Home / Pernikahan / Menikahi Suami Sahabatku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Menikahi Suami Sahabatku : Chapter 1 - Chapter 10

103 Chapters

Chapter 01 | Pernikahan Berselimut Duka

Denting alat medis yang berada di ruangan putih ini semakin membuat telinga berdengung. Apalagi di ranjang tersebut tengah terbaring tubuh lemah seorang wanita muda. Peluh keringat terus membasahi pelipis seorang Dokter cantik yang bertugas di sana, bola mata hitam itu menatap layar yang menunjukkan denyut jantung yang tidak beraturan. Dalam hatinya, ia terus berdoa agar keajaiban segera datang."Ayolah, Kartika. Austin dan Adolf masih kecil, dia masih butuh kamu," ucapnya pelan.Sekuat mungkin kelopak mata itu menahan luapan cairan bening yang hampir menetes, juga hatinya yang terus menjerit memanggil nama Kartika, sahabatnya."Dokter, tekanan darahnya naik!" seru salah satu perawat.'Gawat! Ini bisa berakibat fatal pada jantungnya. Oh, Tuhan ... tolong selamatkan sahabatku,' batin Dokter muda tersebut.Ia terus beradu dengan banyak alat dan suntikan obat, hingga beberapa menit kemudian keajaiban berkenan memihak kepadanya. Perlahan , layar monitor itu menunjukkan perubahan. Hingga l
Read more

Chapter 02 | Masih Misteri

Mansion Erlando"Daddy ...!" pekik Austin."Halo, Boy. Kenapa mukamu begitu?" tanya Gavriel saat melihat raut putranya sembab."Kata orang-orang Mommy akan pulang, tapi kenapa aku tidak melihatnya?"Glek!Gavriel tersentak dan tak ayal kesusahan menelan salivanya. "Sayang, eum ... nanti kita bicarakan ini lagi, ya. Lebih baik sekarang kamu bermain dengan Adolf. Ngomong-ngomong, ke mana dia?""Adolf sedang ada di kamarnya. Dia bilang rindu dengan Mommy, Dad. Baiklah, kalau begitu aku akan ke kamar saja."Gavriel mengangguk dan lantas menurunkan tubuh mungil itu dari gendongannya. Tanpa ia sadari, sedari tadi Azriya turut memperhatikan semua interaksi tersebut. Ada perasaan tidak nyaman di hatinya, terlebih saat mengingat mendiang Kartika.Tiba-tiba bayangan beberapa jam lalu terputar kembali di dalam benak Azriya, sebuah pesan terakhir dari mendiang sahabatnya tersebut."Ada yang tidak menginginkan keberadaan anak-anakku di rumah itu, Azriya. Tolong kamu lindungi Austin dan Adolf, dan
Read more

Chapter 03 | Menjadi Rekan

Pagi hari.Azriya sudah siap dengan setelan baju kerjanya, ia memang belum bekerja penuh waktu, dan akan datang saat Kakaknya membutuhkan bantuan. Kebetulan pagi ini wanita cantik itu sendiri yang berniat datang untuk melihat jenis infeksi yang ditemukan oleh Kakaknya.Saat ini semua anggota keluarga tengah berkumpul di meja makan. Semuanya diam penuh keheningan, bahkan Austin dan Adolf pun turut mengunci rapat mulutnya."Sebagai pengantin baru kalian perlu didoakan, dan ini sudah adatnya. Terlepas bagaimana terjadinya pernikahan kalian, tapi kau sudah membawa wanita masuk ke dalam rumah ini, Gavriel. Apalagi statusnya adalah istrimu.""Aku rasa ini tidak perlu, Mom. Aku menikahinya juga karena paksaan dari Kartika, jadi aku tidak menganggapnya sebagai istri," sahut Gavriel."Mommy juga tidak menganggapnya sebagai menantu, tapi ini adalah adat yang harus ditaati!"Azriya hanya menyimak perdebatan itu, bahkan sampai sekarang ia masih belum mengetahui siapa nama Ibu Mertuanya tersebut.
Read more

