All Chapters of Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO: Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

61. Cinta Lain dari Amarise

“Bersiaplah, Rishi. Lima menit lagi kita akan pergi ke rumah sakit. Aku sudah membuat janji temu dengan dokter kandungan.”Amarise menoleh sendu ke arah Nic yang berdiri di ambang pintu. Pria itu tersenyum kecil dan selalu mengingat jika Amarise tidak ingin berdekatan dengannya. “Kamu akan di antar sopir, sedangkan aku akan mengikuti mobilmu dari belakang.”“Maaf, aku masih mual,” ringis Amarise yang duduk di pinggir ranjang.“Tidak masalah, Sayang. Ayo, bersiaplah.”“Bagaimana jika aku tidak hamil dan hanya mual biasa?” tanya Amarise tidak menggubris ajakan Nic.Pria itu terdiam, menilik sorot sendu Amarise dengan saling menautkan jari jemari tangannya. Ada raut gelisah dan sedih yang Nic tangkap dari paras cantik Amarise. Wajah itu sedikit lebih pucat. “Tidak masalah. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”“Jadi kamu tidak senang jika aku hamil?”Nic mengerjap. Ia seperti salah bicara dan membuat perasaan Amarise mulai sangat sensitif. Bulir air mata itu turun tanpa bisa A
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

62. Suami Sempurna

“Nicholas. Aku belum tua dan renta. Tubuh dan kakiku masih sangat sehat. Aku bisa jalan sendiri,” gerutu Amarise mencebikkan bibir saat Nic tidak menggubris dan tetap merangkul pinggang Amarise dari samping.Bukan hanya itu saja. Nic juga menuntun tangan satu lagi memegang pergelangan tangan Amarise untuk menaiki anak tangga. Pria itu memenuhi istrinya yang sedang hamil lima bulan mengunjungi area wisata di China.Ya. Setelah dulu ke Disneyland. Sekarang Nic dan Amarise balik lagi ke negara yang sama dengan daerah dan tempat berbeda. “Jangan membantah atau aku akan menciummu di sini, Rishi.”Amarise mendengkus kesal tanpa menolak lagi. Kalimat itu bukan sekadar ucapan biasa, melainkan sudah kali kedua Amarise terjebak dengan ancaman Nic.Pria itu tidak sungkan mencium Amarise di area manapun hanya untuk mendapatkan hukuman seperti ini. Tapi Amarise yang tidak terbiasa dicium area publik dan masih sekitar Asia, merasa benar-benar malu dan tidak ingin mengulanginya lagi.Mereka berdua m
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

63. Kebencian Lisha

Amarise berusaha mengendap tanpa menimbulkan suara. Ia meletakkan secarik kertas di atas nakas samping tempat tidur Nic, lalu menatap suaminya yang masih tidur pulas. Senyum Amarise mengembang melihat paras tampan yang hingga detik ini tidak pernah mengulangi kesalahannya lagi. “Aku mencintaimu, Nicholas,” bisik Amarise.Perempuan itu mengecup lembut kening Nic dan berlalu meninggalkan kamar hotel. Ia harus membeli bahan makanan di supermarket lantai bawah.Dirinya tidak menggubris tawaran Nic untuk selalu makan dari menu restoran atau menyuruh anak buah Nic yang berada di hotel berbeda.Amarise bisa melakukannya dan ia harus ganti memanjakan sang suami lewat masakan. Karena Nic sudah lebih banyak mencurahkan rasa sayangnya pada Amarise selama hamil.“Kenapa aku ingin buang air kecil lagi?” Amarise meringis pelan dan berganti arah menuju toilet di lantai bawah, berlawanan arah dari supermarket.Tiba-tiba ia merasakan kantung kemihnya terisi lagi. Ia tergesa memasuki salah satu bilik s
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

