu.“Ya, Dipta sangat mencintai Kaira, bahkan akan melakukan a
Baca selengkapnya

Chapter 75 - Sidang Hukuman

“Holy shit!” umpat Dipta saat melihat berita tentang Bayu, yang mengaku anak dalam kandungan istrinya, merupakan benih dari pria berengsek itu.Melihat Kaira yang terus terduduk lemas, Dipta buru-buru membantu tubuh istrinya berdiri, menyuruhnya duduk di pinggiran ranjang brankar.Darah yang berceceran membuat Dipta sigap segera menelepon pihak medis untuk segera masuk ke dalam kamar rawat inap istrinya.Tak membutuhkan waktu lama, tenaga medis itu datang dan langsung membetulkan saluran infus. Disusul oleh petugas kebersihan yang segera mengepel lantai penuh darah. Pasalnya, Kaira sangat lemas jika melihat banyak darah di depan matanya.Setelah semua beres, Dipta menatap istrinya yang mendadak diam tak bersuara. Bahkan Dipta sudah menawarkan jus alpukat yang sudah dibelinya barusan. Jawaban Kaira hanya menggelengkan kepala saja tanpa mengeluarkan suara.“Nggak usah dipikirin. Aku percaya sama kamu, kalau itu anakku,” ucap Dipta menyakinkan Kaira jika anak dalam kandungan istrinya itu
Baca selengkapnya

Chapter 76 - Wawancara

“Tutup mulut busukmu itu keparat!” maki Dipta yang sudah ingin menghajar wajah Bayu kembali, tapi kedua lengannya ditahan kuat oleh Vania dan Adit. “Sekali lagi bicara, kurobek mulutmu!”Bayu yang terus memicu keributan langsung diseret pergi menjauh dari ruang persidangan. Kini Dipta langsung berjalan menghampiri istrinya, yang masih duduk terdiam lemas.“Are you oke?” tanya Dipta yang merasa khawatir dengan istrinya. Kaira pun mengangguk pelan. Merasa lega kasus yang menjadi bebannya selama ini akhirnya selesai. Kaira pun menangis bahagia yang membuat Dipta langsung memeluknya di depan ruang persidangan.“Sebaiknya kita pulang,” ajak Vania yang sudah memasang kacamata besar berwarna cokelat dengan merek branded di bagian frame-nya.Dipta yang paham jika istrinya tampak lemas langsung menggandengnya erat. Vania dan Wisnu berjalan di depan, di belakangnya ada Dipta juga Kaira. Adit serta orang kepercayaan lainnya, berada paling belakang untuk melindungi bosnya.Benar saja, saat baru k
Baca selengkapnya

Chapter 77 - Perhatian Tapi Gengsi

“Itu di sana masih kotor! Bisa bersih-bersih nggak, sih!? Sudahlah hentikan, nanti perabotan rumah ini pecah gara-gara kamu nggak bisa bersih-bersih lagi!” komentar Vania melihat hasil kerja Kaira, yang sejak tadi bersih-bersih hiasan bufet.Dikomentar pedas seperti itu membuat Kaira lesu. Apalagi, menurut matanya sangat bersih, tapi kenapa Mama mertuanya mengatakan masih kotor? Sungguh aneh.Kaira yang penasaran, ingin mengeceknya kembali dengan mengelapi lagi, tapi justru ocehan dari Vania yang terdengar begitu cetar di telinga.“Sudah dibilang jangan bersih-bersih nanti perabotan saya rusak! Kamu tahu, kan, itu harganya mahal semua.”“Iya, Ma, maaf.”“Kamu ini minta maaf terus kerjaannya. Lawan kalau ada yang nindas dong!” geram Vania yang kesal dengan sikap pasrah dari Kaira. “Ah, sudahlah! Tadi Dipta buat roti, udah dimakan belum!?” tanya Vania jutek.“Hehe, lupa, Ma. Tadi bangun cuci muka terus turun ke sini.”“Yaudah sana mandi terus sarapan. Kalau sakit sama pingsan, nanti say
Baca selengkapnya

