Lalu, wajah Frederix muncul. Lelaki muda itu ikut memperhatikan sang Daddy. William langsung merapikan rambutnya yang sempat menjadi permainan jari-jari Keyna saat mereka bercinta."Tidak. Tadi Keyna memang mengacak-acak rambut Daddy karena saat ia masuk Daddy masih bekerja. Ia marah." William beralasan."Wah, Daddy nakal sekali, sih. Sudah tau Key sering emosi kalau lihat Daddy lembur," sungut Louis."Sykurlah kalau Daddy baik-baik saja." Frederix juga ikut berkomentar."Keyna sudah Daddy tenangkan. Kalian makan apa?" William berusaha mengalihkan perbincangan.Louis dan Frederix menunjukkan makanan mereka. Sop kacang merah dan daging. Keduanya tampak memakan menu yang sama."Apa di sana sedang dingin sekali hingga kalian makan sop hangat?"Kepala Louis dan Frederix serentak mengangguk. Namun, keduanya bercerita cuaca tidak memgendurkan semangat bekerja. Mereka telah terbiasa. Apalagi Louis yang setiap tahun selalu liburan ke gunung es untuk bermain ski."Key mana, Dad?"Keyna berjala
Keyna menatap pemandangan pada layar. Matanya melirik jam dinding. Lalu, kepalanya menggeleng pelan.“Bukan dengan Hanson, kan?”“Barusan aku menelepon Hanson dan ia sedang tidur.”“Kenapa kamu senang sekali memata-matai Sacha?”“Bukan begitu, Baby. Aku hanya sedang memeriksa keamanan mansion,” sanggah William.“Bukankah ada sekuriti yang selalu memantau keamanan mansion ini selama dua puluh empat jam?”“Betul. Hanya saja yang bisa mengakses wilayah pribadi hanya aku. Kamar-kamar tidur keluarga Dalton termasuk area pribadi, jadi aku sendiri yang memeriksanya.”“Mungkin Sacha sedang menelepon salah satu temannya.”“Teman apa yang menelepon pada jam segini?”“Teman yang tinggal di luar negeri dan memiliki perbedaan waktu.” Keyna menjawab sambil menguap lebar dan menutup mulutnya.William menutup tabletny
“Mau ke mana sih? Cantik banget.” Keyna mengamati Sacha yang sedang berdandan.“Mau pergi makan malam,” balas Sacha.“Makan malam sama Hanson?”“Awalnya iya, tapi batal.”“Lho? Lalu kamu pergi dengan siapa?”Sacha melirik Keyna sekilas sebelum menjawab, “Cedric.”“Oh.” Keyna hanya bisa merespon singkat.Setelah menyempurnakan penampilannya dengan semprotan parfum, Sacha mendekati Keyna. Ibu sambungnya itu sedang duduk di sisi ranjang. Sacha mengambil tangan Keyna dan menggenggamnya.“Nggak papa kan aku pergi dengan Cedric?”Keyna mengembuskan napas panjang. “Kenapa tanya aku? Harusnya kamu izin pada Hanson.”“Hanson mengizinkan.”“Ya sudah.” Keyna merepon dengan malas.“Key, kamu marah?”Sekali lagi, Keyna mengembuskan napas panjang. “Tidak, Cha.
Saat Sacha berangkat, Keyna menulis pesan pada Hanson. Ia sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi antara Sacha dan Cedric. Hanson segera menelepon Keyna sesaat setelah ia membaca pesan.“Keyna,” sapa Hanson.“Iya.”“Apa William ada di sampingmu?”“Tidak. William sedang ikut rapat dengan Frederix dan Louis di ruang kerja. Aku berada di ruang keluarga saat ini.”“Bagus. Aku belum ingin kakakku itu mengetahui tentang hubungan Cedric dan Sacha.”“William akan marah sekali padamu, Hanson.” Keyna mengingatkan.“Dan aku minta tolong padamu untuk meredakan kemarahan kakakku itu.”“Sekarang, ceritakan padaku apa yang membuatmu malah mencoba menyatukan Cedric dan Sacha,” pinta Keyna.Secara runut Hanson bercerita. Mulai dari saat ia mengenal Cedric. Lalu, mengetahui Cedric memiliki teman wanita yang sering berbalas pesan dan secara rahasia bertemu dengannya. Hingga akhirnya baik Cedric maupun Sacha mengaku bahwa sebenarnya mereka menyukai satu sama lain.Keyna mengembuskan napas berat.