Chapter 04 | Keanehan Lauren

Azriya baru saja pulang saat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Beruntung masih ada penjaga yang membukakan pagar untuknya. Kemudian ia lantas masuk ke dalam mansion mewah tersebut. Saat hendak menuju kamar, lagi-lagi dirinya melihat sosok yang berjalan cepat ke arah pintu dan langsung keluar begitu saja.Azriya langsung bersemedi di balik vas bunga besar yang berada pojok tangga. Untungnya semua lampu utama sudah padam."Siapa, sih?" gumamnya. Sepersekian detik kemudian nampak seorang maid berjalan sendirian di kegelapan mansion itu, tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Azriya untuk menanyakan sesuatu kepada maid tersebut."Nona ... maaf, saya kaget. Saya pikir siapa," ucap maid tersebut saat Azriya tiba-tiba muncul di depannya."Maaf, ya," jawabnya dengan cengiran polos."Tidak apa-apa, Nona. Oh, iya, pasti Nona baru saja pulang 'kan? Mau saya siapkan makanan?""Nggak usah. Aku cuma mau tanya, kamu tadi lihat nggak ada orang keluar?"Maid tersebut diam beberapa saat, m
Read more

Chapter 05 | Austin Hilang

Azriya menidurkan Austin setelah anak laki-laki itu merengek lantaran mengantuk. Keduanya usai bermain cukup lama, mungkin Austin kelelahan. Wanita cantik itu masih mengipas tubuh mungil dalam dekapannya tersebut, hingga ia tidak menyadari di belakangnya berdiri sosok laki-laki yang menatap datar ke arahnya."Austin sudah tidur?" tanyanya yang membuat Azriya tersentak kaget.Ia lantas menoleh, dan mendapati Gavriel berdiri menjulang di samping tempat tidur."Gav," ucapnya dan lantas menegakkan tubuh."Ada yang mau aku bicarakan."Azriya kembali menoleh kepada Austin yang sudah terlelap dalam mimpinya."Jangan di sini, Austin baru saja tidur. Kita bicara di tempat lain saja.""Baiklah, kalau begitu ayo ke kamarku."Azriya mengikuti langkah Gavriel menuju kamarnya, setelah tiba di kamar berukuran sangat luas tersebut, Gavriel langsung mengunci pintu dan menyalakan alat kedap suara."Apa yang kamu lakukan sama Adolf?!" tanyanya tanpa basa-basi."Apa, Gaf?""Kamu pengaruhi Adolf sama Aust
Read more

Chapter 06 | Suatu Kebetulan

Malam ini semua isi mansion berhamburan keluar, semua penjaga bahkan sampai turun ke jalanan untuk mencari Austin. Tidak terkecuali Azriya yang turut kalut lantaran perasaannya yang merasa sangat bersalah. Wanita cantik itu tengah berdiri mematung dan termenung seakan tidak tahu harus melakukan apa, tangannya menggenggam erat jemari lentiknya guna menahan kegelisahan, bahkan bibirnya juga tiada henti berdoa.Tanpa di sadari olehnya, dari arah ruang tengah Lauren tengah berjalan cepat ke arahnya. Wanita paruh baya itu langsung menarik lengan Azriya hingga menyebabkan wanita itu hampir terjungkal. Belum berakhir keterkejutan Azriya, Lauren melayangkan tangannya, dan menampar kuat pada pipi wnaita yang baru saja menjadi menantunya tersebut.Plakkk!"Akh!" pekik Azriya saat merasakan pipinya memanas."Dasar wanita tidak tahu diri!"Plakkk!Lagi, sebuah tamparan kembali Lauren layangkan pada pipi kanan Azriya, sedangkan wanita cantik itu hanya bisa menahan rasa panasnya tanpa berniat memba
Read more

Chapter 07 | Berkenalan dengan Silvana

Azriya berdiri mematung di tengah pintu kamar Austin. Di atas ranjang itu, bocah laki-laki tersebut tengah terbaring dengan seorang gadis kecil di sampingnya. Sedangkan Gavriel masih mengelus punggung mungil putranya, tatapan matanya masih menyorotkan kekhawatiran."Bagaimana kamu bisa bertemu dengan Austin, Van? Padahal kami sudah menyusuri jalanan ini, tapi kami sama sekali nggak menemukan apa-apa.""Saat aku pulang dari jemput Aurell les piano, sekitar jam tujuh malam itu, Mom. Aku lewat kedai es krim yang deketnya Apotek Lestari, kamu tahu 'kan, Gav?" tanya Silvana seraya mengalihkan pandangan kepada GavrielLelaki itu sontak mengangguk dengan pandangan yang menyorot lurus ke dalam manik mata Silvana."Nah, Aurell minta es krim. Waktu kami keluar mobil, aku nggak sengaja lihat ada anak kecil duduk sendirian, meringkuk gitu, di trotoar jalan. Aku langsung ke sana gandeng tangannya Aurell, Mom. Dan ternyata itu Austin.""Ya Tuhan!" pekik Lauren."Austin sendirian, Kak? Lalu, kenapa
Read more