64. Balas Dendam

“Kuatkan dirimu. Ingatlah ada anak kita di dalam sini. Dia semakin tumbuh dan jangan sampai tubuh dan pikiran lemahmu memengaruhi anak kita, Rishi.” Amarise menumpukan telapak tangan kanan di atas punggung tangan Nic yang mengusap perut Amarise. Ia mengangguk. “Aku sudah menyiapkan diriku dari tiga minggu lalu.” Nic tidak ingin gegabah menuruti permintaan Amarise ini. Ia berkonsultasi dengan dokter, menyelesaikan semua urusan penting dan mencoba mengalihkan pikiran Amarise memenuhi permintaan ke Singapura dan Malaysia. Itu lebih penting dibandingkan Nic harus mengabulkan lebih cepat rasa penasaran Amarise. Sekarang ia cukup lega karena istrinya sudah berusaha menunjukkan kesiapannya. “Kemarilah. Ikut bersamaku.” Amarise mengerjap mengikuti Nic memasuki sisi lain dari mansion. Mereka tiba dari mengunjungi negara Asia Tenggara kemarin, menginap semalam di apartemen dan baru saja di mansion. “Aku bersumpah tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu padamu dan anak kit
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

65. Bahagia Bersama

“Dua penjahat itu tidak akan bebas sedikitpun jika terjadi sesuatu pada menantu perempuanku dan calon cucuku!”Tuan Isaac bersidekap, membiarkan sang istri melampiaskan amarah lewat kalimat menggebu. Ia diam memerhatikan Nic duduk berseberangan dengan tatapan kosong.Lelaki itu baru tiba setelah kemarin Nic memberitahu seluruh masalah dan fakta yang diungkap anak lelakinya sangat terlambat. Menurut mereka, apa yang dilakukan Nic terlalu berisiko disimpan sendirian tanpa membagi hal ini pada orangtuanya. “Apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Nic?”“Nyawa harus dibalas dengan nyawa, Ivander!” sentak Nyonya Isaac menimpali cepat.“Mereka sudah membunuh orang tidak bersalah! Dua nyawa telah dilenyapkan, menghilangkan peran orangtua di hidup Amarise. Nic harus melakukan hal serupa sebagai hukuman yang tidak akan pernah setimpal!” sambung wanita itu menggebu.Nic menggeleng pelan. “Aku tidak akan melakukannya, sekalipun aku sangat menginginkannya, Ma.”“Apa yang kamu ucapkan?! Amarise is
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

66. Penyatuan Manis

Tubuh berisi Amarise masih dibalut gaun cantik yang beberapa waktu lalu dipakai untuk Maternity Shoot terakhir. Kehamilannya sudah memasuki usia ke sembilan bulan dan menjadi penutup terakhir Amarise mengabadikan perut besarnya. “Aku tidak sabar menanti kehadiranmu, Sayang,” cetus Amarise menaikkan ujung gaun, lalu telapak tangannya dengan lembut mengusap perut tanpa penghalang apa pun. Senyum manis itu terus mengiringi gerakan kecil Amarise berbalik tiap sisi untuk memerhatikan ukuran menggemaskan calon anak dalam perutnya. “Ibumu sudah sangat menantikanmu. Semoga kita bisa sama-sama berjuang, ya.” “Ah, iya. Tapi aku mulai sadar karena tidak memerhatikan hal ini.” Perempuan itu meringis kecil. “Apa Nic masih bernapsu dengan perutku yang sudah semakin besar ini?” memikirkan tubuh Amarise telanjang tanpa satu helai, membuat pikiran buruk perempuan itu berkelana terlalu jauh. Ia memerhatikan diri dari pantulan cermin rias, lalu merasa tidak puas hingga menanggalkan gaun cantiknya.
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

67. Rasa Cemburu Nic

“Hari ini aku ikut ke perusahaan bersamamu, ya?” Nic meraih pinggang Amarise dari samping, lalu menyematkan kecupan singkat di sisi kepala istrinya. “Siang ini aku akan pulang. Jangan pergi ke manapun karena tidak lama lagi kamu akan segera melahirkan.” “Nicholas, ini masih cukup lama dari perkiraan dokter. Lagipula tidak ada masalahnya aku pergi ke luar mansion. Tubuh dan otot kakiku jangan dibuat kaku mendekati hari persalinan. Aku juga pergi bersamamu karena keinginan anak kita tidak ingin berjauhan.” Pria itu tidak membalas kekesalan Amarise. Ia hanya membubuhkan ciuman di bibir, sedikit menekan dan berucap lembut, “Aku akan kembali saat makan siang,” putusnya berlalu membawa tungkai panjangnya menaiki anak tangga. Amarise yang ingin memanggil, memelas untuk diajak berubah bungkam saat pelayan datang tergopoh-gopoh membawa buket mawar cukup besar. “Maaf, Nyonya. Ada kiriman untuk Anda.” Mata Amarise berbinar melihat kelopak mawar merah itu terlihat indah bagi Amarise. Ia mera
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

