Semua Bab Perjanjian Menikahi Bilioner Lumpuh: Bab 161 - Bab 170

331 Bab

161. Panggilan Darurat

“Sacha,” teriak Keyna.Wanita yang dipanggil terlihat berlari menjauh. Setelah mengambil telepon genggamnya yang terjatuh, Hanson menatap Keyna dan William yang tidak ia sadari juga berada di taman. Hatinya langsung merasa tidak enak saat melihat wajah sang kakak angkat.Keyna pamit untuk mengejar Sacha. William mengangguk. Setelah istrinya masuk ke dalam mansion, ia mendekati Hanson yang tampak gusar.“Kak Will, aku …. ““Pergilah,” potong William. “Lalukan apa pun yang mesti kau lakukan saat ini.”“Maafkan aku, Kak.”William tidak membalas. Ia mengamati Hanson yang bergegas pergi sambil berbicara pada telepon genggamnya. Bilioner itu mengembuskan napas berat lalu melangkah masuk ke dalam mansion.“Cha,” panggil Keyna. “Aku masuk, ya.”Tidak ada jawaban dari dalam. Keyna membuka pintu dan melihat Sacha berdiri di depan jendela besar di kamarnya. Ia mendekati putri William tersebut yang ternyata sedang memperhatikan mobil Hanson pergi.“Makan malamnya batal, Key,” cetus Sacha.“Tidak,
Baca selengkapnya

162. Duka Cita

Sacha menutup mulutnya yang ternganga mendengar berita duka tersebut. Terselip rasa sesal karena sempat melarang Hanson untuk pergi ke rumah sakit. Apakah ini semua karena dirinya hingga Hanson terlambat mengobati pasien?"Kita langsung ke rumah sakit, ya," ucap William sambil terus membalas pesan pada telepon genggamnya.Keyna menoleh dan menatap Sacha." Kamu mau ikut atau pulang saja, Cha?""Ikut saja."Mereka tiba di rumah sakit dan melewati pintu VIP khusus para dokter. Keyna berjalan paling depan untuk mengarahkan jalan. William dan Sacha mengikuti langkah cepat Keyna.Beberapa dokter dan petinggi rumah sakit sudah berada di depan ruang perawatan, termasuk Hanson. Dokter spesialis jantung itu terlihat shock. Wajahnya pucat dan beberapa kali mengembuskan napas panjang."Tidak ada yang bisa kita lakukan. Serangannya sangat cepat. Bahkan ketika dibawa ke sini, golden moment-nya telah terlewati," ucap Dokter Adam yang merupakan dokter senior.William langsung sibuk berkordinasi denga
Baca selengkapnya

163. Rencana Pura-Pura

Hanson tergelak dan mengusak kepala Sacha. Ekspresi wanita cantik di sebelahnya sangat menggemaskan. Ia tau, memang sesungguhnya tidak ada rasa cinta di hati mereka berdua.“Aku orang yang sangat bodoh jika menolak menjadi menantu seorang bilioner dan suami dari model cantik yang terkenal.”“Tapi, ternyata kamu menolaknya juga.”“Memangnya kamu mau dijodohkan denganku?”Sambil menyeringai, Sacha menggeleng.“Wah, aku tersinggung!”Mereka lalu tergelak bersama. Hanson menatap Sacha sambil tersenyum simpul. Tangannya melingkari sepanjang bahu wanita itu.“Aku sayang padamu, Cha. Sayang seorang paman pada keponakannya. Sejak aku diangkat menjadi adik oleh William, aku sudah menganggap Frederix, Louis dan kamu sebagai keponakanku yang sesungguhnya.”“Lalu, kenapa kamu mengajakku berpacaran?“Banyak alasannya.”“Apa saja?”“Pertama, agar William melihat sendiri bahwa kita memang tidak cocok satu sama lain. Kedua, untuk menghindariku dari kejaran para wanita. Ketiga, agar dapat melindungimu
Baca selengkapnya

