Home / Pernikahan / Menikahi Suami Sahabatku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menikahi Suami Sahabatku : Chapter 21 - Chapter 30

103 Chapters

Chapter 21 | Menginterogasi Ghina

Siang ini Austin dan Adolf baru saja pulang sekolah, dua bocah tampan itu langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Azriya langsung membuka tas bekal kedua anak sambungnya tersebut, saat mendapati kotak bekal milik Austin kosong, tak ayal wanita cantik itu merasa senang. Namun, berbeda dengan Adolf, bahkan kotak makannya seperti tidak tersentuh."Apa Adolf nggak suka makanannya, ya?" gumam Azriya."Adolf bukannya nggak suka sama makanannya, tapi dia nggak suka sama kamu!" Sentak Lauren, yang tak ayal membuat Azriya berjingkat kaget, "kamu harusnya sadar diri, dong! Semakin kamu mendekati, dia akan semakin menjauh! Semuanya akan sia-sia, Riya! Kamu nggak akan mendapat simpati dari Adolf!" ujarnya lagi dengan nada yang sangat ketus.Azriya malas menanggapi, ia masih fokus mencuci kotak bekal itu. Selanjutnya wanita cantik itu menuju kulkas, tangannya membuka gagang kulkas, dan mengeluarkan beberapa buah wortel dari sana."Kamu mau apa?""Mau bikin jus wortel, Mom, biar mata sehat d
Read more

Chapter 22 | Mendekati Lauren

[Orangnya berada di rumah ini, Nona!] tulis Ghina pada kertas tersebut."Siapa, sih, yang dia maksud?! Kenapa tidak menuliskan yang sebenarnya saja?!" gumamnya frustasi.Azriya melipat kertas tersebut, kemudian ia menyimpannya di dalam laci meja rias. Untuk sejenak, wanita cantik itu tampak berpikir.Apa jangan-jangan Ghina juga diancam seperti Hanna?Atau bisa saja Ghina dan Hanna termasuk antek dalang itu?Lalu, saat dirinya sudah memergoki dan hendak mempertanyakan, dua orang itu langsung dibuat tidak berkutik?Berbagai pertanyaan menari-nari di dalam benak Azriya. Semuanya seperti masuk akal, dalangnya melakukan ini karena sudah tahu pergerakan Azriya, dan tentu saja dia ingin tetap aman."Berarti aku harus lebih hati-hati! Lebih baik aku juga nggak usah terlalu dekat sama Ghina, takutnya dia malah bernasib seperti Hanna," gumamnya.***Suasana di mansion Erlando cukup lenggang setelah Austin dan Adolf berangkat sekolah. Gavriel juga sudah berangkat ke kantor bersama kedua putrany
Read more

Chapter 23 | Menemani Tidur — 21++

Hujan deras dan guntur yang bersahut-sahutan semakin membuat suasana malam ini mencekam. Beberapa kali bocah berumur enam tahun itu nampak gelisah lantaran tidak bisa tidur, sehingga ia memutuskan untuk menghubungi Daddy dan sang Aunty untuk menemaninya tidur malam ini.Tidak seberapa lama kemudian, Azriya sudah tiba dengan langkah tergopoh-gopoh. Ia langsung memeluk Austin yang ketakutan. Setelahnya, pintu kembali terbuka, dan ternyata Gavriel yang masuk."Loh, kamu ngapain?" tanya Azriya dengan raut terkejut lantaran Gavriel yang tiba-tiba masuk ke kamar Austin.Pasalnya saat ini wanita cantik itu hanya mengenakan piyama berbahan tipis tanpa underware. Piyama tanpa lengan dan panjang satu jengkal dari pinggulnya itu jelas saja meg-ekspose tubuh seksinya."Austin tadi telepon kalau nggak bisa tidur, jadi aku ke sini, dong."Azriya semakin terbelalak."Lebih baik kamu kembali ke atas saja! Biar aku yang temani!" ketus Azriya."Aunty ... aku juga mau sama Daddy," ujarnya yang tak ayal
Read more

