All Chapters of Bangkitnya Istri yang Dikhianati: Chapter 91 - Chapter 100

276 Chapters

Part 91. Jadwal Jaga

“Kalau kamu mencintai Binar, kamu nggak akan selingkuh darinya.” Ibu Binar tidak mau kalah. “Lihatlah apa yang kamu lakukan kepada Binar selama kalian menikah. Kamu meninggalkannya, lalu kamu pun nggak tahu kalau dia sakit dan harus rawat inap.” “Bu!” Binar tidak ingin ada orang lain yang ikut campur masalah rumah tangganya. Termasuk orang tuanya sendiri. Binar menganut paham, jika dia sudah berkeluarga, maka orang tua tetaplah orang luar. “Rumah tanggaku, biarkan aku yang urus. Ibu nggak perlu ikut campur. Aku tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk aku.” “Saya minta maaf.” Kala kembali bersuara. Lelaki itu mendekat dan berdiri di depan ranjang Binar. “Itu adalah sebuah kesalahan besar yang saya lakukan. Seandainya saya bisa mengulang waktu, saya pasti tidak akan pernah melakukan sesuatu yang akan membuat saya menyesal.” Bu Yuni tersenyum sinis. Menunjukkan rasa tidak senangnya kepada menantunya tersebut. Masih tampak ketidakrelaan jika Kala kembali dengan Binar. “Kamu tahu,
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Part 92. Cuci Rambut

Kala mengerti pikiran istrinya yang menunjukkan keenggenannya pada dirinya. Mereka memang sudah sempat berbicara berdua tadi, tapi tentu saja hal itu tak lantas membuat Binar mengurai segala perasaan rumit yang membelenggunya. Kala akan bersabar dan menunggu. Setelah memastikan Binar tidur, dia keluar dari kamar. Memastikan semua hal baik-baik saja. Ternyata ibu dan ibu mertuanya masih berada di sana sedang mengobrol. Melihat kemunculannya, Bu Fatma segera menyapanya. “Kamu mau sarapan dulu? Sejak semalam kamu belum makan.” Kala tidak begitu memerhatikan ibunya melainkan melihat karyawan Binar yang tengah sibuk membungkus barang-barang yang akan dikirim. Saat dia berangkat ke Surabaya saat itu, masih ruangan tamu yang digunakan bekerja. Sekarang sudah merambah ke ruang keluarga. Kala tentu saja tidak nyaman melihat itu. Belum lagi suara-suara lakban untuk paket-paket yang besar. Dia jadi khawatir dengan putrinya yang akan terganggu. “Kal!” Panggilan itu menyadarkan Kala dari pikir
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Part 93. Kepergok

Binar merasakan rambutnya dialiri oleh air dingin yang menyegarkan. Tangan kiri Kala mengusap rambut Binar dengan lembut seolah takut dia akan menyakiti istrinya. Setelah rambutnya basah sepenuhnya, Kala memberinya shampoo lalu kembali menggosoknya yang kali ini lebih keras sehingga busa dari shampoo itu keluar. Aroma wangi itu segera menguar keluar. Kala melakukan itu tanpa kata. Tidak ada yang bicara di antara mereka. Binar benar-benar tidak tahu apa yang akan dikatakan ketika Kala melakukan ini. “Bi, ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu. Aku membutuhkan pendapatmu.” Kala akhirnya memecah keheningan di antara gemericik air.“Tentang apa?” tanya Binar penasaran. “Aku nggak bermaksud apa-apa, tapi aku pikir kita perlu pindah dari sini.” Akhirnya Kala menyuarakan pikirannya. “Bisnis kamu sudah cukup berkembang dan orang-orang packing pun sampai di ruang keluarga. Semakin banyak pesanan, pasti akan membutuhkan tempat yang lebih besar. Kalau kita tinggal di tempat baru,
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Part 94. Tidak Nyaman

