All Chapters of Makin Tua Makin Cinta: Chapter 1 - Chapter 10

132 Chapters

PT. CAKRA

​​Knalpot bis antar kota dalam provinsi terbatuk-batuk mengepulkan asap hitam pekat sepanjang aspal panas yang digilas keenam rodanya. Di dalam bis ekonomi yang AC nya bocor tersebut, duduk perempuan yang sedari tadi hanya diam memeluk tas ranselnya. ​Hari ini jadi hari paling sial untuk Hana. Gadis dua puluh tahun sekarang harus terima kalau ke mana-mana akan diantar angkutaan umum. Mobil pribadi kesayangannya jadi barang mahal terakhir yang dijual kedua orang tuanya setelah banyak barang lain, termasuk surat rumah yang digadaikan.​“Bapak berat harus bilang ini sama kamu, Han. Tapi di umur bapak yang sudah tua ini, bapak nggak punya pilihan lain selain bergantung sama kamu. Kamu anak bapak satu-satunya bapak minta maaf kalau tidak bisa bertahan lama. Usaha taksi bapak bangkrut. Semuanya pakai kendaraan online sekarang.”​Dua belas hari sudah kalimat itu keluar dari mulut Bapak Hana. Bukan waktu yang sebentar, Hana berharap waktu bisa membuatnya lupa. Kenyataan berkata lain, Hana m
Read more

Minus Sopan Santun

​Sekarang Hana tahu dengan siapa dirinya berhadapan. Hana juga jadi tahu alasan kenapa raut muka semua orang mendadak berubah jadi tegang dan takut. Ibarat dalam sebuah game perang, orang yang ia hadapi adalah raja terakhir. Pak Robert, orang yang jadi puncak rantai makanan di PT. CAKRA.​“Saya Robert yang punya kantor ini.”​Ludah Hana mendadak terasa menggumpal. Sedikit takut tapi sama sekali ia tak gentar. Ia anak Pak Hartono pemilik bisnis taksi terbesar di Jakarta. Buat apa takut sama orang yang bisnisnya saja tak banyak orang kenal. ​“Oh… bagus dong kalau bapak datang sendiri.” Hana meringis, bangkit dari kursinya dengan santai menjulurkan telapak tangannya. “Kenalin, saya Hana. Anak dari Pak Hartono. Orang nomor satu pemilik bisnis taksi terbesar di Jakarta,” tukas Hana penuh percaya diri.​Satu hal yang gagal orang tua ajarkan pada Hana. Percaya diri dan sopan santun adalah dua hal berbeda. Hana kelewat tidak sopan, lebih-lebih lagi Hana lah yang butuh pekerjaan di kantor Pak
Read more

Pacar Sesat

​“Si-siap. Sa-saya akan usahakan Pak,” jawab Hana gelagapan pasrah tak bisa mendebat lagi. Benar apa kata para karyawan di luar sana tadi. Sudah bagus Pak Robert tidak memenggal kepala Hana gara-gara kejadian tadi. Sudah bagus juga Hana masih diberi maaf dengan syarat yang tidak terlalu sulit.​Cuma perlu memutus urat malu dan mencoreng wajah jadi bahan ledekan belasan karyawan di depan.​“Itu aturan wajib, Han.” Suara Pak Robert yang berat menegas. “Tidak ada tawar menawar di sini. Masa’ seorang anak semata wayang Pak Hartono nggak mampu beli rok? Kamu beli lah dulu kalau nggak punya sambil saya siapkan seragammu.”​Hana manggut-manggut. Ia baru tahu kalau setelan batik warna merah bercorak emas dan rok panjang belahan tinggi yang karyawan pakai di depan tadi adalah seragam kantor.​“Emmm… Tapi kalau saya pakai rok mini dulu boleh nggak, Pak?” tanya Hana. “Habis saya punyanya rok pendek-pendek di rumah.”​Sekejap setelah kalimat Hana meluncur mendadak wajah Pak Robert memerah. Buru-b
Read more

Malam Setengah Sadar

              Tengah malam hanya tinggal beberapa menit lagi saat Arya membopong tubuh Hana sempoyongan melewati beberapa orang. Sempat saling sengol dengan pengunjung lain tapi bukan masalah serius. Siapa juga yang tak kenal Arya di tempat ini? Seseorang yang hampir tak pernah absen dari tempat ini tiap malam. Satu diskotik hampir kenal semua dengan Arya, termasuk semua staff dan karyawannya.            Maka dengan gampang juga Arya membawa tubuh Hana naik ke lantai dua. Selain lantai satu yang jadi bar sekaligus diskotik, lantai dua ruko di Mangga Lima ini ikut disulap jadi petak-petak kamar ilegal.            Sang pemilik diskotik yang sekaligus Om-nya Arya pintar melihat peluang. Petak-petak kamar disewakan khusus bagi pengunjung diskotik yang kebanyakan berakhir di cinta sat
Read more