Chapter 78 - Menjenguk Melodi Di RSJ

“Sudahlah tidak usah didengarkan ucapan orang gila. Biasanya banyak ngawur dan ngarangnya,” jawab Vania, langsung membawa Kaira keluar dari ruangan Melodi.Entah kenapa hati Kaira masih ingin berlama-lama di sini, ingin mengobrol dengan Melodi meski sekarang sahabatnya sekarang menjadi gila seperti ini.Melihat Melodi yang tertawa sendiri sambil menggulung-gulung rambut ke atas membuat hati Kaira merasakan miris. Apalagi dulu Melodi sangat cantik dan semampai, tapi sekarang? Fisik wanita itu bahkan sangat kotor tak terurus.Kaira merasakan jika hukum tabur tuai itu memang ada di dunia ini. Tinggal menunggu waktu yang tepat kapan kita akan mendapatkan hal itu. Jika kita rajin menabur kebaikan, suatu saat akan mendapat balasan kebaikan berlipat ganda, begitu juga sebaliknya. Saat kita menabur sebuah kejahatan, kita hanya menunggu waktu kejahatan itu akan tiba kepada dirinya kita.Contoh nyata dalam diri Kaira, dulu Melodi dan Mas Bayu sangat jahat kepadanya. Bahkan selalu menghina, memf
Baca selengkapnya

Chapter 79 - Pertama Kali Dipta Marah Besar Sama Kaira

“Jadi nanti—““Bisa diam nggak!?” potong Dipta kesal dengan sekretarisnya ini yang dari tadi menerocos terus sepanjang jalan menuju ke tempat meeting. Bahkan mood Dipta sudah ancur semenjak acara enak-enaknya diganggu oleh manusia di sampingnya ini.Bukan hanya sekali, tapi sudah keseringan sekretarisnya ini sering sekali memergokinya sedang asoy-asoy bersama Kaira. Ingin rasanya Dipta celupkan ke dalam kolam renang manusia di sampingnya ini yang tengah sibuk menonton anime.“Demen banget lihatin manusia gepeng begitu,” sindir Dipta berkomentar soal kebiasaan sekretarisnya yang suka berbau Jepang.Bisa dibilang, Dipta ini tipe bos yang tidak terlalu otoriter dan dictator. Dipta akan membebaskan bawahannya selama pekerjaan mereka beres dengan baik. Contoh nyata sekretarisnya ini yang setiap pergi bersamanya pasti selalu sibuk menonton anime di dalam mobil setelah selesai menerocos soal meeting, dan Dipta tidak keberatan. Prinsip dalam hidup Dipta, ingin membuat orang yang bekerja denga
Baca selengkapnya

Chapter 80 - Kamu Kenapa Begini Sama Aku, Mas!?

“Memang apa yang Papa Wisnu perbuat dulu?” gumam Kaira yang tak sengaja mendengar pembicaraan suami istri itu. Setelah menunggu beberapa menit, menunggu kedua mertuanya sudah tak mengobrol lagi, Kaira baru berani mengetuk pintu pelan, dan mendorong pintu itu masuk. Kaira tersenyum tipis yang membuat Vania menghela napas panjang. “Dipta mana, Kai!?” tanya Vania yang tak melihat putranya ikut masuk ke dalam. “Mas Dipta lagi nyari angin sebentar, Ma,” jawab Kaira berbohong. Vania kembali mendengkus kasar saat tahu jika Dipta justru pergi keluar mencari angin. Padahal Papanya sudah sadar. Vania yang lagi kesal dengan Dipta, kini melampiaskan kepada Kaira yang ada di depan mata. Menggerutu soal Dipta, dan menyalahkan Kaira karena tidak bisa mencegah suaminya pergi. “Sudah biarkan saja, Ma. Jangan marahi Kaira terus, kasihan dia,” timbrung Wisnu dengan suara yang sangat pelan. Merasa sangat kasihan dengan menantunya ini. “Mama lagi kesel aja, Pa. Yasudahlah kalau begitu. Kamu sebaiknya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
26
DMCA.com Protection Status