Tautan bibir Kala dan Binar terlepas ketika mendengar suara tersebut. Keduanya menatap ke arah sumber suara dan mendapati Bu Yuni berada di ambang pintu. Perempuan itu menatap anak dan menantunya itu dengan tatapan kesal. Seharusnya ini bukan kesalahan Binar atau bahkan Kala. Pintu kamar tadinya sudah tertutup dan tak seharusnya perempuan paruh baya itu membukanya tanpa permisi.“Binar baru saja melahirkan. Apa yang kamu lakukan, Kala?” bukannya meminta maaf, Bu Yuni justru menyangka Kala yang tidak-tidak. Dengan mengomel. “Ibu kenapa?” tanya Binar merasa kesal. “Bu, seharusnya kalau Ibu mau masuk ke dalam kamar orang lain, Ibu permisi dulu. Mengetuknya.” “Kalau Ibu mengetuk, nggak akan tahu bagaimana tabiat Kala.” Kala yang mendengar itu segera saja merasa kesal luar biasa. Dia bukannya tidak tahu kalau mertuanya itu sangat tidak menyukainya. Kala berusaha untuk tetap menghormati perempuan itu. Lelaki itu tak menjawab, tapi dia segera turun dari kasur hanya untuk menjauh dari istr
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Part 95. Atas Nama Istri

“Selama ibu mertuamu tinggal di sini, ada nggak dia ngomong buruk sama kamu?” tadinya Kala ingin beristirahat di kamar, tapi ternyata ibunya menghalangi Kala di ruang keluarga. “Dia nggak suka sama kamu, kamu harus tahu itu,” lanjut Bu Fatma. Ada sebuah perasaan dongkol yang mengganjal di dalam hatinya. Bagaimanapun Kala adalah putranya. Meskipun dia akan memarahinya, menampar, atau bahkan mendeportasinya, biarlah dia sendiri yang melakukan. Orang lain tidak seharusnya melakukan hal tersebut. Terlebih lagi itu adalah mertuanya. Maka Bu Fatma lebih tidak menyukainya. “Kamu harus berhati-hati dengan perempuan itu, dia itu ingin kamu dan Binar pisah.” “Aku tahu kalau ibu nggak suka sama aku, Ma.” Kala tidak ingin menutupi. Kenyataan tidak bisa disembunyikan. “Tapi mau bagaimana lagi, aku memang melakukan kesalahan besar yang membuat putrinya sedih.” Kala tidak ingin memberitahukan tentang masalah Bu Yuni yang tanpa permisi datang ke kamarnya dan memergokinya tengah ciuman. Dia han
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

Part 96. Selalu Tak Terduga

Ucapan ibu Binar itu menarik penuh perhatian dari orang-orang yang ada di sana. Jangan tanyakan bagaimana Ramon menatap tak suka dengan sosok ibu Binar tersebut. Entahlah, semakin ke sini, perempuan itu semakin berbuat ulah. “Ibu ada masalah apa dengan Kala?” tanya Ramon dengan nada dingin. “Ucapan Ibu terlalu sinis dan menyakitkan untuk didengar. Tolong jangan begitu. Ibu juga harus mengingat kalau Ibu bukan ibu yang baik buat Binar sehingga bisa bersikap sinis kepada menantu Ibu sendiri.” Binar berdiri. Lalu dia mengambil Gemi dari pangkuan ibunya karena bayi itu tampak merengek. Dia mencoba untuk menenangkannya dengan menepuk-nepuk bokongnya. Ucapan Ramon itu belum mendapatkan tanggapan dari ibunya yang tampak menatap Ramon sama tidak sukanya. “Saya hanya bertanya. Janga sampai nanti lagi-lagi Binar dibebankan membayar rumah. Lebih baik tinggal di rumah sendiri tanpa memikirkan hutang daripada tinggal di rumah besar yang justru menjadi beban.” “Kalau belum lunas, bukannya belum
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

Part 97. Melihat Rumah Baru

“Kita bawa Gemi saja, Mas.” Binar sudah terlihat muak dengan ulah ibu dan sekarang justru adik tirinya itu ikut-ikutan. Apa dia bilang tadi? Dia yang menggantikan Binar untuk melihat rumahnya? Memangnya dia siapa? Kesal itu menggelayut di dalam kepala Binar membuatnya ingin melemparkan gadis itu tanpa ampun. Apa gadis itu tidak punya malu mengatakan hal seperti itu di depan Binar dan juga Kala? Sungguh memuakkan. “Binar. Gemi masih terlalu kecil untuk diajak bepergian!” Bu Yuni semakin kesal dengan Binar. “Kamu ini nggak bisa yang menuruti yang ibu katakan ke kamu? kalian ini belum diperbolehkan pergi ke mana-mana. Pamali. Dulu saat Ibu baru saja melahirkan saja nggak diizinkan pergi sebelum berbulan-bulan.” “Udahlah, Bu. Aku nggak mau berdebat lagi.” Binar berbalik untuk duduk di sofa. “Mas kita bawa Gemi. Tolong ambilkan gendongannya dan kita persiapkan semuanya.” “Oke. Tunggu di sini sebentar.” Kala kembali ke lantai dua untuk menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pergi k
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