164. Sangsi

Aviary yang dibangun atas kecintaan William pada alam sangat indah. Di dalam kandang sangat besar itu dibuat sangat mirip dengan hutan buatan. Pohon-pohon besar, air terjun dan aliran sungai, hingga bukit terdapat di dalam aviary.“Ini luar biasa bagus sekali, sayang,” puji Keyna dengan nada takjub.“Aku juga pertama kali ini masuk dan melihat wujud aslinya. Ternyata lebih keren dari gambar prototype yang dirancang desainer,” balas William.Bergandengan tangan Keyna dan William mengelilingi aviary. Sang bilioner menunjuk ke satu arah, memperlihatkan sepasang lovebirds. Mereka terkekeh melihat dua burung itu tampak mesra.Penjaga aviary memberikan biji-bijian pada William. Seketika berbagai burung datang dan makan dari tangan lelaki itu. Keyna menjerit perlahan saat beberapa burung menghampiri dan dengan santai bertengger di kepala atau bahunya.“Mereka menyukaimu, Baby,” ucap William sambil menghalau burung-burun
Baca selengkapnya

165. Tidak Rela

Cedric terkejut mendengar pernyataan Hanson. Ia menatap Hanson yang sedang menyetir dengan santai. Dadanya kembali terasa sesak.“Ka-kamu yakin mau melamar Sacha?”Kepala Hanson mengangguk. “Kupikir-pikir, apa yang kamu utarakan betul juga. Apa lagi yang aku tunggu. Aku sudah memiliki karir yang stabil, aku mampu menghidupi Sacha.”Diam-diam, Cedric mengembuskan napas perlahan-lahan. Berusaha menetralkan debaran jantungnya yang menguat. Rasa tidak rela kembali hadir di hatinya.“Kenapa wajahmu tiba-tiba sedih begitu?” tanya Hanson.Cedric tersentak dari lamunannya. Matanya menatap kejauhan dengan kepala bersandar pada sandaran kursi. Lalu, satu hembusan napas panjang terdengar melalui hidungnya.“Aku jadi teringat kisahku.”“Kisah apa?”“Dalam hidupku, aku sudah melamar dua wanita. Dan keduanya gagal.”“Kamu sempat melamar Keyna?”“Iya, bahkan kami sudah merencanakan pernikahan. Semuanya batal karena Keyna tidak kunjung mendapat gelar dokternya.”“Aku tidak mengerti, apa hubungan renc
Baca selengkapnya

166. Telepon di Tengah Malam

Lalu, wajah Frederix muncul. Lelaki muda itu ikut memperhatikan sang Daddy. William langsung merapikan rambutnya yang sempat menjadi permainan jari-jari Keyna saat mereka bercinta."Tidak. Tadi Keyna memang mengacak-acak rambut Daddy karena saat ia masuk Daddy masih bekerja. Ia marah." William beralasan."Wah, Daddy nakal sekali, sih. Sudah tau Key sering emosi kalau lihat Daddy lembur," sungut Louis."Sykurlah kalau Daddy baik-baik saja." Frederix juga ikut berkomentar."Keyna sudah Daddy tenangkan. Kalian makan apa?" William berusaha mengalihkan perbincangan.Louis dan Frederix menunjukkan makanan mereka. Sop kacang merah dan daging. Keduanya tampak memakan menu yang sama."Apa di sana sedang dingin sekali hingga kalian makan sop hangat?"Kepala Louis dan Frederix serentak mengangguk. Namun, keduanya bercerita cuaca tidak memgendurkan semangat bekerja. Mereka telah terbiasa. Apalagi Louis yang setiap tahun selalu liburan ke gunung es untuk bermain ski."Key mana, Dad?"Keyna berjala
Baca selengkapnya