“Ini untukmu,” ucap Sacha seraya mengulurkan syal berwarna navy ke depan Cedric.Dengan berat hati, Cedric menerimanya. Bukannya ia tidak senang menerima pemberian Sacha. Namun, dengan adanya benda ini ia akan semakin terikat dan terus mengingat wanita cantik di depannya, bukan?“Kamu tidak perlu repot-repot, Cha.”“Tidak repot. Itu milikku. Kamu bilang tidak punya syal yang bisa menangkal hawa dingin.”“Aku berniat membelinya di sana.”“Tidak perlu. Kamu pakai punyaku saja.”“Baiklah. Terima kasih. Akan aku pakai nanti.”Lalu, mata mereka saling menatap. Rasanya ingin menghentikan waktu agar mereka bisa berlama-lama bersama. Sesak di dada akibat akan berpisah jelas dirasakan keduanya.“Semoga pendidikanmu lancar,” ucap Sacha.“Aamiin. Semoga bisnismu di sini juga semakin sukses,” balas Cedric.Sacha mengangguk. Wanita
Sacha menatap kagum pada sekumpulan orang yang sedang berpresentasi. Mereka semua tidak ada yang menggunakan jas dokter. Namun, perbincangan mereka jelas menunjukkan bahwa semuanya adalah dokter-dokter yang sedang mengambil studi untuk menjadi dokter ahli.Seorang kameraman atas arahan Sacha mengabadikan pertemuan tersebut. Sacha juga mengabadikan moment saat Keyna memimpin presentasinya. Baru kali ini ia melihat ibu sambungnya itu berbicara di depan umum, dan ia sangat mengagumi cara Keyna menyampaikan materinya.Walaupun tidak mengerti istilah-istilah yang mereka gunakan, Sacha cukup menikmati pertemuan tersebut. Bahkan ia menjadi berpikir untuk kuliah. Benar kata Louis, sepertinya kuliah akan menyenangkan.“Teman-teman, kenalkan … atau mungkin kalian sudah kenal,” ucap Keyna sambil tersenyum manis pada Sacha. “Ini, Sacha, putri suamiku.”“Hallo,” sapa Sacha ramah.Ferina yang lebih dulu maju dan mengulurkan tangannya. “Kekasih Dokter Hanson, kan?”Sacha hanya terkekeh. Status itu m
Perjalanan kehidupan keluarga Dalton semakin kompak. Saat Frederix dan Louis tidak dapat pulang, William akan mengajak istri dan putrinya mengunjungi mereka. Pertemuan singkat itu menambah keakraban keluarga. Hingga akhirnya hari kelulusan Keyna tiba. Frederix dan Louis mengatakan sangat menyesal tidak dapat hadir. Namun begitu, Keyna sangat pengertian. Ia cukup bersyukur William dan Sacha akan mendampinginya. “Kamu sudah cantik, jangan dekat-dekat Daddy, ya,” ucap Sacha yang baru saja selesai mendandani Keyna. “Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengan suamiku,” sungut Keyna. “Aku telah menghabiskan dua jam untuk meriasmu. Jika kamu dekat Daddy, ia pasti akan gemas dengan kecantikanmu, lalu … kamu tau pasti apa yang akan Daddy lakukan. Yang jelas make up mu bisa rusak karena ulahnya,” tukas Sacha. Keyna tergelak. “Benar juga.” Ruang auditorium itu membuat Keyna terharu. Akhirnya ia sampai pada titik ini. Di mana ia dapat mewujudkan cita-citanya menjadi dokter ahli. Perjalanan pa
“Apa maksudmu istriku tidak ada di mansion?” marah William pada Bastian.“Tenang, Dad. Mungkin ada pasien gawat darurat di rumah sakit.” Sacha mencoba menenangkan sang Daddy.“Keyna tidak mengabariku apa pun.”“Sebentar, Tuan. Akan saya tanyakan pada pengawal Nyonya lebih dulu,” ucap Bastian.“Kenapa tidak kamu lakukan sejak tadi?” bentak William lagi.Bastian hanya bisa menundukkan kepala lalu pamit. Sacha mengembuskan napas panjangnya lalu mengajak sang Daddy duduk di sofa. Untuk menenangkan William, Sacha memberikan minuman dingin.“Minum dulu, Dad.”William menurut. Setelah meminum beberapa teguk, bilioner itu merogoh saku. Ia mengambil telepon genggamnya dan mencoba menelepon Keyna.“Kalau begini terus, Daddy akan melarang Keyna praktek,” decak William kesal saat tidak berhasil menghubungi istrinya.Beberapa hari ini, Keyna memang sering menghilang. Tepatnya sih, tidak memberi kabar hingga membuat semua orang khawatir. Selama lima menit berikutnya, William mondar-mandir di ruang