Share

166. Telepon di Tengah Malam

Lalu, wajah Frederix muncul. Lelaki muda itu ikut memperhatikan sang Daddy. William langsung merapikan rambutnya yang sempat menjadi permainan jari-jari Keyna saat mereka bercinta.

"Tidak. Tadi Keyna memang mengacak-acak rambut Daddy karena saat ia masuk Daddy masih bekerja. Ia marah." William beralasan.

"Wah, Daddy nakal sekali, sih. Sudah tau Key sering emosi kalau lihat Daddy lembur," sungut Louis.

"Sykurlah kalau Daddy baik-baik saja." Frederix juga ikut berkomentar.

"Keyna sudah Daddy tenangkan. Kalian makan apa?" William berusaha mengalihkan perbincangan.

Louis dan Frederix menunjukkan makanan mereka. Sop kacang merah dan daging. Keduanya tampak memakan menu yang sama.

"Apa di sana sedang dingin sekali hingga kalian makan sop hangat?"

Kepala Louis dan Frederix serentak mengangguk. Namun, keduanya bercerita cuaca tidak memgendurkan semangat bekerja. Mereka telah terbiasa. Apalagi Louis yang setiap tahun selalu liburan ke gunung es untuk bermain ski.

"Key mana, Dad?"

Keyna berjala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status