167. Batal Melamar

Keyna menatap pemandangan pada layar. Matanya melirik jam dinding. Lalu, kepalanya menggeleng pelan.“Bukan dengan Hanson, kan?”“Barusan aku menelepon Hanson dan ia sedang tidur.”“Kenapa kamu senang sekali memata-matai Sacha?”“Bukan begitu, Baby. Aku hanya sedang memeriksa keamanan mansion,” sanggah William.“Bukankah ada sekuriti yang selalu memantau keamanan mansion ini selama dua puluh empat jam?”“Betul. Hanya saja yang bisa mengakses wilayah pribadi hanya aku. Kamar-kamar tidur keluarga Dalton termasuk area pribadi, jadi aku sendiri yang memeriksanya.” “Mungkin Sacha sedang menelepon salah satu temannya.”“Teman apa yang menelepon pada jam segini?”“Teman yang tinggal di luar negeri dan memiliki perbedaan waktu.” Keyna menjawab sambil menguap lebar dan menutup mulutnya.William menutup tabletny
Baca selengkapnya

168. Rasa yang Sama

“Mau ke mana sih? Cantik banget.” Keyna mengamati Sacha yang sedang berdandan.“Mau pergi makan malam,” balas Sacha.“Makan malam sama Hanson?”“Awalnya iya, tapi batal.”“Lho? Lalu kamu pergi dengan siapa?”Sacha melirik Keyna sekilas sebelum menjawab, “Cedric.”“Oh.” Keyna hanya bisa merespon singkat.Setelah menyempurnakan penampilannya dengan semprotan parfum, Sacha mendekati Keyna. Ibu sambungnya itu sedang duduk di sisi ranjang. Sacha mengambil tangan Keyna dan menggenggamnya.“Nggak papa kan aku pergi dengan Cedric?”Keyna mengembuskan napas panjang. “Kenapa tanya aku? Harusnya kamu izin pada Hanson.”“Hanson mengizinkan.”“Ya sudah.” Keyna merepon dengan malas.“Key, kamu marah?”Sekali lagi, Keyna mengembuskan napas panjang. “Tidak, Cha.
Baca selengkapnya

169. Belum Merestui

Saat Sacha berangkat, Keyna menulis pesan pada Hanson. Ia sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi antara Sacha dan Cedric. Hanson segera menelepon Keyna sesaat setelah ia membaca pesan.“Keyna,” sapa Hanson.“Iya.”“Apa William ada di sampingmu?”“Tidak. William sedang ikut rapat dengan Frederix dan Louis di ruang kerja. Aku berada di ruang keluarga saat ini.”“Bagus. Aku belum ingin kakakku itu mengetahui tentang hubungan Cedric dan Sacha.”“William akan marah sekali padamu, Hanson.” Keyna mengingatkan.“Dan aku minta tolong padamu untuk meredakan kemarahan kakakku itu.”“Sekarang, ceritakan padaku apa yang membuatmu malah mencoba menyatukan Cedric dan Sacha,” pinta Keyna.Secara runut Hanson bercerita. Mulai dari saat ia mengenal Cedric. Lalu, mengetahui Cedric memiliki teman wanita yang sering berbalas pesan dan secara rahasia bertemu dengannya. Hingga akhirnya baik Cedric maupun Sacha mengaku bahwa sebenarnya mereka menyukai satu sama lain.Keyna mengembuskan napas berat.
Baca selengkapnya

170. Pamit

“Ini untukmu,” ucap Sacha seraya mengulurkan syal berwarna navy ke depan Cedric.Dengan berat hati, Cedric menerimanya. Bukannya ia tidak senang menerima pemberian Sacha. Namun, dengan adanya benda ini ia akan semakin terikat dan terus mengingat wanita cantik di depannya, bukan?“Kamu tidak perlu repot-repot, Cha.”“Tidak repot. Itu milikku. Kamu bilang tidak punya syal yang bisa menangkal hawa dingin.”“Aku berniat membelinya di sana.”“Tidak perlu. Kamu pakai punyaku saja.”“Baiklah. Terima kasih. Akan aku pakai nanti.”Lalu, mata mereka saling menatap. Rasanya ingin menghentikan waktu agar mereka bisa berlama-lama bersama. Sesak di dada akibat akan berpisah jelas dirasakan keduanya.“Semoga pendidikanmu lancar,” ucap Sacha.“Aamiin. Semoga bisnismu di sini juga semakin sukses,” balas Cedric.Sacha mengangguk. Wanita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
34
DMCA.com Protection Status