Chapter 08 | Kepergok Gavriel

Setelah memastikan anak-anak berangkat sekolah, Azriya lantas berbalik badan dan hendak masuk kembali ke dalam rumah. Namun, tiba-tiba tubuhnya terlonjak ke belakang saat Gavriel berada tepat di depannya."Kenapa?" tanyanya seraya semakin mendekatkan wajah kepada Azriya."Ka-Kamu ngapain berdiri di belakangku?! Aku 'kan jadi kaget!"Azriya mundur ke belakang. Jujur saja, berhadapan dengan jarak sedekat ini membuat wanita cantik itu gugup."Memangnya kenapa? Ada masalah?" tanyanya dengan raut datar.Azriya menggeleng, wanita cantik itu lantas berlalu pergi meninggalkan Gavriel yang masih mempertahankan tatapan tajamnya. Hingga kemudian lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu kembali membuka suara."Nanti malam acara peresmian pernikahan kita, sebaiknya hari ini kamu jangan ke rumah sakit. Atau kalau bisa, kamu berhenti beberapa waktu dulu biar fokus menjaga Austin dan Adolf."Deg!Berhenti? Apa maksudnya? Menjadi Dokter adalah cita-cita Azriya sedari dulu. Meskipun saat ini Azriya be
Read more

Chapter 09 | Dituduh

Gavriel masih berdiri di tengah pintu dengan pandangan datar. Namun, siapa yang tahu bahwa jantungnya sedari tadi terus berdesir, ia bahkan sudah menatap tubuh polos Azriya hampir satu menit lamanya. Pria itu bukannya tidak normal, ataupun tidak tertarik dengan Azriya. Bohong kalau matanya tidak jatuh cinta saat menatap tubuh indah tersebut, tetapi lagi-lagi bayangan Kartika lebih dulu hadir dalam benaknya.Yeah! Gavriel masih mencintai mendiang istrinya, begitu dalam, sehingga tidak mampu mengkhianatinya meskipun jalan ini adalah jalan yang dipilihkan oleh Kartika sendiri. Gavriel masih ingin mengingat Kartika di setiap detak jantungnya. Gavriel masih ingin menyuarakan nama Kartika di setiap hela napasnya. Gavriel masih ingin bersama dengan bayangan Kartika di setiap langkahnya menyusuri sisa akhir hayatnya.'Kenapa takdirku harus se-pedih ini, Ka. Aku harus berpisah denganmu saat belum sempat melakukan itu semua. Aku harus bagaimana? Kenapa kamu tega denganku dan memintaku untuk me
Read more

Chapter 10 | Perhatian Gavriel

"Apa maksudnya, Mom?" Gavriel kembali melontarkan pertanyaan, pasalnya ia bingung. Apalagi Azriya yang hanya menangis memegangi pipinya, sedangkan Mommy-nya masih melayangkan tatapan tajam."Mommy sudah lihat video CCTV, Gav! Dia yang sudah mengambilkan salad buah untuk Austin. Dia juga yang berlagak menjadi malaikat penyelamat untuk cucuku! Padahal dia berniat membunuh putramu, Gav. Dia ingin membunuh Austin seperti dia membunuh Kartika!" pekik Lauren dengan suara tertahan.Azriya menggelengkan kepala."Aku memang mengambilkan salad buah, tapi itu Austin yang minta. Aku juga nggak kasih susu, aku nggak tahu kenapa di piringnya tadi ada susu," ucapnya dengan air mata yang terus mengalir deras."Alasan!" sentak Lauren.Wanita paruh baya itu maju satu langkah dan mendekat kepada Azriya. Niatnya ingin menggertak, tetapi Azriya sama sekali tidak gentar."Kebenarannya memang seperti itu, Mom. Aku nggak ada niat mencelakai Austin, aku juga tahu dia alergi susu," ucapnya berusaha membela dir
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status