Chapter 24 | Menginterogasi Lauren

Makan malam kali ini terasa berbeda lantaran tidak ada Gavriel di tengah-tengah mereka. Pria tampan itu masih lembur dan entah akan pulang jam berapa."Sebaiknya malam ini kalian langsung tidur," ujar Lauren setelah menyelesaikan makannya.Austin dan Adolf tampak mengangguk, sedangkan Azriya hanya mampu menghela napas lirih. "Grandma juga akan langsung tidur. Kalian tidak lupa 'kan kalau besok kita akan ke mansion Aunty Silvana pagi-pagi sekali? Grandma nggak mau ada yang terlambat."Lauren kembali membuka suaranya."Iya, Grandma. Aku nanti akan langsung tidur, biar besok nggak ngantuk," sambar Austin."Aku juga akan langsung tidur, Grandma," timpal Adolf dengan suara yang terdengar dingin.Lauren mengangguk dan lantas bangkit dari duduknya, sebelum melangkahkan kaki, wanita paruh baya itu sempat menatap kepada Azriya yang masih duduk di kursi makan."Tidurlah lebih cepat malam ini, Riya," ujarnya dengan seringai senyuman penuh arti.Azriya hanya bisa diam tanpa menimpali apapun. Wan
Read more

Chapter 25 | Sumpah Azriya

"Mommy terpaksa mengirim Ghina ke kampung halamannya. Dia mengatakan rindu dengan keluarga, apa lagi keadaannya sakit, jadi Mommy putuskan untuk mengirim Ghina ke sana," ujar Lauren.Wanita paruh baya itu beberapa kali membenarkan letak duduknya, seolah ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman."Kapan Ghina mengatakannya, Mom? Aku kemarin tanya maid lain, katanya Ghina kehilangan suara. Apa kemarin tenggorokannya sudah sembuh?" tanya Azriya.Ujung netranya melirik pada sang Mommy Mertua yang tampak menggeram lirih. Namun, ia sama sekali tidak peduli."Ah, eum ... yeah! D-Dia sudah sembuh.""Secepat itu sembuhnya?" gumam Azriya."Kenapa memangnya?! Ghina memang sudah sembuh, kok. Apa kamu nggak suka kalau tenggorokannya sembuh secepat itu?!" tanya Lauren dengan mata melotot ke arah menantunya."Aku hanya bertanya, Mom. Maaf kalau pertanyaanku salah," sahut Azriya.Gavriel menghela napas kasar."Tapi kenapa Mommy melakukannya diam-diam, apa lagi malam hari saat aku nggak ada di mansion
Read more

Chapter 26 | Menyerah? — Adolf Mimpi Kartika

Gavriel berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, mata elang itu menyorot tajam ke dalam ruang ICU. Di sana, Adolf sedang ditangani oleh sekelompok Dokter dan perawat."Duduklah, Gav. Sebentar lagi pasti Dokter akan keluar," ujar Silvana seraya menggamit lengan adiknya.Gavriel menggeleng."Aku akan menunggunya di sini, Kak," jawabnya."Jangan egois, Gav. Nanti kamu malah sakit, sudah hampir satu jam kamu berdiri. Kamu harus percayakan semuanya sama Dokter."Gavriel masih tidak bergeming."Kamu nggak kasihan sama Austin? Dari tadi dia diam terus, Mommy juga sama. Kami semua juga bersedih." Silvana kembali membuka suara.Sejurus kemudian Gavriel menoleh ke arah putra sulungnya, beberapa kali pria tampan itu menahan napas melihat Austin yang begitu murung dengan air mata yang terus menetes.Gavriel mengambil tempat duduk tepat di samping Austin, tangannya merengkuh bahu putra sulungnya tersebut. Hingga membuat bocah tampan itu mendongakkan kepala."Dad ....""Tenanglah,
Read more

Chapter 27 | Xavier Belerick

"Boleh aku masuk?" tanya pria tampan dengan tubuh atletis dan postur tinggi menjulang tersebut.Azriya masih termenung memandang mata biru yang membuatnya terpaku, sorot teduh yang langsung membuat jantungnya berhenti berdetak. Azriya bahkan dapat merasakan detak nadinya terus berdenyut sampai ke ubun-ubun."Hey! Kamu ... baik-baik saja 'kan?" Pria dengan hidung mancung itu kembali membuka suara saat Azriya tidak juga bergeming."Ah, i-iya. Kamu mau cari Kak Andreas?"Pria tampan dengan balutan kemeja formal itu mengulas senyum manis. Sungguh! Saat ini Azriya hampir menangis kala melihat lagi senyum itu. Senyum yang beberapa tahun lalu mampu membuatnya bangkit dari keterpurukan lantaran ditinggal kedua orang tuanya, hingga menjadikannya bangkit sampai di titik ini."Iya, aku ke sini mau ketemu Andreas. Tapi dia baru saja kirim pesan kalau masih ada operasi," ucapnya."Oh, gitu ...."Hening! Keduanya sama-sama diam di depan pintu. Pandangan laki-laki itu sama sekali tidak terlepas dari
Read more

Chapter 28 | Mencari Azriya.