Part 98. Menginap di Rumah Mertua

“Mari kita sama-sama belajar untuk menjalani kehidupan kita, Mas. Kalau ada yang kurang dari aku sebagai seorang istri, maka katakan itu. Pun aku juga akan melakukan hal yang sama kepada Mas.” Itu adalah jawaban yang Binar berikan kepada Kala. Lepaskan semua beban yang bersarang di dalam hati dan songsong kehidupan yang baru. Begitulah kira-kira yang dipikirkan oleh Binar. Semua orang pernah punya salah. Semua orang punya dosa. Dan Binar tidak mau terus menerus menghakimi Kala dengan mengingat-ingat kesalahan lelaki itu. Rumah mewah sudah Kala berikan untuk Binar dan Binar harus bisa menjadikan rumah itu benar-benar rumah. Bukan hanya sekedar tempat untuk singgah ketika lelah. Dia akan menjadi istri dan juga ibu yang baik. “Mbak Bi!” Beberapa orang yang melihat Binar di kantor dengan bayi mereka, tampak terkejut luar biasa. Tadinya, Binar ingin pergi ke rumah orang tua Kala. Tapi karena jarak antara kantor dengan rumah barunya tidak begitu jauh, maka Binar ikut Kala ke kantor. Buk
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Part 99. Pergi dari Rumah Binar

“Aku udah bilang sama Bibi kalau aku nginap di rumah Mama. Memangnya Bibi nggak bilang?” Binar menoleh pada ibunya yang berdiri di samping sofa dan tengah menatapnya. Tidak ada senyum di bibirnya. Bahkan tampak jelas jika perempuan itu tengah menunjukkan kemarahannya. “Jadi lebih baik izin dengan Bibi daripada sama Ibu?” Begitu tanggapannya. “Astaga, Bu. Hanya kayak gini aja dipermasalahkan?” Lama-lama ibunya ini benar-benar membuat Binar kesal luar biasa. Dia sudah bertindak keterlaluan seolah ingin mengatur hidup Binar dengan caranya. Binar yang lelah pun langsung berdiri. Dia menatap ibunya dengan malas sebelum pamit pergi ke kamar. “Aku nggak mau berdebat, Bu. Terserah Ibu mau bilang apa. Capek aku lama-lama ngadepin Ibu.” Kemudian setelah mengatakan itu, dia pergi dari sana menuju kamarnya. Sepertinya bukan hal baru lagi perdebatan itu diketahui oleh para karyawan Binar semenjak kedatangan ibunya di rumah itu. Bahkan sekarang pun, dia merasa punya kuasa di rumah itu untuk me
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Part 100. Tak Tahu Malu

“Ibumu itu memang keras kepala. Mungkin setelah dia menyadari kesalahannya nanti, dia akan kembali dan meminta maaf.” Begitu kata sang ayah setelah melihat mantan istrinya itu keluar dari rumah Binar. Sungguh, Binar tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu. Tapi akan sampai kapan dia diatur oleh ibunya? Bahkan dengan Kala tidak akur, dengan Binar pun dia menuntut untuk mengikuti apa yang diinginkan. Sungguh, itu membuatnya tidak nyaman. Katakanlah Binar sudah melepaskan masalah yang pernah ada di masa lalu dan fokus pada masa sekarang. Tapi tetap saja yang dilakukan oleh ibunya itu tidak benar. “Terserah Ibu aja, Yah. Aku beneran nggak akan mengizinkan siapapun ikut campur rumah tanggaku. Aku udah terbiasa menghadapi dan mengambil keputusan sendiri.” Ayah Binar tidak ingin membahas itu terlalu jauh karena menyadari kesalahannya di masa lalu. Maka dia hanya terdiam dan memilih menatap cucunya yang pulas tidur di pangkuan sang nenek. Binar pun hanya menatap interaksi itu dalam di
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more
PREV
1
...
89101112
...
28
DMCA.com Protection Status