68. Atmosfer Hangat

Mobil sedan hitam sudah menunggu di depan Nic ditemani sekretaris dan satu anak buah menuruni tangga dari belakang. Senyum manis pria itu terulas melihat nama sang istri tertera di layar. Panggilan Amarise bertepatan dengan pendaratan jet pribadi keluarga Nic di kota ini. Selama dua hari Nic berjauhan dengan sang istri dan sekarang rindu itu ingin ia salurkan lewat balasan panggilan. “Ya, Sayang?” tanya Nic dipersilakan masuk ke mobil. Namun, senyum itu perlahan memudar seiring isak tangis kecil istrinya. Nic merasakan gemuruh dan tatapannya berubah gusar. “Rishi? Apa yang terjadi padamu, Sayang?” “Kamu masih bisa bertanya dengan tenang dan seolah tidak melakukan kesalahan, Nic?” napas pria itu tercekat. Tenggorokan Nic terasa kering bersamaan pikirannya sedang mencerna untuk hal yang terjadi malam ini. Kali terakhir sekitar sepuluh jam lalu, Amarise masih memilah kalimat manis dan mendebarkan bagi hubungan mereka. “Kemudikan mobil lebih cepat,” titah Nic yang segera dilaksanakan
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

69. Hubungan Menyebalkan

“Dia cantik sekali. Anak perempuan ini adalah dirimu dalam versi kecil. Ah, tapi matanya tidak sama sepertimu, Nolia.”Senyum manis Nolia terulas di paras cantiknya melihat calon ibu muda itu meneliti dan mengajak bicara pada anak perempuan Nolia dan Jason. Tangan Amarise memainkan jemari mungil dan lucu itu, sangat gemas dan terus memuji kecantikan anak kedua Nolia dan Jason.“Kami berbagi cukup adil.” Nolia dan Amarise tertawa geli memikirkan hal tersebut.Sorot mata Amarise agak sendu memandang boks bayi di depannya. “Sayang sekali aku agak sulit menggendong bayi cantikmu, Nolia. Semoga saja pasca aku melahirkan, aku bisa menggendongnya.”Di sisi lain Amarise masih belum paham bagaimana menggendong bayi. Kemudian, ia juga agak sulit dengan perut besarnya. Jiwa takut dan bingung menjadi satu dan ia hanya mampu duduk di samping tempat tidur anak perempuan Nolia.“Apa yang kamu pikirkan, dulu juga terjadi padaku,” cetus Nolia.“Dengan usiamu yang masih muda dan sedang hamil, aku jauh
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

70. Berubah Tegang

“Bagaimana menurutmu, setelah melihat suamimu dan cinta pertamanya ada dalam jarak dekat?” Amarise tersentak mendapati suara berat itu membuyarkan lamunan. Ia terlalu senang melihat kebahagiaan Nyonya dan Tuan Isaac dikelilingi anak-anak kecil menggemaskan. Bahkan, kehadiran anak lelaki dan perempuan Nolia tidak terlihat dibedakan. Mereka berdua adalah orangtua yang sangat merangkul keluarga terdekat. Tidak ada kesenjangan dan pembeda kasih sayang, kecuali untuk hal tulus. Susah payah Amarise menelan saliva. Kali pertama ia berhadapan langsung secara berdua bersebelahan dengan pria yang sekilas memberi Amarise tatapan dingin. “Namaku Jason Harcourt,” cetus pria itu mengulurkan tangan. Atmosfer di sekitar Amarise terasa canggung dan menakutkan. Padahal, mereka semua berada dalam ruangan luas yang sama tanpa sekat. Tapi interaksi masing-masing mengabaikan Jason dan Amarise berdiri bersisian. “A-amarise,” cicitnya agak gugup. Bukankah mereka sudah tahu nama satu sama lain? Lantas,
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status