Setelah kepulangan Xavier, Andreas lantas mengetuk kamar adiknya. Ia yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan kedatangan Azriya ke penthousenya kali ini.Tok! Tok! Tok!Ceklek!"Kak ...."Andreas mengulas senyum melihat wajah sembab sang adik, "Kakak boleh masuk?" tanyanya.Azriya mengangguk, ia lantas menggeser tubuh guna memberikan jalan untuk Kakaknya lewat. Pria tampan itu belum mengganti baju, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Azriya.Setelah mendudukkan diri di ranjang, Andreas juga meminta sang adik yang masih berdiri di ambang pintu untuk mendekat."Duduklah, kamu nggak capek berdiri terus?" tanyanya yang hanya ditimpali gelengan kepala oleh Azriya."Mau makan sesuatu? Mumpung masih jam segini, masih banyak cafe buka.""Aku nggak lapar, Kak.""Memangnya kamu tadi makan apa? Jangan-jangan kamu hanya ngemil?"Azriya menggeleng, "aku sudah jarang ngemil, Kak," sahutnya.Andreas membawa sebelah tangan Azriya ke dalam genggamannya. Beberapa kali Dokter tampan itu menghe
Read more

Chapter 29 | Bertemu Xavier

"Pe-Pergi?" gumamnya dengan suara yang sangat lirih.Gavriel mendudukkan dirinya di sofa. Semua kekuatan yang ia pertahanan sejak tadi, tiba-tiba luruh bersama kabar yang sangat menohok jantungnya. Sesekali pandangannya menatap kepada Andreas, laki-laki dengan setelan formal itu tampak diam tanpa ekspresi berarti."Aku mau ke rumah sakit, Gav. Kalau masih mau di sini, aku tidak akan melarang mu.""Azriya pergi ke mana, Kak?" tanyanya dengan tatapan nanar."Ke suatu tempat yang jauh. Aku tidak akan memberitahukan kepadamu, tapi kalau kau ingin mencarinya ... silakan saja." Andreas meraih tas dan juga kunci mobil, pria itu sudah siap berangkat ke rumah sakit."Tolong, Kak. Anak-anakku mencari Azriya," ucap Gavriel dengan memohon.Dalam hidupnya, baru kali ini Gavriel memohon kepada seseorang. Semua kekuasaan dan kekuatan yang ia miliki rasanya tidak ada apa-apanya."Maaf, Gav. Aku harus segera pergi ke rumah sakit. Ada pasien yang sudah menungguku di sana, dan ini lebih penting." Andrea
Read more

Chapter 30 | Keputusan Gavriel.

Azriya sedang tersenyum menatap layar ponselnya, wanita cantik itu bahkan sesekali mengusap cairan bening yang luruh tanpa permisi. Entah tangis bahagia, atau kesedihan."Maafin Aunty, ya, Nak," gumamnya seraya mengusap layar ponsel yang menampilkan foto Austin dan Adolf.Sudah dua minggu ia menghabiskan hari-harinya di negara orang. Bohong kalau tidak ada rasa rindu, bahkan hatinya tidak jauh lebih baik dibandingkan saat berada di Mansion Erlando."Aku kira, aku akan baik-baik saja setelah pergi dari sana. Aku kira, hidupku akan lebih bahagia dari sebelumnya. Tapi ternyata aku semakin merindukan Austin dan Adolf. Meraka baik-baik saja nggak, ya? Gimana dengan Mommy? Apakah beliau semakin merasa bebas karena nggak ada aku?" gumamnya.Azriya mematikan ponselnya lantaran Dosen sudah masuk ke kelas. Wanita cantik itu langsung membuka laptop dan berusaha mengalihkan fokusnya.•"Mau langsung pulang?" tanya suara bariton saat Azriya baru saja keluar dari kelas.Wanita cantik itu menoleh da
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status