CELAKA

               ‘Kringggg…. !!!’            Mata Hana terbelalak lebar, dering alarm mengagetkannya. Kesadaran Hana mendadak langsung bisa terkumpu, tangannya bergerak sembarangan mencari ponsel di antara, bantal, tas dan barang-barangnya yang berantakan di atas ranjang.            “MAMPUS… !!!” teriak Hana panik melompat turun dari ranjangnya. Sudah pukul setengah tujuh pagi dan Hana baru bangun. Sementara jam kantor sudah dimulai jam 7 pagi, itu pun kalau Pak Robert tidak datang lebih pagi. Kalau datang lebih pagi, tamat sudah riwayat Hana.             “Ehhh… ??” Dingin udara pagi terasa aneh, baru saat tungkai kakinya menyen
Read more

Si Pengacau

              ‘Srrrkkkkk…. !!!’            Pintu masuk berbahan kaca setebal setengah senti didorong kasar Hana. Suara dasar pintu yang menggaruk lantai kasar membuat belasan karyawan di lantai satu menoleh serampak ke arah Hana. Ada yang mengintip dari balik monitor, ada yang sampai terang-terangan berdiri dari kursinya.            “Woy karyawan baru!! Pelan-pelan dong kalau buka pintu. Emang situ mampu ganti kalau pecah?? Pak Hartono kan udah bangkrut… !!”            Suara menyakitkan datang dari arah gerombolan petak-petak karyawan. Disusul suara ‘huuu… ‘ panjang dibumbui sorakan-sorakan umpatan olok-olokan.   
Read more

    Kopi Pertama

                       “Kenapa melongo??”             “Ehhh… “ Pertanyaan Pak Robert membuyarkan lamunan Hana.             “SAYA TANYA KENAPA NGELAMUN?! DENGER NGGAK SIH!!” Wajah Pak Robert yang sebelumnya sudah melunak mendadak geram lagi. “APA JANGAN-JANGAN PERMINTAANKU TERDENGAR ANEH BUAT KAMU?!”             Posisinya Hana sedang berdiri. Kepalanya lebih tinggi dari Pak Robet yang duduk di kursi. Meski lebih tinggi mata Pak Robert yang melotot menyurutkan nyali Hana. Seperti biang kesalahan, Hana jadi bingung serba salah.             “Engg-enggak kok, Pak.”             “K
Read more

Dibuang Begitu Saja

                      ‘Tokk-Tok-Tok…. !!!’            Pak Robert yang sebelumya sudah kembali sibuk mengecek ulang dokumennya satu persatu setelah diacak-acak Hana mengangkat kepala. Perhatiannya yang tadinya terkunci di lembar-lembar perjanjian terpaksa harus buyar.            “Ya siapa??” tanya Pak Robert sembari melipat sedikit ujung dokumen untuk memisahkan lembar mana yang sudah ia periksa dan mana yang belum.            “Hana, Pak.” Suara centil Hana terdengar dari balik pintu.            “Hufttt…. “ Pak Robert membuang napas cepat.&nb
Read more

    OB Kurang Ajar

                     Mau tidak mau Hana terpaksa harus putar balik ke dapur. Keluar ruangan Pak Robert dengan wajah tertekuk. Lagi dan lagi, sedih, takut bercampur marah membawa Hana ke dalam lorong gelap yang panjang bernama pasrah.            “Kenapa sih nggak ada yang ngerti gue? Gue kan udah berusaha bikin kopi buat dia.” Telunjuk Hana menyeka air yang menggantung di kelopak matanya.            Bukan cuma niat baik Hana yang terbuang Pak Robert begitu saja. Bukan cuma usaha susah payah Hana membuatkan kopi. Tapi juga kopi pertama yang ia buat dengan penuh dedikasi dan usaha keras.            “Ishhh… dikira gampang apa bikin kopi? Hah? Coba dia sendiri
Read more

Rok Hana Sobek

                         “Pllakkkkk…. !!!”            Krisna tak pernah menyangka sekelebat bayangan yang ditangkap anak matanya adalah tangan Hana yang melayang. Belum ada sedetik setelah kata ‘paha’ meluncur dari mulutnya Hana langsung mendaratkan tamparan. Telak mendarat di pipi Krisna sampai lehernya berputar dan telinganya berdesing panjang.            “BAJINGAN LO YA!!” Krisna masih mendengar suara umpatan Hana di antara suara desing di telinganya. “EMANG LO KIRA GUE CEWEK APAAN, HAH?! LO CUMA OB DI SINI NGERTI NGGAK!! LO BUKAN LEVELNYA GUE!”            Tangan Hana terangkat lgi, mengam
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status